Author POV.
.
." Bukankah itu Jimin Hyung? "
.
.
." Eoh,Jim! Kau mau kemana? " Tanya Namjoon sambil menahan pergerakan sepupunya itu.
Yang di tanya hanya menatap lesu lantai marmer rumahsakit, mengulum kurva bibirnya yang sudah tak berwarna lagi.
Bahkan hanya untuk sekedar berucap tanpa suara'pun dia tak kuat dan hanya mampu menuliskan beberapa kata dalam lembar kertas putih polos di genggamannya.
-----
Ke taman, aku bosan hanya berdiam diri di sini Hyung
-----
" Tapi kondisimu masih belum memungkinkan! Dengarkan Hyung, nanti kalau kau drop dan sakit lagi bagaimana? Kau bilang mau segera keluar dengan lekas " ucapnya mencoba memberi pengertian.
Akhirnya Jimin mengangguk mengerti,mencoba menelaah maksud kakak sepupunya yang hanya terpaut umur 4 tahun itu.
.
.
.Jungkook melangkahkan kakinya memandangi jalanan yang lengang dimana keramaian kota Seoul tiada henti berakhir.
Jam sudah menunjukan pukul 14:02 PM KST dan dia baru saja keluar universitas karena jam siang sudah berakhir, awan mendung bergerumul di langit dengan Guntur yang menemaninya.
Di saat orang-orang memilih untuk melindungi tubuh mereka dari terpaan air hujan dan dinginnya suhu, Namja Jeon itu justru menikmati saat-saat dimana rintik mulai turun membasahi jalanan aspal yang ia pijak.
Aroma khas tanah yang menyeruak juga hangatnya perbincangan beberapa orang yang terdengar dari telinganya selama perjalanan menemaninya dalam 1 pusat pertanyaan dalam pemikirannya.
Dimana Jimin?
Dia sudah berjanji pada Taehyung untuk membantu Namja itu menemukan kakaknya,tapi setelah seminggu berlalu semuanya nihil.
Keberadaan Jimin belum di temukan, bahkan polisi juga sudah mencoba melakukan penyisiran demi di temukannya sulung tuan Park tersebut tapi hingga saat ini tak ada pemberitahuan lebih lanjut.
Kadang ia merasa kasihan melihat sahabatnya hanya diam sambil duduk di kamar Jimin,menatap langit dari jendela kecil yang terpajang di tembok.
Pandangannya kosong,bahkan ibunya sendiri bilang nafsu makan Taehyung menurun drastis setelah Jimin menghilang.
Dia mau membantu Taehyung,tapi bagaimana caranya? Kota Seoul bukanlah daerah yang lebih kecil dari Busan jadi 1 hari tak akan cukup baginya untuk memperoleh berita keberadaan Park Jimin.
Sedang asiknya menatap langit,mata itu melihat keseberang jalan. Seorang pria dengan rambut hitam juga berpakaian pasien rumah sakit yang terlihat terdiam menatap hujan yang makin lama makin turun dengan derasnya. Ia menatap langit yang sama dengannya dan Jungkook cukup yakin jika lensa matanya tidaklah salah mengartikan prasangka dengan nama seseorang yang tersemat dalam otak kecilnya.
" Bukankah itu Jimin Hyung? " Gumamnya sambil memperhatikan lebih teliti lagi untuk memastikan dugaannya tidaklah meleset.
Mata dengan tatapan lirih itu menghiasi orang di seberang, tak menyadari Jungkook yang berada di sana menatapnya di balik milyaran air yang turun membelah kesibukan kota padat itu.
" Jimin Hyung!!!" Teriak Namja Jeon itu sambil berlari ke arah Jimin di seberang sana,tak memperhatikan jika sebuah mobil melintas dengan kecepatan tinggi.
Namja Park itu menoleh,mendapati orang yang amat ia kenali tengah berlari kearahnya. Mata Jimin membulat saat kendaran itu membentur tubuhnya dan akhirnya tumbang bersimbah darah yang berbaur dengan air hujan tiada henti.
' Jung..Jungkook-ah! '
.
.
.
.Bugh!
" kalau saja kau tak pergi dan menghilang,Jungkook tak akan ada di sini! " Teriakan penuh amarah itu mengisi keheningan singkat di lorong rumah sakit.
Jimin hanya mampu diam menunduk,bahkan ia lupa sejak kapan airmatanya sudah mengalir lembut membelai wajahnya. Ibunya yang menatapnya hanya dapat diam bergeming melihat sang putra bungsu melancarkan pukulannya pada sang kakak.
Tuan Park datang,menampar pipinya yang makin terasa sakit dan panas.
Keluarganya kecewa, Jimin tau persis perasaan itu.
" Karenamu Jungkook kecelakaan! Karenamu dia harus mendekam di rumah sakit dan berada di masa ambang kematian karena jantungnya rusak! Kerenamu Park Jimin! "
Dia ingin berteriak..ingin mengatakan jika kecelakaan itu sama sekali bukan keinginan juga kesalahannya. Dia kemarin kabur dari rumahsakit saat Namjoon tengah membayar administrasi lalu melihat sahabat adiknya itu berteriak dan berlari ke arahnya lalu semua itu terjadi secara singkat.
Bahkan kalau di berikan harapan, Jimin lebih baik berada di posisi Jungkook daripada menganggung semua amarah itu tanpa kejelasan yang adil. Tapi hanya untuk berusaha tetap berdiri saja tak sanggup, bagaimana mau menjelaskan semua yang terjadi?
Tangan itu hampir saja kembali mendarat di perutnya kalau tangan seseorang tak mencekalnya.
" Apa yang kau lakukan Park Taehyung! "
" Hoseokie? "
🐨
Masih ada yang baca Chap inikah? Apa udah ada yang nangis bawang😂 masih panjang konfliknya jadi tabung air mata dulu,ok?
-RMBiggestFanGirl
KAMU SEDANG MEMBACA
Voice
FanfictionKalau Jimin punya satu keinginan, yang ia harapkan mungkin hanya sebuah kebahagiaan kecil. Senyuman itu mungkin bisa membohongi banyak orang, tapi tak di pungkiri pula kalau hatinya pilu terasa sesak. Memberikan satu hal yang ia punya, satu hal yang...