03-SINGKAT

2.9K 144 1
                                    

"Kamu yakin? Kamu nggak buat kesalahan?" tanya Ani nampak tidak percaya, karena biasa nya April akan selalu bersemangat, jika Rangga datang kerumah.

"Kak Rangga nya aja kali nggak peka, tadi Janual denger kok, kak April nangis dalam kamar nya, abis pulang sekolah,"ucap Janual ikut nimbrung, meski sering bertengkar dengan April, tapi tetap saja, jika melihat April menangis,  Janual juga akan merasa ikut iba.

Rangga terdiam. Menangis? Saat pulang sekolah? Itu artinya, ah sial. Rangga mengacak rambut nya frustasi. Rangga lupa, jika ia memiliki janji untuk mengantarkan April pulang, tapi karena Wina–mantan saat SMP nya dulu, Rangga jadi melupakan janji nya pada April.

"Tante, Rangga boleh nggak naik ke atas?" tanya Rangga, lalu berdiri dari duduk nya.

Ani mengangguk. "Boleh, tapi ingat jangan macam-macam. Kalian sudah dewasa sekarang."

Rangga mengangguk pasti, lalu melangkahkan kaki nya ke atas kamar sang pujaan hati. Rangga salah ia sangat salah, pasti April melihat nya dengan Wina di parkiran tadi sore.

Rangga menaiki tangga dengan langkah cepat. Rangga menatap pintu kamar April. Ada tulisan kecil yang menggantung di pintu kamar April.

Kamar kekasih Rangga nya April, bukan Rangga nya Cinta.

Rangga tersenyum tipis. Merasa lucu dengan tingkah pacar nya itu. Rangga memang sudah tahu jika pintu kamar pacar nya itu dihias dengan sedemikian rupa, tapi hal kecil seperti itu selalu saja berhasil membuat Rangga jatuh berkali-kali.

"April,"panggil Rangga sambil mengetuk pintu kamar April. Rangga terhenyak tidak ada suara yang menyahuti panggilan nya.

Rangga kembali mengetuk pintu kamar April dengan sedikit keras, mengetuk pintu kamar April berulang kali. Rangga lemah, jika April sudah marah begini pada nya. Rangga maklumkan juga sebenarnya, jika April marah pada nya. Salah nya, salah sikap labil nya.

"Pril, gue tahu gue salah, gue minta maaf, gue bener-bener lupa. Tadi Wina sakit, terus dia minta anter balik, lo mau ngerti gue kan, Pril?"pinta Rangga nampak menyenderkan kepala nya ke pintu. Rangga benar-benar frustasi.

"Pril, maaf."Rangga berucap pelan. Ia benar-benar tak bisa jika April bersikap seperti ini. Selalu bisa membuat nya tak tenang.

Tiba-tiba gagang pintu terlihat bergerak. Rangga mundur beberapa langkah saat pintu kamar April terbuka. Rangga tersenyum, ketika mendapati April yang tengah menatap nya heran. April terlihat seperti orang yang baru terbangun dari tidur nya.

"Rangga, kamu ngapain disini?"tanya April terkejut."Kamu udah dari tadi di rumah aku?"

Rangga diam ia memandang wajah April yang terlihat sembab. Mata April bahkan sedikit membengkak. Kenapa Rangga bisa sebodoh ini? Membiarkan April dengan kesakit hatian nya, sedangkan Rangga malah merasa semua baik-baik saja.

"Maafin gue Pril."Rangga menunduk tak mampu menatap April lebih lama lagi.

April tahu apa maksud Rangga, ia tak bisa bicara, tapi apa boleh buat. Hubungan nya dengan Rangga perlu di perbaiki, jika kedua nya terus berlama-lama berlarut dalam rasa bersalah,  kedua nya akan terus menyimpan, tanpa mau saling mengungkapkan.

"April, maafin Ga,"ucap April tersenyum. Ia menatap Rangga."Bukan salah kamu, ini cuma masalah waktu, waktu nya yang kurang tepat."

Rangga mengangkat wajah nya menatap April, yang ditatap malah membuang muka malu.

Rangga mendekat, mengikis jarak diantara mereka berdua. Rangga mengecup bibir April singkat, sangat singkat, membuat April melotot karena perlukan Rangga yang sangat mendadak.

"Rangga!!"April memekik tertahan, pipi nya bersemu merah, tapi sebisa mungkin ia sembunyikan, agar Rangga tidak tahu bahwa April tengah dilanda kegugupan yang luar biasa saat ini.

"Apa?"Rangga bertanya santai, seolah semua nya tidak pernah terjadi."Jangan minta lebih, nanti kalau udah sah baru."Rangga menaik turunkan kedua alis nya.

April menonjok pelan bahu Rangga.

"Gemesin."

🌜🌜🌜

Vote and comment yaaa semua.

Kalian yang baik hati.

Aku cinta kalian.😍

Rangga&April     (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang