rindu

2.1K 147 7
                                    

Terhitung sudah dua pekan Hali di rawat di rumah sakit. Lain hal dengan Gempa yang sudah pulang sejak seminggu yang lalu. Luka luka yang Hali miliki juga sudah mulai mengering. Namun masih sajah Hali belum bisa duduk atau berdiri.
         Malam menjemput kota. Sinar sinar bintang mulai berkilau menerangi langit gelap yang sunyi. Terlihat Hali yang tertidur lelap di ranjangnya.
                   
                           *******

Hali membuka matanya. Ia melihat suatu padang rumput, ditumbuhi berbagai bunga bunga warna warni. Langitnya terlihat biru cerah. Hali lalu berdiri di liriknya sekeliling, terlihat seorang wanita berkerudung. Ia berjalan bergandengan dengan seorang lelaki. Mereka berjalan mendekati Hali.

"Ayah bunda"
 
              Hali berkata lirih. Tanpa sadar air matanya menetes satu dua. Kakinya melangkah pelan. Dan kini Tangannya  memeluk kedua orang tuanya. Terlihat mengharukan bila melihatnya.
             Tangan kedua orang tuanya juga mengelus lembut punggung Hali. Terasa sangat sesak di dada Hali, kerinduanya selama dua tahun terbalaskan. Tangis tak dapat di tahan, pecah seperti bendungan.

"Jangan nangis, masak anaknya bunda nangis, ayo hapus, bunda gak suka anaknya nangis"

tangan bunda membelai lembut rambut anak sulungnya itu, dan Hali, ia lalu menghapus air matanya. Bundanya lalu berpindah ke samping suaminya.

"Hali, ayah bangga padamu. Jaga adik adikmu, ayah mengandalkanmu"

Ayah lalu memengang bahu Halilintar, ia tersenyum rasa bangganya pada anaknya itu.

"Maaf yang Hali gak bisa menjaga mereka, menjaga diri sendiri saja tak bisa, Hali yang malah merepotkan mereka, bukan menjaga mereka"

Hali menundukan kepalanya. Raut wajahnya juga berubah, seperti orang yang bersalah.

"Percaya saja, rasa sayang itu akan membuat rasa ingin melindungi"

             Hali mengangguk pelan, tanya setuju. Lantas  mereka berpelukan kembali. Hali menutup matanya, ingin merasakan kehangatan dari keduanya. Tak lama berlalu, tubuh bunda juga ayahnya bercahaya, dan menghilang tanpa jejak. Hali membuka matanya. Ia berteriak memanggil keduanya. Terasa berat untuk kehilangan kembali. Sama seperti orang tuanya, taman itu berubah mengabu dan meninggalkan kegelapan hitam di sana.

                             ********
"AYAH BUNDA"

           Hali berteriak, ia terbangun dari tidurnya. Juga membangunkan Kaizo dan Fang yang tertidur di sofa.

"Ada apa?"

         Kaizo bertanya sedikit kesal karena tidurnya terganggu. Tapi Hali tak menjawab, ia masih mengatur nafasnya yang tak beraturan.

"Lo udah bisa duduk?"

         Fang bertanya heran. Selama ini Hali selalu kesakitan ketika bergerak, walau hanya sedikit bergerak.

"Tadi ayah dan bunda datang"

           Hali berkata tegas. Antara senang dan tak percaya, perasaannya kini. Dan muncul keajaiban di sana. Tadi Kaizo yang memeriksa luka Hali heran, luka itu tak berbekas sana sekali. Hilang entah kenapa dan mengapa.

"Tidurlah, kau masih harus cukup beristirahat. Agar kesehatanmu membaik"

            Kaizo berjalan menuju sofa yang sudah dari tadi Fang tiduri dan ia membaringkan tubuhnya senyaman mungkin. Beda halnya dengan Hali, ia masih melamun memikirkan impinya tadi dan luka yang sembuh seketika itu. 'Aku rindu kalian, kenapa kalian meninggalkan kami' gumannya dalam sunyi. Tak lama kemudian kantuk menbawanya tertidur kembali, menuju ketenangan yang damai.

                          😸😸😸😸😸😸
Hai reades.

Maaf klo ceritanya gak nyambung dan banyak typo.

Ya mungkin karena kekurangan inspirasi dan gak bisa buat kata kata, jadinya ceritanya gak jelas.

        Mohon komennya
Makasi udah mengikuti cerita ini
Author ucapkan trimakasi.

                  Bye bye
                       See you next time.

ceritakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang