4. Tuan Ber-suara Berat

854 244 8
                                    


__
Pada tatap yang berujung hadap.
Pada pandang yang berujung bincang.
Pada saling yang kian berpaling.
Apakah jumpa sekejap melupa?
Apakah papas sekejap melepas?
Apakah temu sebatas tamu?
Apakah sanding sebatas asing?
Dan akankah sapa dibalas sapa?
__























Setelah insiden kecil itu, tubuhku tiba-tiba tergelak kaku. Sekeliling terasa berjalan begitu lambat, namun ritme jantungku berdetak duakali lipat lebih cepat. Terutama setelah mendongakkan kepala dan menemukan fakta bahwa tersangka penabrakan adalah pemuda yang sedari tadi aku cari namun juga aku hindari.

Ditatap dalam jarak dekat benar-benar tampan tak terelakkan. Sementara aku yang ia tatap benar-benar gugup tak terelakkan.

Aku memang tak terjatuh, tapi tak adakah kata yang keluar dari bibirnya untuk sekedar menanyakan keadaanku, seperti, 'Kamu baik-baik saja?'

Ia memilih bungkam, dengan netra yang masih bersitatap dengan netraku.

Aku tak memintanya untuk memohon maaf, sebab ini juga kesalahanku. Yang dengan lalainya berjalan tanpa memperhatikan arah.

"Maaf." Bibirku mengalah.

"Ku maafkan." Bibirnya menjawab.

Kami kembali bergelut dalam bungkam.

Entah apa yang sedang ia pikirkan, sementara aku justru berkutat dengan indera pendengaranku yang baru pertama kalinya mendengarnya bersuara.

Intonasinya datar. Jenis suaranya berat.

Tipikal manusia yang tak banyak bicara. Dan setidaknya kami memiliki satu kesamaan.

"Kalau begitu aku akan pergi."

Inner-ku memberontak agar ragaku tidak meninggalkan manusia di depanku ini sebelum mengetahui namanya.

Sayangnya bibirku terlalu kelu, daya maluku lebih besar dari rasa ingin tahuku.

Jangankan bertanya perihal identitasnya, menatap netra karamelnya saja sudah membuat napasku tercekat dibalik hatiku yang berdenyut tak beraturan.
Berada di dekatnya memberi efek yang tak begitu baik untuk tubuhku.

"Kalau begitu akan aku antar."


Hah?














Hei Tuan, kaukah pangeran yang bereinkarnasi?
Disini, aku si gadis biasa berintrospeksi, ingin menyuara intuisi (kata hati),
namun ragu merampasi.

⬆️Sajak Tuan Juni [4]⬆️






○○☆○○

Tuan Juni | NJM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang