Chance 🌞 : 19

455 62 4
                                    

Pukul 18.00.

Steve merebahkan dirinya di kasur. Ia baru saja bisa beristirahat setelah seharian ini melatih para Avengers baru. Ia sangat mengantuk dan lelah, tetapi jamnya terlalu riskan untuk ia tidur sekarang karena pukul 20.00 ia ada janji dengan Natasha. Sejujurnya ia sangat bingung kenapa wanita itu mengajaknya pergi ke café. Apa yang akan dikatakan gadis itu? Padahal kan di tempat mereka bekerja saja bisa.

Ah, Steve sudah tidak tahan. Ia meraih ponselnya. Mengeset alarm pada pukul 18.45, 19.00, 19.10, dan 19.20 untuk berjaga-jaga. Setelahnya, ia meletakkan ponselnya di atas nakas di samping tempat tidurnya dan mulai terlelap.

🎇

"Hoaam" Lelaki itu menguap ketika terbangun dari tidurnya. Ia mengedipkan matanya berkali-kali, mencoba menyadarkan dirinya lalu duduk. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri seperti orang linglung. Tangannya meraih ponsel di atas nakas dan menyalakannya, sekarang pukul 19.30.

"Oh shit!" Ia langsung bergegas ke kamar mandi dan membersihkan dirinya. Tak sampai 10 menit, pria itu sudah rapi. Ia memakai kemeja flanel kotak-kotak merah-hitam berlengan panjang dengan kaos hitam polos di dalamnya, tak lupa dengan celana jeans panjang berwarna hitam sebagai bawahannya. Selesai mengikat sepatu Adidas putihnya, ia segera mengambil kunci motor, dompet, dan handphonenya. Tak lupa, ia memakai arloji kesayangannya.

"Ah," Ada sesuatu yang terlupa. Steve bergegas menuju lemarinya dan mengambil parfum. Ia menyemprotkan parfum itu ke tubuhnya. Setelah dirasa cukup, ia segera berangkat.

Di jalan, ia terus merutuki dirinya. Bagaimana bisa ia tidak mendengar alarm tersebut, mengapa bunyi alarmnya kecil, mengapa ia bisa lupa akan janjinya dengan Natasha.

Steve melirik arlojinya, 20.00. Sial, ia mungkin akan sampai 10 menit lagi, ditambah lalu lintas rupanya tidak terlalu mendukungnya. Pasti akan memakan waktu yang lebih lama dari biasanya. Sudahlah tidak apa, lagipula tidak ada yang bisa ia lakukan sekarang. Steve melajukan motornya lebih cepat, berharap supaya ia tidak terlalu terlambat nantinya.

🎇

Natasha menghela napas gelisah, khawatir Steve tidak akan datang. Sekarang sudah pukul 20.15, tidak biasanya pria itu terlambat. Sebenarnya ia mengajak Steve kemari untuk membiacarakan sesuatu yang cukup penting menurutnya. Natasha juga ingin bertanya kepadanya alasan Steve menjaga jarak darinya. Entahlah ini hanya perasaannya saja atau tidak, tetapi yang pasti Natasha merasa tidak terlalu nyaman dengan itu.

KLING, suara yang menandakan bahwa ada pengunjung yang baru saja datang. Natasha menoleh ke sumber suara, berharap itu Steve.

Voila, ternyata itu memang Steve. Pria itu mengedarkan pandangannya, sepertinya ia mencari keberadaan wanita itu. Peka dengan keadaan, Natasha segera melambaikan tangan kepada Steve, menandakan ia ada di sana. Steve segera tersenyum dan berjalan menuju meja wanita itu, meja di dekat jendela. Di sana adalah tempat terbaik menurut Natasha, begitu pula dengan Steve.

"Hai, maaf aku terlambat. Sedikit macet tadi." Ucap pria itu sembari duduk di sebrang Natasha. Tentu saja itu hanya alibi.

"Ya, tidak apa-apa." Jawab Natasha seadanya.

"Mengapa kau belum memesan? Baiklah sepertinya aku akan memesan." Setelah mengucapkan hal itu, Steve segera memanggil seorang pramusaji.

"Selamat malam, mau pesan apa?" Tanya pramusaji itu ramah.

"Kami ingin memesan hot vanilla latte dengan ekstra susu satu, hot caramel macchiato satu, dan dua tiramisu. Kau ingin yang lain?" Tanya Steve kepada Natasha setelah menyebutkan pesanannya. Natasha menatap Steve heran sebentar lalu menggeleng.

Chance - RomanogersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang