BAB 20

0 2 0
                                    

Pukul 11.00 Ketemu Denga Dia
Lagi

Disaat bunga mengantarkan makanan kerumah puyang, puyang itu adalah orangtua dari kakek bunga.

"Puyang. . . oh puyan!" bunga datang; teriyak bunga  di depan pintu, maklum puyang sudah pikun jadi memangginya harus teriak supay dia dengar.

Puyang bunga pun membukan pintu rumahnya.

"Masuk bunga!" bunga bawah apa itu; tanya bulan puyang bunga.

"Ini nasi puyang!" tumben kamu yang mengantarnya biasanya selalu ibu kamu.

Ibu lagi banya kerjaan jadi bunga yang di suruh ibu untuk mengantarkan ini.

Disaat bunga melangkakan kakinya, bunga kaget melihan orang yang sedang duduk di kursi orang tersebut adalah kakek bunga.

"Masuk bunga tidak usa takut dengan saya!" kata awi kakek bunga.

Bunga pun masuk kedalam rumah, bunga di suru puyangnya duduk di dekat kakeknya.

Puyang tinggal duluh bunga, puyang mau kedapur untuk memindahkan makanan dari kamu.

"Iya puyang aku tunggu!".

"Kenapa kakek melihat bunga saja!" cobah kakek melihat kearah lain jangan muka saya.

"Tidak  ada!" kakek cuma tidak nyangka kamu sudah besar.

"Tidak usa perhatian!" dan sok -sok kamu sayang sama keluar kami.

"Iya kakek minta maaf!"

"Minta maaf itu memang mudah!" hanya membalikkan tangan. Tapi bunga sulit untuk memaafkan orang yang telah mencampakan ibu saya.

Bukan kakek sudah bahagia tampa kami, kami juga dianggap kalian sebagai orang yang hina di bumu ini.

Tapi cobah kakek pikirkan, kenampa semua anak kakek tidak ada yang menjadi orang, mereka sebagai petani juga sama seperti ibu.

Padahal kakekan orang kaya masa anaknya tidak di sekolahkan.

"Bukan tidak di sekolah!" semua anak kake itu sudah tamat wisudah.

"Tapi mereka seperti orang yang tidak sekolah".

"Ibu aku yang tidak sekolah SD saja dia tidak tamat!" itu semua ulah kakek.

"Tapi meski ibu saya tidak sekolah!" tetap saja ibu sayang yang paling pintar diantara anak kamu, yang sudah bergelar saja masi menjadi pentani.

Seharusnya anak kakek itu tidak menjadi pentani, anak-anak kakek kan sudah pernah sekolah berbedah dengan ibu saya yang tidak pernah merasakan sekolah.

Awi pergi kedapur untu pamit sama ibunya.

"Ibu awi pulang duluh!"

"Ia bunga tadi masi adakan!"

"Ia bunganya masi ada lagi duduk di konsi sekarang ini.

Awi pun peri pulang karena dia tidak mau lama-lama bertemu dengan bunga, dia taku salah ngomong sama bunga.

Dia juga sudah tauh kalau bunga membenci dia, dia tidak mau bunga terus memanci dia supaya dia marah - marah sama bunga.










peluk ibu sekali sajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang