Author POVHoseok sesekali melirik Jimin yang masih terfokus pada buku di atas meja tanpa memperhatikan waktu yang sudah menunjukan waktu pulang.
Ya, harusnya sekarang dia sudah ada di rumah untuk menyelesaikan part di novel Magic Shop yang di belikan Jungkook saat ulangtahunnya ke 19 tahun.
Tapi karena -Sahabatnya- belum pulang maka dia akan mengorbankan sisa waktu luangnya untuk menemani Namja Park itu.
" Jim, kau baik-baik saja? " Mata itu melebar saat ia melihat darah mengalir dari hidung Jimin.
Namja itu awalnya sedikit terkejut,tapi ia dengan cepat mengambil sapu tangan di dalam tas dan mengelap cairan merah kental itu.
Melihat wajah Hoseok yang masih khawatir,Jimin mengulas senyum tipis lalu menuliskan sesuatu pada sticky notes dan memberikannya.
-----
Jangan khawatir, aku selalu baik-baik saja
-----
Tapi kepalanya mendadak sakit, rasanya seperti di hantam benda keras. Bahkan pandanganya berkunang sesekali juga rasa sesak di paru-parunya saat ia berusaha menghirup lebih banyak udara.Bruk!
" Jimin! "
.
.
." Benarkah Hyung? Ah baiklah kalau begitu " ucap Taehyung sambil mematikan sambungan teleponnya pada sang sepupu di seberang.
Ia khawatir juga bingung karena Jimin belum pulang padahal jam akhir sudah berakhir 80 menit yang lalu. Di saat ia berusaha menghubungi Hyungnya malah panggilan operator yang menjawab dengan mengatakan sisa pulsa anda tak mencukupi panggilan ini, silakan~ ya seperti itulah contohnya.
Biasanya kalau akan pulang larut atau izin pergi, Hyungnya itu akan bilang padanya atau setidaknya jika memang mendadak maka Jimin akan mengirimkan pesan tapi hingga bermenit berlalu tak ada satupun notivikasi yang menunjukan keberadaan seorang Park Jimin.
" Kau sudah pulang Hyung? " Namja pemilik senyum kotak itu matanya berbinar saat orang yang ia nanti kini menampilkan diri menaiki tangga menuju kamarnya.
Jimin hanya membalas ujaran Taehyung dengan mengangguk sambil tersenyum manis yang menampilkan pupy Eys sebelum akhirnya dia kembali melangkahkan kakinya lebih jauh.
" Sebenarnya...kenapa aku merasakan jika senyuman yang Jimine Hyung berikan bukan bertanda baik? Apa sesuatu terjadi padanya? " Gumam Taehyung sambil menemui ibunya yang kini berada di taman belakang untuk menyiram tanaman.
Melihat kehadiran sang anak bungsu,Nyonya Park langsung meletakan selang air di pengait sambil mengelap kedua tangannya yang kotor pada lap di samping pintu.
" Ada apa Tae? "
" Apa Eomma tau kemana Jimin Hyung sepulang Universitas hari ini? Aku melihatnya baru datang padahal pembelajaran sudah berakhir sejak 1 jam yang lalu " tanya Taehyung dengan wajah polosnya sambil memandangi bunga Camelion di salah satu pot dekat kursi panjang.
Nyonya Park menggeleng tak tau, Jimin juga tak bilang apapun padanya.
" Mungkin Kakakmu sedang mengejar materi untuk skripsi, jadi sedikit sibuk belakangan ini. Dan Eomma lihat mukanya sedikit lesu sepulang kuliah jadi pasti dia sangat lelah "
" Aku juga berfikir demikian, bahkan aku saja belum menuntaskan skripsiku yang akan segera di sidang para dosen 2 bulan lagi. Mengerjakan sesuatu yang di tuntut oleh deadline akan sangat membosankan " gumam Namja itu sambil sesekali mengeritu di saat ingatannya berbenturan dengan beberapa tugas dengan waktu yang saling berdekatan untuk di kumpulkan seminggu ini.
" Segera kerjakan! Jangan di tunda terus menerus dan kalau bisa ajak saja Jungkook main ke sini untuk belajar bersama denganmu"
" Eoh,tentu saja! Dia pasti akan datang jika ku sogok oleh sepiring sandwich tuna dengan susu pisang kesukaannya "
Nyonya Park menghela nafas pelan,memaklumi pemikiran anaknya yang terkadang terlalu bar-bar untuk urusan pertemanan.
" Iya, Eomma akan siapkan jika dia jadi datang ke sini nanti "
🐨
Btw...ada yang masih jadi pembaca setia Voice? Apa udah ga ada peminat? Kalo iya nanti ga usah up aja kali ye😂😅
Sekiyaan dan Gomawo
-RMBiggestFanGirl
KAMU SEDANG MEMBACA
Voice
FanfictionKalau Jimin punya satu keinginan, yang ia harapkan mungkin hanya sebuah kebahagiaan kecil. Senyuman itu mungkin bisa membohongi banyak orang, tapi tak di pungkiri pula kalau hatinya pilu terasa sesak. Memberikan satu hal yang ia punya, satu hal yang...