23

2.6K 425 49
                                    

Mumpung lagi mood, aku double update

Kalian lebih setuju Senja sama Bian atau Senja sama Bintang

Happy reading

•••

Bintang mengitari kota Bandung bersama Senja, seperti memutar kenangan yang pernah terjadi saat itu, membuka kembali memori yang hampir terlupakan. Motor besar Bintang berhenti di sebuah taman, hanya remang-remang lampu taman yang menerangi gelapnya malam, juga bintang tetap bersinar di atas sana.

Keduanya duduk di bangku panjang yang tersedia di sana, laki-laki itu membuka jaket yang dia pakai lalu menyampirkan ke punggung Senja. "Biar lo nggak kedinginan," ujarnya.

"Kenapa lo bawa gue, padahal di sana tadi ada Flora?

Bintang menggosokkan telapak tangannya, berharap dinginnya bisa sedikit berkurang. "Refleks, hati gue yang langsung minta buat bawa lo pergi. Gue nggak bisa mikir apa-apa lagi."

Selama ini ada pertanyaan yang selalu Senja pertanyakan di hatinya, tapi dia belum kunjung mendapatkan jawaban, mungkin saatnya Senja harus menanyakan langsung ke Bintang.

"Hemmm, Ntang. I want to ask you."

Bintang menoleh. "Apa?"

"Masalah setahun lalu yang gue bilang mau samper lo ke jembatan, pas datang gue lihat lo pergi sama cewek, yang gue yakin cewek itu Flora. Padahal di situ gue panik takut lo kenapa-napa karena posisinya saat itu orang tua lo divorce," Senja menjeda ucapannya, "Ternyata gue khawatirin orang yang baik-baik aja."

Bintang mengingat kembali kejadian itu, lalu dia menceritakan apa kejadian yang sebenarnya terjadi saat itu agar tidak ada kesalahpahaman lagi.

"Jadi saat itu Flora cuma orang asing yang butuh bantuan lo?"

Bintang mengangguk.

"Tapi lo tahu kan, kalau gue bakal ke situ, kenapa lo malah pergi?"

"Iya, Senja. Begonya gue nggak hubungin lo, setelah gue antar Flora, gue balik lagi ke tempat itu dan lo nggak ada." Bintang menjeda ucapannya, "Gue coba hubungi lo tapi nggak bisa, ternyata lo benar-benar menghilang, bahkan gue udah coba datangin rumah lo tapi Alex malah hajar gue, katanya gue penyebab dari semua sakit hati lo. Di situ gue ngerasa adalah orang paling jahat."

"Bang Alex nggak cerita kalau lo nyari gue ke rumah."

"Saat itu orang tua gue divorce, lo menghilang, gue benar-benar merasa kosong, tapi di situ ada Flora yang semangati gue, dia selalu ada di samping gue. Sampai akhirnya gue jadian sama dia, gue emang sayang sama Flora, tapi rasa gue ke dia, nggak sebesar rasa gue ke lo," Bintang menjeda kalimatnya, "Bahkan sampai detik ini rasa gue ke lo masih sama dan semakin bertambah."

"Tapi sekarang lo harus hilangin rasa itu, karena lo udah punya Flora."

Seakan mengabaikan ucapan Senja, Bintang justru mengeluarkan sebuah pertanyaan. "Gue boleh tahu perasaan lo ke gue gimana sekarang?"

"50% gue berhasil move on dari lo, saat tahu lo udah punya cewek, emang gue rada nyesek tapi itu bisa gue atasi, karena gue udah nggak berharap apa-apa dari lo, Ntang. Sejak gue mutusin buat pergi, sejak itu pula gue tutup hati gue buat seorang Bintang Alkana."

Bintang tidak habis pikir, ternyata Senja secepat itu melupakan dirinya.

"Kalau lo sayang sama gue, kenapa lo nggak mau perjuangin?"

Senja tersenyum tipis. "Ingat nggak dulu gue pernah jatuhin harga diri gue dengan nembak lo, dan akhirnya penolakan yang gue dapat. Gue pernah bahagia waktu lo jadiin gue pacar tapi ternyata semua itu hanya permainan lo sama Kia, dan gue pernah peduli sama keadaan lo waktu orang tua lo cerai. Dan semua kesempatan itu justru menyakitkan buat gue."

"Maaf." Refleks Bintang mengucapkan hal itu.

"Dari situ gue belajar, jangan selalu mengedepankan perasaan tapi harus berpikir pakai logika."

"Rasa lo ke gue?"

"Gue masih sayang sama lo, tapi nggak sebesar dulu, sesuai yang gue bilang tadi udah move on 50%." Senja menepuk pundak Bintang. "Sekarang lo udah punya Flora, fokus ke dia, jangan sakiti cewek lain lagi, cukup gue."

Bintang merasa dirinya benar-benar bodoh, telah menyia-nyiakan perempuan sebaik Senja, kalau saja Flora tidak hadir di kehidupannya, mungkin detik ini Senja dan Bintang sudah bersatu.

"I love you more than you know."

"Thanks."

•••

Setelah pulang ke indekos, Bintang langsung menghampiri Bian yang sedang duduk di depan teras.

"Masuk, bego. Udah malam." Bintang memperhatikan pipi Bian. "Sorry, Yan. Gue udah nonjok lo tadi."

Bian mengangguk. "Kayaknya gue nggak pantas buat Senja."

"Cemen lo, kalau suka ya perjuangin."

"Dia nggak suka gue kayaknya."

"Usaha lah, pea."

"Gue banci, ya?"

Bintang duduk di sebelah Bian. "Yan, tadi gue udah ngobrol panjang lebar sama Senja, dan emang dia udah nothing ke gue."

Bian terkejut. "Yakin?"

"Dia itu cewek yang baik, dia dukung gue sama Flora, dia ingatin gue jangan sakiti Flora."

"Terus lo nyerah?"

"Gue bukan nyerah, Yan. Tapi keadaannya memang seperti ini." Bintang menepuk pundak Bian. "Eh Yan, besok lo nembak Senja, jangan jadi banci."

"Lo nggak apa-apa?"

"Santai aja."

"Cara tembak gimana?"

Bintang menggeplak kepala Bian. "Raja bijak, nggak tahu cara nembak cewek. Mati aja lo, Yan," kesalnya.

"Ajarin, Ntang."

Akhirnya mereka mengubah posisi jadi berhadapan. "Yan, yaudah lo anggap gue adalah Senja."

"Oke." Bian menarik napas. "Senja, gue suka sama lo, lo mau nggak jadi pacar gue? Eh tapi, gue kan nggak mau jadiin dia pacar gue, tapi istri."

"Terserah lo lah, Bambang."

Tak lama kemudian ponsel Bintang berdering, ternyata pesan singkat dari Flora.

Flora
Ntang, aku udah mikir sebaiknya kita break dulu seminggu, kamu tanpa aku, begitupun sebaliknya. Itu untuk ngeyakinin perasaan kita masing-masing.

•••

Untuk Senja ✔ (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang