13. Tuan dan Dunianya

497 187 23
                                    



__

Seperti ada yang tiada.
Nyata yang maya.
Riuh yang sunyi.
Ramai yang sepi.
Dan siang yang kelabu.

Selain aku, adakah yang mencintaimu sesabar ini?

__



























Jadi beginikah rasanya patah hati?

Ketika orang yang kita cintai. Yang kita nantikan dengan sabar. Dan kita harapkan untuk menjadi sepasang nyatanya memiliki orang lain yang ia beri hati.

Ini adalah kejutan kedua dari Tuhan.

"Namanya Odette. Sama-sama 19 tahun. Cantik?"

Mendengar seseorang yang kau cintai sedang menceritakan orang yang ia cintai ternyata sangat menguji keimanan. Ingin mengumpat, tapi diri ini harus menjadi pendengar yang bijak.

"Dulu aku melarangmu agar tidak menaruh rasa terhadapku. Aku yang gila bukan alasan utamanya, tetapi Odette.

"Sekarang akan aku ceritakan padamu perihalku, termasuk alasan aku pergi darimu. Masih ingat ketika aku memelukmu dikala hujan? Ketika punggungku bergetar ketakutan sembari menutup kedua telinga? Itu karena hujan membawa ingatan yang buruk tentang masa laluku."

Bersiaplah pada detik-detik berikutnya. Tuan Juni akan bercerita tentang kisahnya.

"Ayahku dan ibuku adalah musisi. Bakat pianoku diturunkan dari mereka jika kamu ingin tahu.

"Aku punya satu kakak perempuan, cantik, baik, tapi usianya pendek. Ia meninggal saat aku berusia 17 tahun. Dan semenjak itulah, semuanya berubah.

"Aku adalah saksi dari kematiannya. Saat hujan deras mengguyur pukul lima sore hari.

"Kakakku memiliki kelainan brother complex, dimana rasa cintanya terhadapku melebihi perasaan seorang kakak pada umumnya. Ia sangat posesif. Dibalik sikap perhatiannya yang sangat besar, rasa cemburunya juga tak kalah besar. Oleh karena itu, aku yang berlagak seolah bisu ketika pertama kali kita bertemu adalah dampak dari tekanan kakakku yang melarangku untuk berhubungan dengan perempuan-perempuan manapun.

"Hingga ada satu hari dimana aku sangat membenci kakakku sendiri, yaitu ketika ia menggodaku untuk memenuhi hasratnya dan aku yang mencoba kabur darinya. Naas, hujan deras saat itu menyebabkan ia berhasil mencekalku, kemudian memelukku dan berkata, 'jangan tinggalkan aku.'

"Aku melepaskan pelukannya dengan kasar. Sudah cukup menahan diri dan cukup lelah dengan perilakunya yang kekanakan, yang selalu ingin dituruti dan diprioritaskan. Dibawah pohon besar di halaman depan rumahku, aku menelungkupkan wajah pada lutut dan berkata jika aku membencinya. Sangat membencinya.

"Kala itu, pertamakalinya aku mendengarnya menangis kencang. Dimana lima detik setelahnya ia mendorongku ke samping kanan. Pergerakannya yang tiba-tiba membuatku terjerembab, yang ketika aku bangkit, ia sudah tergeletak dengan dahan kayu menimpa punggungnya.

"Ayah dan ibuku yang baru pulang dari pekerjaan mereka langsung datang menghampiri. Ayah menampar pipiku, menyalahkan semuanya kepadaku, dan membohongi publik dengan skenario palsu atas peristiwa naas itu. Ketika menghadiri pemakaman kakakku, timbul delusi dimana aku melihat sosoknya dan sukses menyebabkanku dalam situasi panik, terancam, hingga berteriak histeris. Emosi yang tak terkontrol membuatku dipindahkan ke rumah sakit jiwa setelah dokter mendiagnosis bahwa aku mengidap gejala paranoia.

"Kamu bisa membayangkan betapa terpuruknya keadaanku masa itu. Sendirian. Diasingkan. Ditelantarkan. Hanya karena orangtuaku tidak sudi menanggung malu atas cemoohan orang yang menjulukiku gila. Duniaku gelap. Karenanya aku takut dicintai, aku benci dicintai. Ketika mereka yang katanya mencintaiku bahkan mampu melahirkan luka dan menimbulkan kehancuran.

"Akhirnya aku mengalami trauma terhadap hujan, namun menyukai mendung karena begitulah gambaran atas duniaku; suram, tak ada cahaya. Semenjak saat itu pula, aku selalu menganggap jika semua perempuan seolah makhluk berbahaya yang ingin menyakitiku layaknya kakakku. Disinilah, dirumah sakit jiwa inilah, aku menjalani pengobatan psikoterapi.

"Juni 2018, saat aku bermain piano di kafe pinggir jalan itu, aku tengah menjalani terapi kognitif-perilaku. Dokter memintaku untuk mencoba berbaur dengan sosial, mencoba mengenali diri sendiri, mencoba menggali potensi yang pernah dimiliki, dan aku mematuhinya. Hingga tiba-tiba takdir membawaku menujumu, satu-satunya orang yang menerima ketidaksempurnaanku. Terimakasih untuk itu. Tapi aku tidak pantas dicintai olehmu."



















Seharusnya perasaan kita saling beradaptasi.
Kamu menerimaku yang mencintaimu.
Aku menerimamu yang tak mencintaiku.
Setelahnya kita saling mengapresiasi.

⬆️Sajak Tuan Juni [13]⬆️

An. Maaf jika dalam pemaparan tentang paranoia terdapat kekeliruan karena aku bukan ahlinya. Sumber menulisnya dari hasil googling.

Tuan Juni | NJM ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang