BAB 12

0 1 0
                                    

Pukul 13.00: Bahagia Saat Kedatanga Tema Sejati

Sedang seruh-seruhnya nonton TV tibah-tibah ada suara orang yang memanggi bunga.

Bunga keluar untuk melihat siapa yang datang.

Waktu Bunga membukakan pintu bunga kaget melihat teman-temannya, bunga tidak sangka bisa kedatangan dua hari temannya secara bersamaan.

"Bunga mempersiapkan temanya masuk kerumah!" nama teman bunga itu adalah ike dan sinta.

"Silahkan duduk ike dan sinta!" jangan sungkan-sungkan anggap saja rumah sendiri.

Bunga pergi kedapur untuk mengambil minuman yang dingin.

"Silahkan dimakan kuenya, minumnya juga itu diminum!" jangan dilihat saja nanti dia menangis kalian lihat, kalau kalian mau makan ketupat ada dimeja makan.

"Bunga ini ada-ada saja!" masa kue dan minuman bisa menangis; kata sinta.

"Supaya kalian tidak canggung!" kita sudah lama tidak bertemu setelah tamat dari SMP, bunga hanya sudah bertemu dengan ike itu saja hanya kebetulah.

"Dimana kalian bertemu?" tanya sinta.

"Aku dan ike betemu disaat ikut tes di SMA Negeri 1 itu saja hanya sekali kami bertemu di hari pengumuman hasi dari tes tersebut!" begitu lah ceritanya; jawab bunga.

Hanya makana ini lah yang ada dirumah bunga.

"Tidak usah repot-repot bunga!" bagi kami ini saja sudah lebih dari cukup; kata ike.

"Ngomong- ngomong ko sepih!" tidak seperti biasana. kemana orang rumah kamu bunga?.

"Oh. . .mereka semua pergi kerumah nenek!" hanya ada aku sedirian dirumah.

Kenapa bunga tidak ikut pergi kerumah nenek bunga?.

Bunga lagi malas pergi kesana!.

"Bunga seharusnya kamu itu bahagia bisa lebaran dengan nenek!" apa yang membuat bunga malas pergi kerumah nenek kamu; kata sinta.

"Benar kata sinta!" ike kita kan sudah berteman dari kecil, pernah kah kamu melihat aku berjalan bersama nenekku?

"Tidak. . .tidak!"dari kecil sampai tamat SMP aku tidak pernah melihat wajah nenek kamua.

"Itu lah membuat bunga malas untuk kerumah nenek!" disaat kami datang kerumah nenek tibah-tibah wajahnya yang senyum berubah menjadi cemberut melihat kedatangan kami.

"Jujur bunga sayang sama nenek bunga!" tapi perlakuannya kepada ibu bunga yang membuat bunga menjadi benci sama dia.

"Dia sangat cuwek dan tidak memperdulikan kedatangan ibu!" itulah aku memili untuk tidak ikut saja, aku taku nanti aku tidak bisa menahan diri melihat ibu aku diperlakukan seperti itu oleh orangtua kandungnya sendiri.

"Oh. . . kalau memang begitu ceritanya maafkan kami!" yang telah membuat kamu sedih; kata sinta.

"Kalian tidak perluh meminta maaf!" ini memang sudah lama ingin aku ceritakan tapi aku bisa menceritakannya kepada siapa pun, baru hari ini bunga bisa mengeluarkan isi hati bunga kepada kalian.

"Aku yang seharusnya berterimakasi kepada kalian!" yang telah bersediah mendengarkan curahtan aku, sekarang aku sudah merasah legah.

"Aku punya saran untuk bunga!" di saat rasa sakit itu sudah tidak menghantui lagi, cobah lah bunga baiki nenek bunga siapa tahu hatinya bisa terketung melihat kebaikan dan perhatian dari bunga; kata sinta.

"Terimakasi saranya sinta!" bagus juga saran kamu, akan aku lakukan nanti.

Bunga, sinta dan ike baru menyadari bahwa sekarang sudah sore, mereka terlalu asik mengobrolnya memuat mereka lupah dengan waktu, ike dan sinta berdiri dari duduknya mereka mau pulang, mereka takut dicari sama orangtuanya karena dari pagi sampai sore mereka belum pulang kerumah mereka.

"Bunga kami pamit mau pulang!" kami takut nanti kemalaman pulangnya; kata sinta.

"Ia terimakasi sudah mau mampir kerumah bunga!" titip salam kepada kedua orangtua kalian, jangan bosan-bosan main kerumah bunga.

"Ia nanti kami salamkan kepada ayah dan ibu kami!" kami tidak akan bosan main kerumah kamu bunga; kata ike.

"Dah. . . dah. ..!" hati - hati di jalan.

"Dah sampai bertemu dilain hari!"sambil melambaikan tangan kepada ike dan sinta.

Bunga menutup kemabil pintu rumahnya.

"Bunga segerah membersikan rumahnya!" bunga taku ibu pulang melihat rumah yang tadi bersi dan rabi berubah menjadi berantakan oleh bunga, pasti bunga kenah marah sama ibu, bunga tidak mau diomelin gara-gara rumah kotor.

peluk ibu sekali sajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang