-Part 10-

15.8K 554 11
                                    

LawernFr's Hospital, New York, 10:00

"Selamat bergabung di rumah sakit kami Dokter Stella, semoga betah dan mohon kerja samanya agar dapat mendedikasikan diri serta membantu pasien," ujar kepala HRD rumah sakit.

"Baik tuan, trimakasih," ujar Stella menampilkan senyum bahagia.

Stella kemudian meninggalkan rumah sakit tersebut. Namun matanya menangkap sosok gadis kecil yang sedang menangis sesenggukan. Dihampirinya gadis kecil yang tengah sendirian tersebut.

"Kau baik-baik saja?," ujar Stella dengan tatapan iba.

Gadis tersebut mendongakkan kepalanya dan berdiri. Manik matanya mengeluarkan air mata.

"Bisakah kau menolong nenekku?," ujar gadis kecil tersebut sembari mengenggam tangan Stella.

"Apa?! Emm maksudku apa nenekmu sakit?," tanya Stella.

"Iya, dokter bilang nenekku terserang tbc sudah lama, bisakah kau membantu untuk menyembuhkannya?," tanya gadis itu penuh pengharapan.

"Baiklah, dimana ruangan nenekmu dirawat?," tanya Stella.

"Di bangsal 103," ujar gadis kecil tersebut.

Mereka kemudian berjalan beriringan dan tibalah mereka di bangsal 103, Stella awalnya hanya melihat dari jendela ruangan tersebut. Stella merasa terenyuh pada seorang nenek yang dia lihat. Dibukanya pintu lalu masuk untuk melihat kondisi nenek tersebut.

Nenek tersebut tak henti-hentinya untuk batuk. Gadis kecil ini memeluk nenek dengan erat.Stella tersenyum ketika nenek itu terbangun.

"Siapa wanita cantik ini?," ujar nenek tersebut disertai batuk.

"Saya Stella nenek," ujar Stella singkat.

Namun sedetik kemudian nenek tersebut batuk dengan mengeluarkan darah disertai dengan sesak napas. Tiba-tiba pintu terbuka menampakkan dokter wanita yang tak kalah cantik dengan Stella.

Stella langsung didorong membuatnya hampir terjatuh jika tidak hati-hati.

"Minggir!," ujar dokter tersebut dengan ketus.

Stella dan gadis kecil tersebut diusir untuk keluar ruangan, sedangkan sang dokter sedang menangani pasien.

Stella tak menyangka baru pertama kali ada dokter yang perlakuannya sangat tidak sopan. Ia berpikir apa yang terjadi jika keluarga pasien mengetahui perlakuan dokter ini? Pasti ia akan dipecat.

"Kak, nenek pasti selamatkan?," ujar gadis kecil tersebut sesenggukan.

Stella kemudian mensejajarkan tubuhnya dan menatap hangat gadis dihadapannya.

"Pasti itu, saat ini dokter sedang berusaha menyelamatkan nenek," ujar Stella menenangkan.

Tak lama dokter tersebut keluar ruangan dengan angkuh. Stella yang masih kesal ingin berbicara pada dokter angkuh tersebut.

"Hey apakah kau tidak bisa bersikap sopan sedikit pada seseorang," ujar Stella memberanikan diri.

Dokter angkuh yang mendengar perkataan Stella langsung berbalik badan.

"Kau berbicara padaku?," ujar dokter angkuh sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Memangnya ada orang lain lagi selain dirimu disini?," tanya Stella dengan tegas.

"Cihh, ada apa?," tanya dokter tersebut dengan ketus.

Stella berusaha mendekat pada dokter angkuh tersebut.

"Apa kau tidak salah mendiagnosis pasien tersebut?," tanya Stella.

"Maksudmu pasien nenek tadi? Cih, disini aku dokternya, jadi aku yang berhak tanggung jawab atas pasienku, kau tidak usah ikut campur dalam urusan orang lain," ujar dokter angkuh tersebut yang tak kalah cantik dengan Stella.

A Man From HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang