Kegelapan menyelimuti langit. Hanya ada kilawan bintang yang di temani oleh terangnya bulan purnama.
Bersinar menerangi malam. Walau hanya cahaya redup yang di pancarkan. Sama halnya air mata Gempa di malam ini, berkilau menemani kesunyian malam. Kini ia berada di taman kota Pulau Rintis. Terduduk sendiri di temani bintang dan bulan.
Inilah kebiasaan Gempa ketika ia merasa masalah semua di bebani padanya. Berlari dari rumah kemari dan menangis sejadinya. Banyak yang ingin ia katakan tapi tak tau pada siapa, dan akhirnya hanya tangisan yang bisa ia keluarkan.
"Aku butuh dirimu kak Hali" bisiknya dalam sepi.
Lalu ia mendekati pohon rindang yang berada di sudut taman. Lalu ia duduk membelakangi bangku yang tadi ia duduki."Kenapa kakak menghilang saat aku membutuhkanmu" teriaknya sedikit terisak.
Kenangan kenangan kakaknya yang selalu membuatnya menangis seperti ini.
Gempa POV
Saat itu kak Hali yang menengkanku saat aku resah seperti ini, aku rindu denganmu.
Kata kata kakak selalu menyemangatiku. Menguatkan kepercayaan diriku. Sama seperti waktu itu.
Tepat saat umurku 7 tahun. Tepat seminggu sebelum sikap kakak berubah, tepat seminggu sebelum aku pulang dari rumah sakit, walau aku tak tau apa alasan aku masuk rumah sakit.
Tepat di taman kesukaan kita. Sebelum itu kita bemain sepak bola dan kak Taufan curang, setelah itu kita mengejarnya hingga capek sendiri. Setelah itu aku duduk di samping kak Hali, sama seperti sekarang, duduk di bawah pohon rindang.
Lalu kak Hali menatapku tulus. Aku yang merasa di perhatikan menoleh. Kakak lalu tersenyum tipis.
"Kalau aku tak ada, kamu gantikan aku ya. Jaga yang lain, seperti kamu menjaga dirimu sendiri. Apa kamu mau" kak Hali berkata lembut padaku"Kenapa enggak kak Taufan aja. Kan dia lebih besar dariku" tanyaku bingung
"Taufan orangnya ceroboh dan sulit untuk diberikan tanggung jawab. Berbeda denganmu yang selalu mementingkan yang lain dan kamu adalah orang yang bertanggung jawab" jelas kak HaliDan disana aku hanya mengangguk. Aku juga berjanji akan menjadi saudara yang baik. Kenangan ini yang selalu membuatku menangis.
Gempa POV off
Gempa lalu menghapus air matanya dan berbalik menuju gerbang taman. Saat berbalik, dilihatnya seseorang duduk di bangku yang didudukinya tadi. Gempa pun mendekati orang tersebut. Saat mendekat terlihat seorang pria paruh baya sedang bersantai."Permisi pak, sepertinya saya belum pernah melihat bapak di sekitar sini" ucap Gempa mendekat
"Oh iya, saya orang baru disini. Kamu kenapa malam malam disini?" Tanya pria itu
"Ada urusan sedikit, kalau begitu saya pamit dulu. Permisi" jelas Gempa yang berjalan menjauh.Gempa lalu berjalan menjauh dari pria paruh baya itu. Ia merasa aneh dekat dengan orang tersebut. Jarang sekali seorang pendatang tau ada taman di sini, karena taman ini sangat terpencil.
Tiba tiba tubuh Gempa tak dapat di gerakkan. Kaku seperti ada yang mengikatnya. Ikatannya semakin erat, walau ikatan itu tak terlihat tapi sangat terasa. Gempa merasa sesak. Ia ingin sekali belari tapi tak kuasa, ia ingin sekali menoleh siapa yang berulah tapi kepalanya tak dapat di gerakkan. Ikatan itu semakin kencang. Hingga Gempa mengaduh kesakitan.
"Seseorang tolong" ucap Gempa lirih
🎉🎉🎉🎉🎉🎉Hui gues
Sekali lagi thank karena terus mengikuti cerita author. Senang rasanya.
Author minta maaf klo ada typo and ceritanya gk jelas. Mohon di maafkan
And baca terua cerita ini hingga eps terakhir.
Bye bye bye
KAMU SEDANG MEMBACA
ceritaku
Randommengisahkan seorang kakak yang slalu menghindari adiknya.apakah alasannya?yuk di baca!