Ia membuka matanya, semua ini terasa asing. Terlebih lagi ketika retina itu bertubrukan dengan cahaya putih terang yang begitu menyilaukan.Apa yang terjadi padanya?
Seorang dokter tersenyum manis padanya, menanyakan bagaimana kondisi yang ia rasakan. Pria itu hanya mengangguk kecil dan meringis kecil saat menggerakkan tangannya.
Seakan-akan jika ia sudah lama sekali tertidur, hingga tubuhnya begitu kaku dan sakit ketika di gerakkan.
" Tuan Choi Wonseo, aku akan ke sini lagi setelah jam minum obat sudah tiba. Kau bisa kembali istirahat jika begitu "
" Choi Wonseo? Aku? "
" Kau tak ingat namamu Tuan Choi? " Tanya dokter pria itu mengerutkan keningnya bingung.
" Aku ini Park Jimin, bukan Choi Wonseo yang kau katakan Dokter. "
" Tapi pihak kepolisian menemukan kartu kependudukan mu atas nama Choi Wonseo, bukan Park Jimin "
" Apa yang terjadi padaku? "
" Huh? "
" Tolong jelaskan kenapa aku bisa di sini? Kenapa aku ada di sini? " Tanya pria itu dengan suara bergetar, ingin rasanya ia menangis namun puluhan pertanyaan mendekam begitu saja di otaknya.
Sang dokter meminta tolong kepada perawat untuk mengambil catatan Pasien, lalu memberikannya kepada sang pria dengan jarum infus yang menusuk urat di punggung tangan kirinya.
Aku, kecelakaan?
.
.
.Jimin memejamkan mata, menatap sungai Han yang mengalir di bawah jembatan tempatnya berdiri sekarang. Matanya memerah, kepalanya pusing dan yang terpenting dari itu semua adalah kenyataan jika ia masih hidup. Ia masih hidup!
Awalnya, ia tak menyadari kalau Choi Wonseo yang di katakan adalah dirinya. Tapi ketika ia tau akan satu hal itu membuat semuanya semakin jelas.
Ia bisa berbicara, itu mewakilkan segalanya.
Laporan kecelakaan yang ia alami di distrik Incheon, dan kenyataan lainnya jika ia tinggal di Busan dengan pekerjaaan sebagai seorang Direktur di salah satu perusahaan.
Semuanya begitu membingungkan
Rasanya satu hari tak akan cukup untuknya berfikir relevan, mencoba memasuk akalkan semua persepsi dan berbagai prasangka.
" Tak mungkin kan aku terlahir kembali? Tentu saja itu tak masuk akal karena aku sudah mati, bahkan aku bisa melihat bagaimana malaikat mencabut nyawaku " gumamnya pelan dengan tatapan kosong.
" Sanjangnim, kita harus kembali sekarang karena akan ada rapat dengan kolega dari Nourement Group pada pukul 3 sore nanti " salah satu sekretarisnya berujar dengan suara lembut, wanita itu berdiri tak jauh dari posisi atasannya kini berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Voice
FanfictionKalau Jimin punya satu keinginan, yang ia harapkan mungkin hanya sebuah kebahagiaan kecil. Senyuman itu mungkin bisa membohongi banyak orang, tapi tak di pungkiri pula kalau hatinya pilu terasa sesak. Memberikan satu hal yang ia punya, satu hal yang...