Nick sekarang berada di rumah sakit, tepatnya di ruang operasi. Sejak kejadian tadi, Nick segera di-bawa oleh beberapa orang dari S.H.I.E.L.D. agar segera ditangani lebih lanjut.
Derap langkah yang cepat terdengar semakin keras. Steve tidak peduli, tatapannya tidak bisa teralihkan dari seorang pria yang sedang dalam keadaan sekarat dan tidak berdaya di atas brangkar ruang operasi.
"Is he gonna make it?" Tanya Natasha langsung yang baru saja datang.
"I don't know." Jawab Steve seadanya. Memang kalau dilihat dari kondisi Nick saat ini, Steve belum bisa memastikan apa-apa.
"Tell me about the shooter." Tanya Natasha pelan, masih tidak berpaling dari Nick.
"He's fast, strong. Had a metal arm." Jawab Steve. Natasha menegakkan tubuhnya, seperti teringat sesuatu. Sedari tadi keduanya mengobrol tanpa melihat satu sama lain.
Akhirnya Hill pun datang dan langsung menempatkan diri di samping Natasha, matanya sudah berair.
Natasha pun segera menanyakan tentang senjata yang digunakan oleh penembak tersebut yang akhirnya ia mengetahui itu adalah buatan Soviet (Rusia). Keadaan pun menjadi hening membuat ketegangan meningkat di antara mereka bertiga.
"Don't do this to me, Nick. Don't do this to me." Gumam Natasha saat keadaan ruang operasi mulai panik, layar televisi tempat mengontrol detak jantung menunjukkan bahwa jantung Nick mulai melemah. Tak lama setelah itu, gelombang kecil itu menunjukkan satu garis lurus.
"Don't do this to me, Nick. Don't do this to me." Gumam Natasha terus berulang kali.
"Defibilator!" Perintah dokter kepada perawat. Perawat tersebut pun segera memberikan alat tersebut padanya.
"Isi daya sampai 100!" Perintah domter lagi yang segera dilaksanakan perawat. Ia mempertemu-kan kedua alat tersebut.
"Menjauh dari pasien." Kata dokter lalu segera menekan alat tersebut ke dada Nick membuat tubuh itu terguncang.
"Pulse?" Tanya dokter kepada perawat.
"No pulse." Jawab perawat tersebut.
"Baiklah, isi daya sampai 200. Jauhi pasien!" Perintah tegas dokter tersebut, ia segera mempertemukan alat itu kembali. Lalu menekan alat tersebut ke dada Nick membuat tubuh tersebut kembali terguncang.
"Denyut?" Tanya dokter itu lagi.
"Tidak ada denyut, Pak." Jawab perawat itu lagi.
"Berikan aku epiphirin!" Kata dokter. Ia memegang leher dan tangan Nick, mencari denyut nadi di sana. Steve yang melihat itu pun segera mundur beberapa langkah dari Hill dan Natasha. Ia berbalik dan menatap disk pemberian Nick. Sedangkan Natasha dan Hill sudah mulai meneteskan air mata tanpa suara sedikit pun.
Seorang perawat menyuntikan epiphirin ke leher Nick. "What time is it?" Tanya dokter tersebut.
"1.03 pagi, Dok." Jawab seorang perawat. Mereka semua kemudian menatap ke arah Nick.
"Waktu kematian pukul 1.03 pagi." Ujar dokter membuat Natasha melemas seketika.
🎇
Natasha menatap tubuh kaku Nick yang berada di depannya sambil bersedekap, sedangkan Steve bersender di tembok, beberapa langkah di belakang wanita itu. Ia hanya terdiam sambil menatap punggung Natasha. Hill pun datang dan berdiri di samping Steve.
"I need to take him." Katanya kepada Steve. Steve maupun Natasha hanya berdiam. Lalu Steve pun melangkah menuju Natasha, ia berhenti sekitar 1 meter di belakang wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chance - Romanogers
FanfictionNatalia Alianovna Romanova alias Natasha Romanoff. Seorang agen wanita tangguh dan pemberani dari S.H.I.E.L.D. yang dikenal sebagai Black Widow. Ia lahir dan didik dengan keras oleh sebuah Yayasan di Rusia, membuatnya menjadi mata-mata yang dipaksa...