8

1.3K 52 0
                                    

Jam dinding pada kamar dengan cat warna putih menunjukkan pukul 5.00.

Aku perlahan membuka mataku. Sinar putih menyilaukan mataku.

"Ayah?", ucapku lirih.

"Kemana ayah?", ucapku lagi.

Aku tidak menemukan Ayah berada di sisiku. Mungkin sedang di kamar mandi, tp semuanya terasa hening. Atau mungkin sedang jalan - jalan.

Aku terdiam sambil memandangi langit - langit kamar.

Apa yg terjadi? Sudah berapa lama aku tertidur? Sebenarnya apa yg terjadi? Kenapa aku seperti ini.
Kalau ga salah dulu aku juga pernah mengalami hal kayak gini. Tapi kapan?

Tiba - tiba ada yg membuka pintu dan membuyarkan lamunanku. Aku pikir itu Ayah, ternyata dokter.

"Akhirnya kamu siuman", ucap dokter mendekati ranjangku.

"Memangnya aku kenapa, dok?", tanyaku.

"Kamu ga sadarkan diri selama 2 hari", jawab dokter.

Apa?! 2 Hari selama itu kah?

"Kita cek dulu ya", ucap dokter sambil mencari alat tensi.

"Dokter?", tanyaku.

"Iya?", jawab dokter.

"Sebenarnya aku kenapa ya dok?", tanyaku penasaran.

"Kamu mengalami hal yg sama seperti kamu waktu kelas 5 SD dulu", jawabnya.

Ha?! Kelas 5 SD? Selama itu kah? Tapi knp aku ga inget apa - apa ya? Dan kenapa dokternya masih inget aku?

"Kok dokter masih inget?", tanyaku lagi.

"Ha ha ha, oiya pasti km lupa ya. Saya Dendra, dulu saya yg di rehabilitasi. Mungkin km lupa juga ya? Ya dulu kamu adalah pasien termuda yg pernah aku tangani dengan kondisi yg serius", jawabnya.

"Ooo", jawabku sambil mengangguk walau sebenarnya aku tak tahu apa yg di bicarakannya.

Rehabilitasi? Kondisi serius? Apa sih sebenernya?

"Baik, untuk saat ini kondisi km sudah stabil. Tapi kita harus nunggu 24 jam setelah kamu siuman untuk pengecekan ulang", ucap dokter.

"Dan, jangan lupa sarapan terus obatnya diminum", ucapnya.

"Baik, dok", jawabku.

Setelah dokter keluar, aku meraih remote TV yg tak jauh dari ranjang ku. Aku menyetel TV, entah aku menyetelnya terserah, agar tidak terlalu sunyi.

Pukul 06.00, Ayah baru kembali entah darimana.

"Sayaang, akhirnya km bangun", ucap Ayah sambil mengusap rambutku.

"Ayah darimana?", tanyaku.

"Ayah habis pulang ke rumah. Maaf ninggalin kamu", jawab Ayah.

"Gapapa, Ayah. Oiya, Yah?", tanyaku.

"Iya, nak?", jawab Ayah.

"Ayah, dulu waktu kelas 5 SD pernah dirawat dirumah sakit?", tanyaku penasaran.

"Ya, sebenarnya bukan waktu itu aja. Bahkan hampir setiap bulan kamu dirawat di rumah sakit", jawab Ayah dg muka melas.

"Kenapa, Yah?", tanyaku.

"Kamu dulu waktu kecil pernah kecelakaan", jawab Ayah tetapi raut mukanya aneh.

"Kecelakaan apa?", tanyaku lagi.

"E...e.. kecelakaan di rumah", jawab Ayah gugup.

Apa ini ayah? Kenapa ayah seperti ketakutan? Atau Ayah berbohong? Ah ntahlah.

"Nak, kalo ada yg gangguin km bilang aja ya. Jangan km sembunyiin oke? Ayah ga mau km kayak waktu itu", ucap Ayah tiba - tiba.

"Iya, ayah", aku mengangguk, namun masih ada yg ingin aku tanyakan, tapi yaudah lah.

...

Setelah sarapan tak lupa minum obat, aku masih memikirkan apa yg pernah terjadi pada diriku.

Kenapa kepalaku sakit kembali? Oh tidak. Aku ga boleh memikirkan sesuatu hal terlalu serius. Pasti akan kumat lagi.

Aku menarik napas. Aku mencoba untuk meredam rasa sakitku. Aku mengatur napasku agar lebih rileks.

Ga boleh kepikiran apa - apa pokoknya. Aku harus bisa. Semangat.

--------------------------------------------------------------

vote and comment yaa

MAAF BANGET KALO CMN SETENGAH DARI BIASANYA, KARENA INI BENER - BENER UDAH MENTOK BANGET GA ADA IDE JADI MINTA MAAF YA

LUKA RAHASIA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang