17

1.1K 39 0
                                    

"Hi, Bagas. Udah lama ya kita ga ketemu", ucap nya.

"He he, iya", balas Bagas cuek.

"Km sama siapa?", tanya Gita.

"Oh, kenalin ini pacar aku, Alina", jawab Bagas dg sumringah.

Aku melotot ke arahnya, dan Bagas memberi isyarat untuk nurut saja.h

"Iya, Alina", ucapku sambil meraih tangan Gita.

"Gita, mantannya Bagas", balasnya.

Deg. Pantesan kok Bagas sikapnya agak aneh.

"Gas? Gue kesana dulu ya", ucap Gita ragu.

"Oke", jawab Bagas singkat.

"Aku duluan ya, mari", ucapnya pada ku sambil mengangguk kecil.

Aku membalasnya dg anggukan pula.

"Km knp murung gitu?", tanyaku.

"Males aja ketemu dia", jawabnya.

"Emang ada mslh apaan sih?", tanyaku lagi dan aku mulai kepo ttg kehidupan nya.

"Ya gitu", jawabnya singkat.

"Oo oke", jawabku sambil mengangguk - angguk paham.

Tak lama kemudian, pesanan kami pun datang. Selama menikmati makanan, kita tak banyak bicara atau bahkan tak mengeluarkan sepatah kata pun. Mungkin, karena sedang makan tidak boleh berbicara.

Tapi, setelah makanannya habis. Bagas msh sama diamnya. Dan dia cuek. Entah apa yg ada dipikirannya. Andai aku bisa membaca pikirannya. Dia hanya sibuk menyetuh HP kesayangannya.

"Km knp?", tanyaku.

Dia hanya menjawah dg gelengan kepala.

"Seriusan?", tanyaku lagi.

Dia hanya menjawab dg anggukan kepala.

"Km sebenarnya ngajak aku ke sini tu, mau makan apa mau nemenin km diem sih? Drtd km diem terus. Ngomong kalo ada mslh, jgn tiba - tiba cuek gini", ucapku emosi.

"Iya maaf iya", ucapnya.

"Yaudah kalo km emg mau diem aja, maaf aku ga bisa nemenin kamu lama - lama", ucapku sambil berdiri meninggalkan meja itu.

"Hei, Alina tunggu", ucapnya sambil mengejarku.

Aku pun terus berjalan cepat aku tak memperdulikan panggilan nya. Namun, Bagas dapat meraih tanganku. Bahkan dg sangat erat.

"Sorry", ucapnya singkat.

"Lepasin ga?", ucapku sedikit membentak.

"Ga, nanti km lari", jawabnya.

"Engga aku ga akan lari, tangan sakit km cengkeram gini", ucapku.

"Maaf, aku ga bermaksud buat diemin kamu", ucapnya lirih.

"Kalo ada apa - apa ngomong, jgn diem - diem. Trus buat apa aku disitu", ucapnya sedikit membentak.

"Iya aku minta maaf ya", ucapnya lirih.

"Yaudah ayo pulang", ucapku ketus.

"Km masih marah?", tanyanya.

"Iya lah", jawabku.

"Yaudah ayo pulang", ajaknya.

Bagas pun berjalan ke arah motornya dengan lesu, aku pun hanya mengikuti nya. Bagas menyelakan mesin motor, aku pun langsung ke arah ke atas motor.

Selama di atas motor, tidak ada sepatah kata pun yg keluar dr kedua mulut kami. Entah apa sih sebenarnya yg membuatnya seperti ini.

Namun, aku merasa ada yg aneh. Bagas seperti oleng terus. Aku tak tau apa yg terjadi.

LUKA RAHASIA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang