-Part 3-

24.4K 900 7
                                    

Digengamnya ponsel berwarna metal. Lalu mengetik sesuatu disana. Sedetik kemudian benda itu ditempelkan ke telinganya yang sedang menghubungi seseorang.

"Halo" suara dalam pria terdengar di seberang telpon.

"Vernon, kau dimana sekarang? Aku ingin bicara denganmu." ujar Alden tenang.

Terdengar suara kekehan Vernon yang meremehkan.

"Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba kau perhatian padaku? Apa kau sakit? Atau kepalamu baru saja terbentur? Jika kau sakit, mintalah obat ke perawat cantikmu itu di rumah sakit."

"Vernon, aku berbicara serius, ada yang ingin ku sampaikan, datanglah ke rumah sakit dan makan sianglah denganku." balas Alden geram akan perlakuan adiknya itu.

"Kali ini aku juga berbicara serius, apa kau tidak ada pekerjaan yang lebih penting di banding makan siang denganku? Jika kau ingin menasihatiku kau ingat aku bukan anak kecil lagi. Aku tak butuh akan nasihat. Itu kuno, dan juga berhenti beranggapan seolah-olah kita adalah saudara, karena sampai kapanpun aku tak akan pernah menganggapmu, dan satu lagi."

Sejenak Vernon terdiam lalu menghela napas.

"Misimu adalah menyelamatkan jiwa seseorang, sedangkan aku memusnahkan jiwa seseorang. Prinsipmu dan prinsipku sangat bertentangan, tak akan bisa bersatu. Ini peringatan terakhir untukmu. Alden." lanjut Vernon dingin yang langsung mematikan sambungan secara sepihak.

Alden yang mendapat perlakuan seperti itu merasa geram. Ia tak habis pikir, apa yang dilakukan oleh adiknya sudah kelewat batas.
Ia memejamkan matanya sambil menghembuskan nafas pelan. Kemudian Alden memijit pelan pelipisnya mencoba untuk menenangkan pikirannya.

Memang mereka berdua adalah kakak beradik namun hanya berbeda ibu. Tumbuh bersama hanya selisih beberapa tahun, dan berada di lingkungan yang sama, tetapi membuat keduanya memiliki kepribadian yang sangat berbeda. Kini ia sungguh menyesal karena tidak bisa menjadi kakak yang baik untuk Vernon.

Memori masa lalu teringat begitu saja bak kaset yang tengah di putar. Sepenggal kisah demi kisah terangkai tanpa henti.

Flash Back On

Barcelona, Spain, 01:00

"Vernon! Dari mana saja kau pulang malam seperti ini?" tanya Anthony sambil bermain dengan jalangnya.

Vernon yang hanya lewat tak menggubris pertanyaan dari sang ayah. Anthony merasa geram karena tak di respon, bangkit dari duduknya. Bisa-bisanya Vernon mengacuhkannya.

"Begini caramu memperlakukan aku sebagai ayahmu? Buah yang jatuh tak jauh dari pohonnya. Seperti dirimu tak jauh dari ibumu yang seorang pelacur." kata Anthony meremehkan.

Vernon yang mendengar tentang ibunya marah. Matanya memerah, tangannya mengepal dan kuku jarinya memutih. Ia sangat sensitif ketika ibunya disebut-sebut. Menurutnya seseorang boleh menghinanya tetapi tidak dengan ibunya. Ia sangat menyayangi ibunya.

Tiba-tiba Vernon yang merasa geram langsung berbalik dan menghajar habis pria paruh baya yang tak lain adalah ayahnya.

Bug

"Akh"

Melihat adegan pemukulan di hadapannya, wanita jalang yang disewa oleh Anthony merasa ketakutan dan bergegas untuk pergi.

"Bisa-bisanya kau menghina ibuku hah!! Dia adalah orang yang melahirkanku. Dan ingat! Dia, yang selama ini kau siksa adalah orang yang mengorbankan hidupnya untukmu. Dia adalah orang yang pernah kau cintai. Dia adalah orang yang sampai akhir hidupnya memikirkanmu. Dan kau, kenapa kau malah membunuhnya!!" Bentak Vernon meluapkan emosinya.

A Man From HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang