12

3.1K 523 136
                                    

Ayu bekerja sebagai seorang sekretaris di salah satu perusahaan ternama di ibukota, wanita yang masih tetap cantik di usianya yang tidak lagi muda itu dan masih tetap menarik perhatian Yuda Pratama. Bukan rahasia umum lagi, kalau Ayu dan Yuda sering jalan bareng di luar jam kantor, tanpa sepengetahuan istri Yuda, Liana.

"Ayu, nanti malam kita check-in ya, saya kangen sama kamu. Akhir-akhir ini kita sibuk kerja sampai jarang ada waktu bareng," ujar Yuda.

"Iya, Mas." Ayu memang tidak memanggilnya 'Bapak' kalau tidak ada karyawan lain yang mendengar.

Yuda beranjak dari tempatnya, dan langsung ke meja Ayu yang tak jauh dari situ, pria itu memang sengaja menempatkan meja kerja Ayu di dalam ruangannya, agar dia lebih leluasa atas tubuh wanita itu.

"Sayang ... " Tanpa aba-aba dia langsung mencumbu bibir Ayu dengan intens. Mereka sama-sama menikmati alur permainannya, hingga tangan Yuda dengan leluasa bermain di area sensitif milik Ayu.

Mungkin bagi sebagian orang akan merasa jijik, jika melihat apa yang dilakukan dua manusia ini, tapi ini adalah cara Ayu agar Kia bisa hidup lebih dari cukup, karena jika hanya mengandalkan gaji saja tidak cukup mengingat kebutuhan semakin banyak.

•••

Liana terdiam menyaksikan rekaman video yang baru saja dikirim oleh salah seorang petugas CCTV yang telah dipercaya oleh Liana untuk mengirimkan kelakuan bejat sang suami. Dia sengaja menyuruh petugas untuk memasang CCTV tersembunyi, karena dari dulu di ruangan Yuda tidak pernah dipasang CCTV.

Ini bermula waktu Liana ke kantor Yuda dan saat dia hendak membuka pintu terlihat Yuda yang sedang bercumbu dengan seorang perempuan, tapi Liana hanya diam saja, dia tidak mau rumah tangganya hancur, dia tidak mau anak-anaknya tumbuh sebagai anak broken home, biarkan saja mereka tahu kalau ayahnya adalah laki-laki yang baik.

"Mami lagi liat apa?" Bintang yang baru pulang sekolah langsung merebut ponsel Liana, dan melihat adegan tak senonoh itu. "Ini papi?"

"Jangan perpanjang, kamu pura-pura nggak tahu aja, Mami nggak mau kita berantem."

Bintang tak peduli dengan kata-kata Liana. "Ini kan tante Ayu, bundanya Kia."

"Kamu kenal?"

"Ibunya pacar aku. Brengsek!" Bintang memberikan ponsel itu ke Liana. "Mami kenapa diam aja?"

"Mami tahu papi sayang sama kita, dia cuma butuh pelampiasan di saat dia nggak lagi sama Mami."

"Aku ke kamar." Bintang langsung ke naik ke lantai dua.

Tanpa mengganti seragam terlebih dahulu Bintang langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur, dia memikirkan bagaimana nasib hubungannya dengan Kia setelah ini, bagaimana nasib keluarganya setelah ini.

"Kenapa harus ada pengkhianatan?"

Ayah yang dulu selalu dia banggakan, yang menjadi panutannya, ternyata tidak lebih dari seorang bangsat. Lalu apa bedanya ayahnya dengan binatang di luar sana. Pikiran Bintang benar-benar kacau, beberapa kali dia mengembuskan napasnya secara kasar. Lalu dia beranjak dari tempat tidurnya, dia tahu ke mana dia bisa melampiaskan kekesalannya.

Gue akan benci siapa pun yang menjadi penghancur keluarga gue.

••

Kia yang sedang rebahan di kasur merasa terganggu karena seseorang yang memencet bel rumahnya tidak berhenti sedari tadi.

"Apa sih, ganggu aja deh." Kia langsung turun dari kasurnya dan berjalan ke ruang tamu, dia udah siapkan kata-kata untuk mencaci orang yang mengganggu waktu istirahatnya.

Namun rasa kesal Kia langsung mereda saat melihat siapa yang datang, ternyata sang kekasih.

"Ada apa, Yang. Kamu kangen aku?"

Bintang tertawa miring. "Gue datang ke sini cuma mau ingatin, tolong kasih tahu nyokap lo biar nggak jadi penghancur keluarga gue. Nyokap gue terlalu baik untuk disakiti."

"Maksud kamu?"

"Gue akan benci siapa pun yang menghancurkan keluarga gue."

"Bintang .... "

"Gue mau kita putus. Gue nggak bisa terus pacaran sama anak dari wanita yang udah menghancurkan hati nyokap gue."

Kia berusaha meraih tangan Bintang, namun cowok itu langsung menghempaskannya, dan berlalu begitu saja dari rumah Kia.

Bintang mengendarai motornya ke mana saja, hatinya benar-benar kalut, rasanya dia ingin menghajar ayahnya sampai babak belur dan ingin mencaci selingkuhannya. Akhirnya motor Bintang sampai di salah satu kafe bernuansa klasik, setelah memarkirkan motornya dia masuk ke dalam dan mencari tempat di dekat jendela.

"Senja?" gumam Bintang saat melihat siapa yang sudah menempati kursi yang ditujunya, Bintang langsung melangkah ke sana dan duduk di kursi depan gadis itu. "Gue boleh duduk di sini?"

Senja mengangkat wajahnya dan melihat Bintang, lalu kembali melanjutkan aktivitasnya yang sedang menulis di laptopnya.

"Lo lagi apa?"

"Nulis."

"Nulis apa?"

Senja menghela napas. "Puisi."

"Lo suka puisi?"

"Cuma buat terapi hati yang sedang terluka."

Bintang terdiam, lalu memandangi Senja dengan intens. Cewek yang sudah dia sakiti, tapi masih berbaik hati menjawab semua pertanyaannya, bahkan dia tidak mencaci maki dirinya.

"Senja?"

Merasa namanya terpanggil, Senja mendongak.

"Sorry buat semua kesalahan gue, gue tahu gue salah, gue udah nyakitin cewek sebaik lo." Bintang menjeda ucapannya sejenak, "Kemarin gue sadar Kia udah sangat nyakitin lo, tapi lo malah diam. Dari situ gue paham, gue udah mempertahankan orang yang salah."

"Gue cuma nggak mau nyari ribut aja."

"Senja lo mau balikan sama gue?" ujar Bintang tanpa pikir panjang.

Senja memelototkan matanya mendengar ucapan Bintang, kemudian dia menggeleng. "Temanan aja ya, gue nggak mau merasakan patah hati lagi."

"Tapi, Senja?"

"Gue rasa temanan jauh lebih baik, kalau jodoh takdir pasti akan menyatukan kita."

Bintang tersenyum, lalu mengacak rambut Senja. "Gue nggak nyangka ternyata lo bisa sedewasa ini."

"Bukan umur yang membuat kita dewasa, tapi masalah yang telah kita hadapi."

Sekarang Bintang sadar Senja adalah pilihan terbaik untuk dicintai.

•••

Ayo gais, jangan lupa vote dan comment.

Ada yang semakin penasaran?

Happy reading.

Untuk Senja ✔ (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang