20

1.9K 60 15
                                    

Keesokan paginya

Aku terbangun, namun tak kutemui sosok Ayah di sisiku. Mungkin Ayah baru beli sarapan. Atau di kamar mandi. Namun, sunyi.

Tunggu, aku pernah mengalami hal lain de javu. Ya, aku mengalami de javu.

Habis ini pasti dokter masuk.

Dari arah pintu, terdengar suara engsel yg bergerak. Dan benar saja, itu dokter. Dokter melangkah masuk bersama suster di belakangnya.

"Bagaimana keadaan kamu sekarang, Alina?", tanya Dokter.

"Masih agak pusing", jawabku.

"Dok? Kemana Ayah?", tanyaku.

"Ayah kamu lagi di kamarnya Bagas", jawab Dokter.

Dokter semakin mengenaliku dan Bagas mungkin karena yg sering berulah kali ya di Rumah Sakit.

"Ini ada sarapan buat kamu", ucap salah satu suster sambil membawa nampan berisi makanan rumah sakit yg rasanya sangat tidak enak bagi lidahku.

"Jangan lupa diminum obatnya, biar cepet sembuh, terus bisa sekolah lagi", sambung Dokter sambil menepuk bahuku.

"Kalo begitu saya permisi dulu, ada pasien lain yg harus saya periksa", ucap Dokter sambil beranjak keluar ruangan.

"Dok?", tanyaku menghentikan langkahnya.

"Iya, ada apa?", ucap Dokter sambil membalikkan badannya.

"Apa aku msh bisa hidup lebih lama?", tanyaku.

Raut wajah Dokter seketika berubah. Ada yg tak beres, pikirku.

"Kita ikuti alurnya aja ya", jawab Dokter.

Dokter pun berbalik badan dan menuju pintu ikuti suster.

Aku tak tau harus apa disana. Hanya berbaring. Sarapan yg ada didepan mataku pun tak ku sentuh sedikitpun. Selera makan ku menurun.

Aku bingung kenapa aku ada disini? Seperti nya aku baik - baik saja kan? Aku selama ini tidak merasakan kalo diriku sakit? Aku merasa biasa - biasa saja. Sebenarnya apa yg terjadi sih? Mengapa semua tampak menyembunyikan sesuatu dariku? Apa salahku?

Tok. Tok. Tok.

Suara itu membuat lamunan ku buyar.

"Iya, silahkan masuk aja", ucapku.

Engsel pintu pun mulai bergerak perlahan. Aku tak tau siapa dia. Tapi menyapa gerakannya seperti itu?

"Halo", ucap Bagas.

"Bagas?", ucapku sambil melongo.

"Kok kamu udh boleh jalan - jalan. Kemana infus kamu?", tanyaku.

"Iya, aku udah sehat nih. Kamu kapan sembuh?", tanyaku.

"Doain ya, biar cepet sembuh", ucapku.

"Pastinya", jawab Bagas.

Bagas melihat ada nampan berisi sarapan yg belum aku sentuh sama sekali.

"Kok sarapannya ga km makan? Katanya mau cepet sembuh. Tapi kok ga mau jaga kesehatan kamu", ucap Bagas.

"Iya maaf. Ini aku maem ya", ucap ku

"Tapi km temenin aku ya, jangan tinggalin aku ya", pintaku.

"Siap, Alinaku", ucap Bagas sambil mengecup kepalaku.

Aku pun memakan sarapan ku. Entah perasaan apa ini. Tapi sungguh menenangkan sekali jika dia ada dihadapanku.

"Nih, obatnya", ucap Bagas.

LUKA RAHASIA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang