Author POVSudah terhitung seminggu Jimin belum kembali ke rumahnya atau menginjakan kedua kakinya di Universitas.
Badannya lemas,bahkan kedua tungkainya juga tak berfungsi maksimal. Tadi saja saat dia ingin ke kamar mandi untuk membasuh wajah,keseimbangannya hilang dan hampir saja jatuh kalau tak ada seorang pria dengan baju rumah sakit yang sama dengannya menahan berat tubuh itu.
" Kalau kau tak bisa berjalan maka naik saja kursi roda dan lakukanlah diet karena kau berat sekali"
Menyebalkan(!) Pikirnya namun ia juga hanya bisa diam tanpa berucap,membungkuk hormat sebagai permintaan terimakasih juga rasa maaf.
Tadinya setelah bertemu dengan sepupunya itu di taman dan mengajaknya bertemu dengan rekan kerjanya yang kini di rawat,baru saja Jimin masuk ke ruangan rawat itu tapi mendadak kepalanya sakit dan berakhir tumbang.
Yang ia ingat hanyalah saat membuka mata,jarum infus sudah tersemat di tangan kirinya.
" Maaf jika aku lama, Hyung tau makanan rumah sakit tak akan seenak buatan rumah jadi butuh 10 menit untuk Hyung mengantri membeli Bubur ayam lezat di dekat pertigaan. Cha! Sekarang makanlah " Namjoon datang sambil berucap ruang dengan menenteng sebungkus makanan dengan asap yang masih mengepul di dalamnya.
Jimin melirik sekilas,menulis sesuatu dan memberikannya pada Namja Kim itu.
-----
Apa sesuatu terjadi padaku Hyung?
-----
Namjoon menggeleng kecil lalu meletakan makanan itu di atas meja,duduk di samping ranjang Jimin yang masih menatapnya dengan puluhan pertanyaan di benak.
" Tidak terjadi apapun "
-----
Aku tau ucapanmu itu adalah sebuah kebohongan Hyung, ku mohon beri tau aku apa yang terjadi denganku? Aku tau Euisa pasti memberi tau sesuatu padamu kan?
-----
" Tak ada, jangan khawatir karena semuanya baik-baik saja " jawabnya sambil mengelus tangan dengan kuku yang sudah memucat itu.
Namjoon juga tak mau berbohong, dia malah mau berterus terang dan ingin bertanya kenapa Jimin tak bicara apapun tentang gejala yang ia alami selama ini. Tapi ucapan Dokter seakan menampar pemikirannya.
" Namjoon-ssi, jangan buat dia berfikir terlalu keras dan aku sarankan kalaupun dia tak tau jika kini sedang sakit. Jangan katakan tentang penyakit itu. Tetapi berusahalah untuk menjaga kesehatannya karena mungkin fisiknya tak akan sekuat sebelumnya "
Jadi yang salah di sini siapa? Namjoon? Sang dokter? Atau..takdir?
.
.
." Maaf Tae, aku tak mendapat informasi tentang Jimin Hyung "
Taehyung menghela nafas gusar,tangan itu sesekali ia ketukan pada meja kayu.
Ia tak tau dimana Hyungnya itu, orangtuanya juga sudah berusaha mencari tapi belum mendapat titik temu keberadaan anak sulungnya.
" Apa kau sudah coba tanya pada Namjoon Hyung? " Tanya Jungkook sambil meneguk Americano lattenya yang sudah mendingin.
" Sudah, tapi dia bilang tak tau dimana Jimine Hyung. Aku takut sesuatu terjadi padanya Kook,perasaan itu menyakitiku setiap aku berusaha memejamkan mata di malam suntuk" lirih Namja pemilik senyum kotak itu sambil membenamkan wajahnya pada kedua lipatan tangan.
Jungkook hanya bisa mengusap punggung itu hangat, Ia sangat tau betapa tersiksanya Taehyung mencari keberadaan Jimin selama seminggu ini dan saat-saat itulah ia selalu hadir di sisi sahabatnya untuk terus meyakinkannya jika Namja Park sulung itu baik-baik saja.
Ia juga tak tau sebenarnya bagaimana keadaan Jimin saat ini, tapi di manapun dia berada dan bernafas. Baik Jungkook maupun Taehyung punya 1 harapan kecil.
Memastikan Jimin dalam keadaan baik-baik saja
.
.
." Bukankah itu Jimin Hyung? "
.
.
.🐨
Ada yang tau siapa yang akhirnya ngeliat Jimin setelah seminggu lost contact dengan Tae?
Dan siapa orang yang menolong Jimin waktu dia hampir jatuh?
Yang Coment dan tau siapa orangnya bakal Author janjiin triple Chap di next chapter jadi Coment banyak-banyak!
-RMBiggestFanGirl
KAMU SEDANG MEMBACA
Voice
FanfictionKalau Jimin punya satu keinginan, yang ia harapkan mungkin hanya sebuah kebahagiaan kecil. Senyuman itu mungkin bisa membohongi banyak orang, tapi tak di pungkiri pula kalau hatinya pilu terasa sesak. Memberikan satu hal yang ia punya, satu hal yang...