14

2.9K 497 119
                                    

Bian langsung melarikan Senja ke rumah sakit terdekat agar segera ditangani oleh petugas medis, mengingat darah yang terus mengalir begitu deras, hingga kaos Bian yang semula putih berubah jadi merah.

Dia menunggu dokter selesai memeriksa keadaan Senja, Bian takut terjadi apa-apa dengan gadis itu, terus merapalkan doa agar tidak ada luka parah di tubuh Senja.

Tak lama kemudian keluar dokter dari ruangan pasien, Bian segera menghampiri dokter tersebut. "Bagaimana, Dok?"

"Untung saja sayatannya nggak sampai mengenai nadi pasien, dan sekarang lukanya sudah ditutup, tapi pasien masih belum sadarkan diri, darahnya banyak yang terkuras untuk itu dia perlu melakukan transfusi darah, kami akan melakukan pengecekan stok darah yang tersedia di rumah sakit ini."

Setelah dokter pergi, Bian langsung masuk ke ruangan serba putih itu, Senja terbaring pucat dan tak sadarkan diri, sementara di tangan kirinya melekat selang infus.

Tanpa disadari bibir Bian menyunggingkan sebuah senyuman. "Lo cantik, lo baik, lo pintar, tapi sayang lo bukan milik gue."

Bian nggak munafik, dia sudah tertarik dengan Senja sejak pandangan pertama, tapi hanya sebatas kekaguman, tidak ada rasa ingin memiliki karena dia tahu Senja tidak pernah menyukainya.

Tak lama kemudian, ponsel Bian bergetar ternyata chat dari Bintang.

Bintang Malam
Yan, di rumah nggak? Gue main ya

Bian langsung mengetikkan balasan.

Bian
Lagi di RS, Senja kecelakaan

Bintang Malam
share loc

Setelah itu Bian langsung share location ke Bintang.

•••

"Aku mau poligami," ujar Yuda ke Liana saat keduanya tengah ngobrol empat mata di kamar.

Liana mengembuskan napas pelan, kemudian dia menatap suaminya lekat-lekat. "Kamu selingkuh aku masih bisa terima, tapi kalau untuk dimadu aku nggak bisa."

Hanya wanita yang benar-benar suci yang mau dimadu, Liana tidak termasuk wanita itu. Di satu sisi, dia tidak mau kehilangan suaminya. Tapi di sisi lain, Liana juga tidak rela suaminya nikah lagi.

"Tapi masalahnya Ayu hamil anakku, dan aku harus bertanggung jawab."

Liana terkejut mendengar penuturan tersebut, air matanya tak terbendung, dia benar-benar dikhianati oleh suaminya.

"Baiklah, kita cerai." Setelah mengucapkan itu Liana keluar dari kamar, dia akan menghampiri Ayu karena dia tidak bisa lagi menahan emosinya atas pengkhianatan ini.

Baru sampai di anak tangga terakhir, Mentari yang baru berusia delapan tahun ini memanggil sang ibu.

"Mami, mau ke mana? Tari ikut."

"Ayo, Sayang."

Liana sudah cari tahu tentang Ayu, sampai rumahnya dia sudah tahu. Sepanjang perjalanan wanita itu tidak berhenti menangis, sementara Mentari berkali-berkali bertanya tapi tak kunjung mendapat jawaban.

Aku selama ini udah sabar sama kamu, Ayu, tapi kali ini nggak ada ampun. Saya sudah muak dengan pelakor seperti kamu.

Setelah mobilnya sampai di depan rumah minimalis itu, Liana dan Mentari langsung turun masuk ke dalam, dan mengetuk pintu.

"Cari siapa?" tanya Kia yang baru saja buka pintu.

Oh jadi ini cewek yang pernah dipacari sama Bintang, selera kamu rendah sekali, Nak.

"Ayu."

"Bunda lagi tidur, baru pulang kerja."

Liana menatap lekat wajah Kia. "Panggil sekarang atau saya hancurkan rumah kalian?"

Marahnya orang sabar memang menyeramkan.

"Yaudah masuk dulu."

Setelah itu Mentari dan Liana langsung duduk di kursi ruang tamu. Sementara Kia panggil Ayu di kamarnya.

•••

"Tadi gue mau antar kue ke rumahnya Kia, terus gue liat Senja tergeletak di depan pagar dengan darah yang mengalir deras langsung gue bawa dia ke sini," jelas Bian.

Bintang mengepalkan tangannya, dia benar-benar muak dengan Kia, iblis yang menjelma jadi manusia.

Kenapa gue pernah sebego itu, mencintai dia dengan sebegitu dalamnya. Sekarang hanya penyesalan yang tersisa.

"Lo jagain Senja dulu, gue ada urusan."

Bintang langsung keluar dari ruangan Senja, dan dia akan ke rumah Kia, mulutnya sudah gatal ingin mencaci maki mantannya itu.

Gue kira lo orang yang baik, Ki. Tahunya lo punya topeng yang menyeramkan. Gue udah salah nilai lo dan gue nyesel pernah sayang sama lo.

Setelah motor Bintang sampai di tempat tujuan, dia langsung masuk ke dalam yang kebetulan pintu ruang tamunya terbuka lebar. Betapa terkejut Bintang saat berdiri di ambang pintu dia melihat maminya sedang menangis di hadapan Ayu.

"Kenapa kamu tega menghancurkan rumah tangga orang lain? Sekarang kamu puas lagi hamil anak dari suami saya, dan sebentar lagi kami cerai, kamu menang!"

Bintang langsung masuk ke dalam, dan semua orang terkejut dengan kehadiran Bintang.

"Ibu sama anak sama aja, sama-sama orang jahat."

Ayu tersenyum. "Mungkin ibu kamu aja yang servisnya kurang puas jadi bapak kamu lebih tertarik sama saya."

"Cih, jalang!" hardik Bintang.

"Apa yang bunda bilang benar, tamu nggak akan masuk kalau si tuan rumah nggak buka pintu," bela Kia.

"Pembelaan seorang pelakor," ujar Liana.

Mentari bangkit dari tempat duduknya dan mengambil vas bunga di atas meja
lalu melempar ke kepala Ayu.

Bintang dan Liana hanya memasang tampang datar, sementara Kia panik melihat kepala bundanya yang berdarah.

"Awas ya kamu, sampai bundaku kenapa-napa, aku tuntut."

"Silakan, anak di bawah umur bebas hukuman," tantang Mentari.

Setelah itu Liana, Mentari, dan Bintang meninggalkan rumah itu. Mereka bahkan tidak peduli kalau Ayu harus amnesia juga gara-gara lemparan itu.

Tapi tak lama kemudian Bintang masuk lagi ke dalam rumah dengan membawa sebuah pisau yang ada di tangannya.

"Sayatan dibayar sayatan." Bintang langsung menyayat tangan Kia tanpa peduli darahnya sudah mengalir. "Masih untung gue cuma sayat sekali." Setelah itu Bintang berlalu meninggalkan rumah itu.

•••

Say HBD to me... Aku ulang tahun nih wkwkwkw

Untuk Senja ✔ (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang