19|RATUKU(END)

3.4K 106 1
                                    

Sendirian tidak ada teman. Mencoba beberapa kali menghentikan rasa marah yang melanda dirinya. Marah nya seorang cewek itu ada beberapa, yang pertama diam. Kedua, bicara dengan kecepatan di atas rata-rata. Dan yang terakhir menangis.

April kini sedang dalam mode marah. Hal yang dilakukan cewek itu hanya terdiam. April bukan tipe cewek yang sedikit-sedikit ngambek. Hanya saja cewek itu terlalu sering bawa perasaan.

April beberapa kali mengusap air mata yang mengalir ke pipi nya. Walaupun begitu cewek itu tetap saja tidak terlihat baik-baik saja. Keadaan yang begitu tidak ia inginkan. Baiklah jika si Wini itu mengambil gelar cewek populer. April sadar diri, kalau dirinya memang tidak secantik atau setenar Wini. Apalagi dengan pengikut instagram cewek itu yang sudah mencapai ribuan. April sudah kalah telak soal itu, mengingat akun instagram April hanya memiliki lima orang pengikut.

Tapi jika Wini mengambil Rangga dari nya, April sangat tidak bisa. Menerima bahkan pura-pura menerima saja cewek itu tidak akan sanggup. Segala yang terjadi tadi. Terus menghantui dirinya. Relung hatinya bahkan sepi.

Rasanya malu mengingat hal itu. Jika bisa tadi ia tidak usah datang saja sekalian. Hanya membuat malu. Lengkap sudah penderitaan nya.

Cewek dengan gaun merah dan make up yang sedikit berantakan itu, membuka sepatu memilih duduk di pembatas rooftop. Saat sedang sakit hati begini, cewek itu sampai tidak memikirkan rasa takut. Cewek itu hanya ingin tenang. Memilih bersembunyi dari kerumunan.

"Nggak takut disini sendirian?"

Bukan, itu bukan suara hantu atau semacam nya. Suara berat juga sedikit menggoda. April sangat tahu siapa pemilik suara itu.

Rangga.

"Nggak takut, disini nggak ada temen?" Rangga duduk di samping April. Kedua kaki pasangan itu menggantung.

April melirik sekilas. "Udah biasa berteman sama luka."

Tandas. Rangga meneguk ludah. Memilih menatap April dari samping. "Maaf, maaf banget."

"Buat apa?" tanya April sambil menatap ke depan. "Buat semua luka yang kamu kasih sama aku, Ga?" April memiringkan kepala menatap Rangga. Tatapan mereka berdua bertemu.

"Pril—"

"Asal kamu tahu, Ga. Andai kata maaf yang kamu kasih ke aku lebih dari sejuta kali, nggak akan bisa gantiin rasa sakit yang selama ini aku rasain," ujar April.

Tertohok. Rangga hanya bisa diam. Ucapan April benar-benar mengguncang relung hati nya.

"Aku bisa apa, Ga? Selain diem, diem, dan diem, lagi. Kamu bohong, aku percaya. Bahkan saat kamu nggak ada di saat aku butuh, aku berusaha buat baik-baik aja." April terkekeh kosong.

"Pril lo marah cuma gara-gara Wini—"

"Aku nggak pernah mau gelar itu, Ga."

"Kemarin kamu kemana?" April menatap Rangga tepat di mata cowok itu.

"Gu-gue kemarin di rumah," ujar Rangga.

"Bohong lagi, kemarin aku kerumah kamu." April tersenyum getir. "Kata Mama kamu, kamu keluar."

"Itu artinya kamu nggak ada dirumah, Ga."

"Gu—"

"Ketemu sama Wini di cafe Resta, 'kan?" potong April cepat. Cewek itu sampai tidak memberikan Rangga waktu untuk bicara.

Rangga diam. Kenapa April bisa tahu?"

"Kamu bilang, kamu istirahat Ga." April menahan tangis nya. Mendongkak menahan air mata sendiri. Tertawa miris.

"Gue emang istirahat, Pril," elak Rangga.

Mata April menatap lurus kepada Rangga. Seulas senyum terbit di wajahnya. "Kamu bener, kamu nggak bohong. Kamu emang istirahat, istirahat dari kisah kita yang menurut kamu melelahkan."

"Kisah kita nggak semelelahkan itu, Pril."

"Aku yang lelah, Ga!"

Rangga mengacak rambutnya. Cowok itu prustasi. "Pril, hubungan kita udah dua tahun dan gue gamau kita hancur cuma gara-gara ini."

"Ga, kita udah hancur sebelum ini," parau April. Setetes demi setetes air mata jatuh pada kedua pipinya. Menahan rasa nyeri yang menggelayuti rongga dadanya.

Rangga mengambil tangan April, lalu menggenggam nya. "Nggak ada yang hancur. Gue, lo, kita. Masih utuh. Percaya sama gue."

"Aku udah sering percaya sama kamu, Ga," ucap April tanpa melepaskan tangan nya yang di genggam oleh Rangga. "Puncak saat kemarin aku lihat kamu jalan berdua sama Wini. Asal kamu tahu, Ga. Ini sangat sakit."

Rangga tersenyum tipis. "Lo nggak mau tahu kenapa gue ketemuan sama dia?"

April terisak. Rangga mengelus depan rambut April. Bukan nya takut cowok itu malah senang. April tengah cemburu. Cewek itu takut sosok Rangga tidak lagi mencintai nya, ketika April sudah sangat jatuh pada Rangga.

"Wini, mau minta maaf, sekalian ngasih salam perpisahan. Nanti dia mau kuliah keluar negeri barengan sama Farhi. Kamu tahu? Mereka jadian," kata Rangga sambil mengusap punggung tangan April.

April mengangkat kepala. Sedikit terkejut dengan apa yang barusan Rangga bilang. "Bohong." April menatap Rangga dengan linangan air mata. Percuma saja tadi ia melankolis kalau begitu.

"Aku nggak bohong," kata Rangga. Cowok itu bahkan mengganti sapaan lo-gue menjadi aku-kamu. "Mau kita tanya Wini?"

April menggeleng pelan. "Nggak perlu."

"Kit—"

"Jangan putusin gue, gue mohon." Rangga semakin mengeratkan genggaman nya. "Gue cinta. Sangat cinta ke lo, April."

April terkekeh. Mengambil tangan nya. Mengusap pipi Rangga pelan. "Nggak ada yang bakal putus, aku juga cinta sama kamu, Ga."

Rangga tersenyum mencium punggung tangan April lama. Tersenyum lebar. Mengajak April berdiri dan meninggalkan pembatas itu. Mengambil sesuatu dari belakang jas nya. Sebuah mahkota yang terbuat dari rotan. Ada bunga-bunga disisi nya sebagai penghias.

Rangga menghadapkan tubuh nya pada April memakai, 'kan mahkota itu ke kepala April. Cowok itu juga memakai mahkota yang sama dengan yang April pakai.

"Sampai kapanpun, Ratu gue cuma lo." Rangga menangkup kedua pipi April. Mendekatkan bibir nya pada kening April. Mencium nya lama.

"Lo kedinginan, ya, Pril?" tanya Rangga, setelah menjauhkan dirinya. Membuka jas lalu memakaikan nya ke tubuh April.

Rangga membalikan tubuh nya ke arah depan. Mengalungkan tangan pada bahu April. Sama-sama menatap ke atas langit. Mengembangkan senyum. Berterimakasih pada bulan yang dengan suka rela menemani mereka berdua.

Malam ini. Malam terakhir mereka berada disini. Malam ini akan jadi menjadi penghujung malam. Malam berbeda dari malam kemarin. Angin berhembus membuat kedua nya semakin mengeratkan pelukan mereka.

Kisah singkat ini memang tidak begitu menarik. Kisah pilu yang berujung syahdu. Setiap air mata itu nyata, tapi senyum akhir dari segala nya.

Sampai mereka disatukan dalam kisah yang mereka buat.

Kisah Rangga dan April.

SELESAI

🍃🍃🍃

TAMAT KISAH INI AKU AKHIRI SAMPAI SINI.

TERIMAKASIH YANG UDAH MAU BACA.

KISAH INI MEMANG SINGKAT, TAPI SETIAP UNTAIKAN KALIMAT YANG AKU TULIS DI CERITA BENER-BENER DARI HATI.

OKE SALAM CINTA, BACA CERITA AKU YANG LAIN YA.

SAYSAY...

💛💛💛💛

Rangga&April     (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang