Chance 🌞 : 18

409 51 0
                                    

Sudah 5 bulan sejak kejadian pilu di rumah sakit saat itu. Natasha sudah boleh pulang dari rumah sakit 2 hari setelah kejadian itu. Tentu saja banyak pertanyaan di pikirannya tentang pria yang waktu itu mengaku bahwa mereka adalah sepasang kekasih yang sebentar lagi menikah. Tetapi hal itu tidak dipusingkan olehnya, sudah ada Bruce bersamanya sekarang.

Ya, 2 bulan sejak kejadian itu akhirnya mereka memutuskan untuk berpacaran. Natasha yang meminta itu. Tentu saja Bruce sangat senang, sudah lama ia mencintai Natasha dan keinginannya untuk mereka bersama lagi akhirnya terwujud.

Sedangkan Steve? Pria itu menjadi lebih moody. Setiap melihat Natasha maupun Bruce, moodnya yang tadi santai atau bahagia seketika bisa berubah menjadi marah, kesal, ataupun sedih. Anggap saja ini bagian dari menerima. Tidak ada yang bilang bahwa menerima suatu keadaan yang tidak mengenakan itu mudah, namun apa boleh buat apabila Tuhan sudah berkehendak?
Setidaknya Steve bisa melihat wanitanya itu bahagia, bukan? Kata orang, bagian paling indah dalam jatuh cinta adalah membiarkan orang yang kita cintai bahagia walau tidak bersama kita. Memang terdengar kejam, tetapi apa boleh buat?

Tetapi kadang-kadang ia bisa mengendalikan moodnya, maka kesempatan itu ia gunakan untuk mencoba mengembalikan ingatkan Natasha akan mereka berdua dan dirinya. Lama-lama Natasha mengerti dan mengenal akan Steve, tetapi soal hubungan mereka berdua tidak pernah bisa Natasha ingat. Hingga kembali seperti awal, Natasha menganggap Steve adalah temannya - atau mungkin selangkah kebih maju, sahabatnya.

Sekarang, para Avengers sedang berpesta untuk merayakan keberhasilan Tony dalam membuat pasukan robot yang akan membantu para Avengers melindungi dan mentertibkan dunia, yaitu Ultron.

Steve melihat kearah Natasha yang sedang mengobrol bersama Bruce di bar. Ia lalu melangkahkan kakinya ke sana.

"May i have one, please?" Tanya Steve kepada sang bartender yang tak lain adalah Natasha.

"Sure." Wanita itu tersenyum lalu meninggalkan Steve dan Bruce berdua di sana. Jujur saja, keadaan ini mungkin sedikit canggung bagi mereka.

"Seems like she really loves you." Steve tersenyum kecut, tentu saja ia tidak sungguh-sungguh dalam mengatakannya. Bruce hanya menanggapinya dengan senyum awkward.

(Oke cung, jd abis ini alur cerita Avengers : Age of Ultron yang mesti gue skip karena gamungkin diceritain full. Selain terlalu panjang, bisa kena copyright juga wkwkw. Jadi lanjutan abis ini setelah Avengers : AoU selesai ya).

Setelah pertarungan terakhir kali melawan Ultron, tentu saja para Avengers memenangkannya walau harus membiarkan kekacuan yang terjadi akibat reruntuhan kota Sokovia yang dibawa terbang oleh Ultron. Mereka bahkan bekerja sama dengan Saudara Maximoff, kakak-beradik super yang memiliki kekuatannya karena menjadi bahan percobaan oleh Hydra. Walaupun awalnya memihak Ultron karena membenci Tony Stark yang tidak sengaja membuat orang tuanya terbunuh, mereka akhirnya sadar setelah Wanda berhasil membaca pikiran Ultron tentang menghancurkan dunia. Sayangnya, Pietro Maximoff - kakak dari Wanda Maximoff harus meninggal kala mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan Clint yang hampir tewas saat menyelamatkan anak kecil karena Ultron hendak menembaknya dengan senapan mesin.

Selain itu, Bruce juga menghilang sejak menaiki Quinjet. Tentu saja itu membuat Natasha sedih, kehilangan kekasihnya yang belum lama ini menjalin hubungan bersama. Tetapi ia berusaha bersikap profesional dengan tidak menunjukkannya di depan siapapun.

Tentang Steve, tentu saja ia berusaha menjaga jarak dengan Natasha. Perasaannya kepada Natasha masih sama, sedangkan Natasha tidak merasakan hal yang sama sepertinya. Itu adalah keadaan yang cukup canggung dan menyedihkan bagi Steve. Natasha mungkin merasakan jarak yang tercipta itu. Ia pun berencana untuk menanyakan ini kepada Steve nantinya.

Saat ini Natasha dan Steve tengah beristirahat setelah melatih pasukan Avengers, yang tak lain adalah Wanda Maximoff (Scarlett Witch), Sam Wilson (Falcon), dan Vision.

"Bagaimana menurutmu?" Tanya Natasha membuat Steve sadar dari lamunannya.

"Perkembangan mereka cukup pesat. Hanya butuh sedikit keahlian dalam mengontrol kekuatan mereka, terutama Wanda dan Vision. Kekuatan mereka cukup besar." Jawab Steve membuat Natasha mengangguk.

"Di mana mereka sekarang?" Tanya Steve sambil beranjak dari duduknya. Berdua dengan Natasha seperti ini hanya membuat hatinya tidak karuan mengingat status hubungan mereka.

"Ah, mereka sedang berganti baju di ruang ganti. Entahlah, mungkin cukup lama karena mengobrol sebentar." Jelas Natasha.

"Baiklah, perintahkan mereka untuk menunggu di sini sebentar apabila sudah selesai. Aku akan segera kembali." Perintahnya tegas lalu segera meninggalkan Natasha.

"Hei, apakah kau ada rencana nanti malam?" Tanya Natasha pelan, ia merasa sedikit gugup karena aura dingin yang dikeluarkan Steve saat ia berbalik karena panggilan Natasha.

"Tidak, sepertinya aku akan bersantai saja." Jawabnya singkat.

"Café Blake? Jam 8?" Tanya Natasha. Steve berpikir sebentar lalu mengangguk, ia pun segera pergi meninggalkan Natasha.

-chance 18 : end 🌞.

Helo, yak akhirnya saya melanjutkan ini cerita setelah ngacangin kalian dalam waktu yang lama tanpa kepastian. Jadi, tadinya itu gue mau fokus buat ujian, eh malah gaada si kampret gara-gara korona. Jujur aja gue juga rada mentok mikirin buat part ini karena ya sebetulnya gue rada susah buat pas-in timingnya wkwk.

Baiklah, terimakasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan kepada para pembaca yang masih setia membaca cerita ini. Maaf untuk segala typo ataupun kalimat yang berbelit-belit. Enjoy. Salam Romanogers! 😉🙌  Peace Out! ✌🤙.

Chance - RomanogersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang