37

1.9K 322 36
                                    

Bian meracau tidak jelas, dan menggeliat hingga tubuhnya jatuh ke lantai bersama selimut tebal. Dia membuka mata dan melihat keadaan sekitar, lalu mengumpulkan nyawanya yang masih setengah sadar.

"Bentar, bentar, jadi tadi gue mimpi?"

Bian langsung keluar dari kamarnya dan menghampiri Bintang yang hendak turun tangga.

"Ntang, ini hari apa?"

"Sabtu."

"Berarti nanti malam itu malam minggu?"

Bintang hanya mengangguk.

"Terus tadi malam lo ditolak Senja?"

Bintang menggeleng. "Semalam aja gue belum ketemu Senja, kenapa lo?"

"Tapi itu berasa nyata, Ntang."

Bintang semakin tidak mengerti kemana arah pembicaraan Bian. "Emang apaan?"

"Berarti gue cuma mimpi."

"Mimpi apa?"

"Gue mimpi lo ajak Senja tunangan dan lo ditolak, dia milih gue."

Bintang tertawa. "Lo mimpi, mending sekarang lo cuci muka."

"Sekarang jam berapa?"

Bintang melirik jam di pergelangan tangan kirinya. "Jam setengah 6."

"Yaudah deh gue mau sholat dulu."

Bintang pun kembali ke niat awalnya untuk menjemput Senja untuk jogging bersama mengelilingi taman kompleks.

Setelah motornya terparkir di depan indekos Senja, Bintang langsung mengirim pesan.

Bintang
Senja, turun, gue di bawah

Beberapa menit setelah menunggu muncul senja yang masih memakai baby doll.

"Ada apa?" tanya Senja.

"Jogging, biar lo sehat."

"Males."

"Jadi cewek nggak boleh malesan. Sana ganti pakai kaos dan celana training." Bintang mendengus, "gue numpang parkir motor di dalam, ya."

Mau tidak mau akhirnya Senja membuka lebar-lebar akses masuk untuk Bintang, setelah itu dia kembali ke kamarnya untuk mengganti pakaian dan memakai sepatu sneakers, tak lupa bawa handuk kecil.

Belum setengah perjalanan jogging, Senja sudah ngos-ngosan dan Bintang yang melihat hal itu tertawa kecil.

"Lo payah, deh. Masa gini aja bengek."

"Kampret lo," Senja mengatur napasnya, "emang capek."

Bintang mengubah posisinya agak jongkok dan menginstrusikan ke Senja untuk naik ke punggungnya.

"Naik."

"Tapi gue berat."

"Lo ringan kayak kapas, udah naik."

Senja langsung naik ke punggung Bintang, ini seperti bukan Senja yang olahraga tapi Bintang sedang berlatih mengangkat beban.

"Gue berat, Ntang?"

"Nggak, lo kan kecil, mana ada berat," Bintang terkekeh, "apalagi dada lo, nggak kerasa."

Senja langsung memukul kepala Bintang. "Dasar mesum."

"Cowok kalau nggak mesum, nggak normal, Sayang."

Senja langsung meronta ingin turun namun Bintang tidak menuruti kemauan Senja. Menggoda Senja adalah kebahagiaan tersendiri untuk Bintang.

"Mau gue gedein nggak?" goda Bintang.

"Apa?"

"Dada lo."

"Bintang, lo emang kampret."

"Iya gue emang ganteng."

"Nggak nyambung."

"I love you too."

"Bego."

"Iya tahu gue pintar."

Malas ber-dialog yang tidak nyambung, akhirnya Senja memilih diam, dia pasrah kemana lelaki ini akan membawanya.

Tak lama kemudian Bintang menurunkan Senja di dekat penjual bubur ayam.

"Tau aja gue laper," ujar Senja, menempati bangku panjang yang tersedia.

"Gue kan peka," Bintang kembali menatap ke penjual bubur ayam, "bang, bubur ayamnya dua, ya."

"Iya, Mas."

Bintang ikut duduk di samping Senja. "Senja, lo senang nggak?"

"Apa?"

"Gue ajak jogging."

"Hm, lumayan," Senja menjeda ucapannya, "Ntang, sebutkan satu kata, nanti gue buatkan quotes."

Bintang tampak berpikir sejenak. "Kita."

"Kita itu seperti sepatu, saling bersama tapi tak bisa bersatu."

"Kenap—"

Belum sempat Bintang bertanya lebih lanjut, bubur ayam pesanan mereka sudah datang.

"Ngobrolnya nanti lagi," ujar Senja.

Jogging itu hanya pencitraan, baru lari sebentar, sudah langsung makan bubur ayam, percuma keluarin keringat kalau masuk karbohidrat lagi.

•••

Ini part terpendek cuma 500+ word

Untuk Senja ✔ (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang