15

1.2K 49 2
                                    

"Haa?", ucapku sambil menatapnya dg melongo.

"Eh sorry, sorry, gue keceplosan", jawabnya.

"Ooo syukurlah", jawab ku sambil tersenyum canggung.

Bagas pun beranjak dari dekatku dan menuju ke balkon. Aku melihat siluet nya seperti memaki dirinya sendiri tapi dalam diam. Aku pun hanya memandangi siluetnya saja.

Mbak Ija masuk membawa kan nampan yg diatasnya ada minuman dan camilan ke kamar.

"Ini, neng. Minum nya sekalian makanannya ya dihabiskan, kalo kurang bilang aja", ucap Mbak Ija sambil meletakkan nampan itu di meja belajar Bagas.

"Iya, Mbak. Makasih ya", ucapku pada Mbak Ija.

"Yaudah saya permisi dulu", ucap Mbak Ija sambil meninggalkan kamar dan menutup pintu kamarnya.

Aku hanya mengangguk kecil pada Mbak Ija. Aku pun mengambil HP ku dari tas dan mulai searching chord gitar. Karena, aku belum begitu hafal chord gitar sebuah lagu. Aku mencari lagu Garis Terdepan - Fiersa Besari.

Itu menjadi lagu favoritku. Mau gmn pun juga itu adalah lagu yg paling enak untuk didengarkan dan artinya begitu menyesakkan hati.

Aku pun mulai memetik gitar milik Bagas. Eh, maksudnya gitar dari pemberian Ayahnya. Aku juga menyanyi walau hanya pelan agar tidak mengganggu Bagas yg masih memaki dirinya sendiri mungkin.

Bagas pun masuk, dan mengambil gelas yg berisikan jus jeruk. Lalu, ia duduk di sampingku.

"Gmn caranya?", tanya Bagas.

"Cara apa?", tanyaku balik.

"Biar km mau jd pacarku? Eh, engga gmn caranya metik gitarnya gitu", tanya Bagas walau keceplosan sedikit.

"Ooo, ya kayak gini aja. Tinggal di genjreng aja", jawabku sambil menunjukkan caranya.

Dia memperhatikan ku sangat serius. Ya, walau kadang aku memergokinya karna melihat ke wajahku bukan ke arah gitar.

Saat itu aku juga bener - benar masih ga menyangka akan ucapan nya padaku. Tapi yaudah lah mungkin hanya bercanda.

"Gmn sih ini, susah banget gilaa", ucap Bagas putus asa.

"Ya kalo mau bisa ya ga sekali lah mainnya. Kan harus berlatih terus gmn sih", ucapku memarahinya.

"Ya, mau gmn lagi emg susah kayak gini", ucapnya putus asa.

"Km gampang putus asa ya ternyata", ucapku mengangguk - angguk.

"Apa mksdnya?", tanya nya.

"Entah", jawabku sambil mengedikkan bahu.

Aku mengambil gitar dari pangkuan Bagas. Dan memindahkan nya ke pangkuanku. Aku mulai memetik senar - senar gitar. Aku hanya memainkan instrumennya saja. Aku memilih nyanyi dalam hati.

Bagas yg tadinya memejamkan mata, seketika membuka matanya saat mengenali nada apa yg aku buat. Dan dia sedikit demi sedikit mengikuti lagunya. Dia juga menyanyikan liriknya. Walau dia agak lupa - lupa.

Suaranya bagus. Itu yg ada di pikiranku saat mendengar suaranya. Aku pun juga ikut bernyanyi walau hanya pelan saja. Agar Bagas yg nyanyi.

"Wow, suaranya keren. Ayo cover lagu bareng", ucapku.

"Ga ga ga. Apaan sih", tolaknya.

"Ayolah lumayan gitu lo", ucapku.

"Aku yg gitar km yg nyanyi. Atau kita duet. Ayolah!", pintaku.

LUKA RAHASIA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang