Chance 🌞 : 21

334 30 5
                                    

"Oh, iya, aku hampir lupa. Steve, apakah nama James terdengar tidak asing bagimu?"

Steve POV

Rasanya jantungku berhenti berdetak saat Natasha mengatakan hal itu. Bagaimana bisa? Aku harus bilang apa? Apa Natasha akan mengerti bila aku mengatakan yang sebenarnya? Apa dia akan ingat? Apa tidak apa?

Begitu banyak pertanyaan yang muncul di kepalaku saat itu. Aku hanya bingung bagaimana cara menjelaskannya. Tidak mungkin 'kan, kalau aku bilang bahwa dia adalah anak yang kami temui di pantai dan akhirnya kami memutuskan untuk memberi nama James kepada anak kami nanti. Tidak, sepertinya terlalu gila dan mendadak. Tetapi apa pantas aku merahasiakannya? Apakah aku tidak akan menyesal jika tidak mengatakan yang sebenarnya?

"Halo, Steve? Are you still there?" Lamunanku terbuyar. Aku menatap Natasha dengan gugup.

"Hah, iya, apa?" Sial, aneh sekali gayaku tadi.

"Ada yang salah dengan pertanyaanku?" tanyanya bingung lalu menunduk, "maaf."

"Apa-tidak bukan begitu, aku hanya..."

Ngiung Ngiung Ngiung

Syukurlah, suara mobil polisi dan ambulans yang baru datang tadi menyelamatkan hidupku. Aku kembali menatap Natasha yang juga melihat ke arah sumber bunyi dan langsung berjalan ke seorang polisi yang memanggilku, meninggalkan wanita itu sendirian yang masih menatapku bingung dan sepertinya... sedih?

"Selamat malam, Pak. Apakah benar Anda adalah Bapak Rogers yang menelpon 911?" tanya polisi lelaki yang  berumur 40-an dengan badan  tegap tersebut sambil membentuk posisi tangan hormat. 'Joseph Jefferson, nama yang bagus', batinku saat membaca tanda pengenalnya.

"Ya, saya sendiri." Balasku tersenyum, polisi tersebut langsung menurunkan tangannya lalu balas tersenyum ke arahku.

"Bisa bapak jelaskan kronologi kejadiannya?" tanya polisi itu ramah. Tentu saja langsung kuceritakan kejadian tersebut sedetail mungkin, sedangkan polisi tersebut mendengar sambil mencatat di buku kecilnya.

"Baiklah, terima kasih atas kerjasama dan bantuannya, Pak." Ucap polisi tersebut ramah sambil menyantolkan bolpoin di sakunya.

"Sama-sama, Pak." Balasku sambil tersenyum lalu segera memutar badan untuk berbalik.

"Ah, tunggu sebentar, Pak!" baru saja akan menapakkan langkah kedua, panggilan polisi tersebut membuatku terpaksa harus berbalik lagi, "ya, ada apa?" tanyaku.

"Apakah Anda Steve Rogers yang itu?" tanyanya malu-malu membuatku mengernyitkan dahi.

 "Captain America?" sambungnya dengan semangat membuatku terkekeh. Aku pun hanya mengangguk. 

"Maaf atas kelancangan saya..., tapi bolehkah Anda menandatangani ini? Anak saya adalah penggemar berat Anda," ucapnya setengah malu setengah bersemangat sambil menyodorkan bolpoin yang sudah mendarat di sakunya tadi dan selembar kartu UNO bergambar diriku yang sedang memegang perisai dengan gagahnya. Tentu saja dengan senang hati, segera melakukan sesuai yang dimintanya.

"Nama anak Anda siapa?" tanyaku sambil menorehkan tanda tanganku. 

"Carl. Carl Jefferson." Jawabnya dengan girang. Aku pun segera menuliskan nama anaknya di bawah tanda tanganku. 

Chance - RomanogersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang