Pukul 6 pagi, sinar matahari sudah mengintip lewat sela-sela gorden kamar itu, membuat sang pemilik yang sedang tidur pun akhirnya terbangun. Pria itu membuka matanya, sempat kaget karena yang ada di hadapannya adalah wajah damai wanita yang paling dicintainya setelah ibunya.
Mata wanita itu masih sedikit sembab setelah menangis semalam. Hati Steve tercubit, pernyataan Natasha memang membuatnya terguncang karena ia ingin untuk memiliki keturunannya sendiri. Tapi tak apalah, untuk hal itu bisa dipikirkan nanti. Yang penting, ia bisa bersama Natasha sepanjang hidupnya. Biarlah Tuhan yang mengatur jalan kedepannya.
Steve menatap intens wanita itu. Ya Tuhan, betapa bersyukurnya ia memiliki pendamping hidup se-sempurna Natasha. Ia saja sebenarnya masih tidak percaya, namun itulah kenyataan yang membuatnya tidak bisa berhenti tersenyum.
Pria itu mengencangkan pelukannya di punggung wanita itu, sesekali mengelusnya. Biarlah wanita ini beristirahat dengan nyaman walaupun sebentar. Terlalu banyak hal berat yang dilaluinya.
Ia mencium kening Natasha cukup lama lalu kedua pipinya. Rupanya wanita itu masih belum terbiasa sehingga membuatnya terbangun walaupun belum sepenuhnya.
"Engh," Lenguhnya saat membuka matanya sedikit untuk mengintip. "Sebentar lagi." Gumamnya pelan lalu menelusupkan kepalanya ke leher pria itu yang membuatnya nyaman. Tangannya juga ia lingkarkan di pundak pria itu dan memeluknya erat. Steve hanya tersenyum, 'lucu banget sih,' Gumamnya.
Akhirnya pria yang tadi mau beranjak pergi itu tidak jadi karena ia malah terperangkap dengan pelukan dan tingkah lucu wanitanya. Steve pun memposisikan diri agar wanita itu merasa nyaman lalu tangannya bergerak untuk mengelus kepala Natasha.
"I'm so lucky to have you." Bisiknya di atas kepala Natasha. Saat ia mau memejamkan mata kembali, dirasakannya kepala wanita itu menjauh dari lehernya membuatnya membuka matanya kembali.
"I'm so lucky to have you, too." Bisik wanita itu di depan wajah Steve sambil tersenyum. Saat ini degup jantung Steve berpacu dengan cepat karena melihat wajah seksi khas bangun tidur Natasha. Terlebih lagi ketika wanita itu kembali menyembunyikan wajahnya di dada Steve, membuat wanita itu bisa mendengar dengan jelas degup jantung Steve yang berpacu dengan cepat.
Natasha menarik kepalanya lalu terkekeh menatap Steve. Pria itu masih terlihat gugup dan itu membuat Natasha semakin gemas dengan tingkah prianya.
"Tunggu, kau sengaja?" Steve menaikkan salah satu alisnya. Kali ini Natasha menaikkan kedua alisnya sambil tersenyum.
"Kemari kau!" Ucap Steve lalu menarik Natasha yang tidak sempat menghindar. Ia mengunci pergerakan Natasha dengan pelukan mautnya. Sebetulnya wanita itu bisa saja menghindar tetapi ia ingin melihat apa yang akan dilakukan Steve selanjutnya. Di luar dugaan, pria itu malah menggelitiki pinggangnya membuat wanita itu tertawa karena saking gelinya. Natasha baru tahu kalau ia bisa kegelian karena ini kali pertama ia digelitiki. Matanya berair karena terus-terus tertawa, tubuhnya juga mulai lelah. Ayolah, ia baru saja bangun dan rasanya ini seperti berolah raga.
"Steve, stop!" Ucapnya sambil terengah-engah namun tampaknya pria itu tak meperdulikannya.
"Okay-okay, you win." Katanya lagi setelah ia benar-benar kewalahan. Steve akhirnya menghentikan aksinya dan membiarkan tubuh mereka berbaring bersebelahan di kasur saat ini. Keduanya terlihat lelah, padahal Steve yang memulai.
"Selelah itukah rasanya bila digelitiki?" Tanya Natasha menghadap Steve setelah akhirnya dapat menetralkan degup jantung dan lelahnya.
Steve menoleh balik, "Iya. Memang kau tidak tahu?" Tanya balik pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chance - Romanogers
FanfictionNatalia Alianovna Romanova alias Natasha Romanoff. Seorang agen wanita tangguh dan pemberani dari S.H.I.E.L.D. yang dikenal sebagai Black Widow. Ia lahir dan didik dengan keras oleh sebuah Yayasan di Rusia, membuatnya menjadi mata-mata yang dipaksa...