5

1.7K 63 0
                                    

Bel pulang sekolah berdering.
Beberapa siswa segera meninggalkan kelas dan menuju rumah masing - masing. Tapi ada beberapa yg masih disekolah. Entah itu kegiatan ekstrakurikuler, ada acara rapat organisasi atau menikmati Wi-Fi.

Seperti hari kemarin, aku memutuskan untuk pulang setelah sekolah sepi. Karena aku dijemput jam 16.30. Sambil menunggu dijemput aku lebih baik di kelas drpd berada di luar yg sangat ramai.

Bagas yg melihatku msh belum membereskan buku ku, ia pun datang menghampiriku.

"Pulang sore lagi?", tanyanya.

"Iya. Ya karena dijemput jam stgh 5, trus ini jg masih mau nulis catetan", jawabku.

Lalu, Gina datang dg wajah ketakutan

"Bagas. Gimana dong kalo nanti Zenita nyegat aku?", ucapnya sambil ketakutan.

"Lah, biasanya sama Dewi?", tanyaku.

"Dewi, pulang duluan soalnya td ada acara di rumah, dan aku hrs naik go-jek. Aku takut ke bawahnya. Bagas anterin!", pinta Gina pada Bagas dg menunjukkan puppy eyes.

"Yaudah deh, gue anterin. Gue jg mau latian basket di bawah", kata Bagas.

"Makasih, Bagas", ucap Gina kegirangan.

"Makanya ga usah sok nantangin kalo akhirnya ketakutan", ejekku.

Gina menjulurkan lidahnya padaku.

"Al, gue sama Gina duluan ya. Hati - hati ya disini", ucap Bagas padaku sambil beranjak pergi.

"Siap!", ucapku dg tegas.

Aku pun melanjutkan menulis catatan yg aku pinjam dari Raini. Raini sudah pergi sedari tadi, karena dia juga akan latihan basket. Tapi ya namanya juga cewek mesti ribet kan. Makanya dia langsung pergi setelah pelajaran selesai.

Tak lama kemudian, Zenita muncul dr balik pintu kelasku.

"Bagaaaaas sayaaang. Kamu dimana?", ucap Zenita sambil berteriak

"Eh, Zen. Ini sekolah woy, bukan hutan. Main teriak - teriak aja lo", ucap Budi yg masih piket membersihkan papan tulis.

"Yeee suka - suka gue dong ini kan sekolahan Papa gue, gue bebas mau ngapain aja", ucap Zenita sombong

"Sok banget sih, yg punya sekolah itu papa lo, bukan lo", ucap Budi.

Aku tak ingin mendengar keributan yg terjadi. Aku pun memasang earphone pada kedua telingaku. Dan terus melanjutkan menulis catatan.

Aku melirik perdebatan mereka. Dan ternyata masih berlanjut hingga aku sudah selesai mencatat yg lumayan banyak.

Tak sengaja mataku bertemu Zenita. Zenita pun datang menghampiriku dengan menggebrak meja ku.

"Heh! Lu kan yg deket - deket sama Bagas?", tanya Zenita dg tatapan marah.

"Maaf anda siapa ya?", tanyaku santai.

"Heh, lu harus jauh - jauh dari Bagas! BAGAS ITU MILIK GUE", bentak Zenita.

"Tapi maaf ya, saya tidak dekat - dekat dengan Bagas", jawabku santai.

"Heh, gue kasih tau sekali lagi. BAGAS ITU MILIK GUE!", bentak Zenita lagi.

"Tapi maaf anda siapanya ya? Bagas yg deket - deket sama saya bukan saya yg deket - deket Bagas", jawabku santai.

"Elu itu kalo dikasih tau jangan banyak omong ya!", bentak Zenita.

Zenita menjambak rambutku ke belakang dan menariknya sampai terasa kulit kepalaku ikut tertarik.

LUKA RAHASIA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang