-Part 12-

14.8K 538 3
                                    

Setelah sarapan selesai, Stella berencana untuk menghubungi Reyna agar sahabatnya itu tidak khawatir. Namun, karena ponselnya lowbat diurungkannya niat tersebut.

Mungkin jika ia sudah kembali ke apartemen ia akan menjelaskan pada Reyna apa yang terjadi padanya semalam hingga ia tak sengaja harus menginap di mansion milik Vernon. Lagi pula Stella masih kesal dengan Reyna akibat ketika ia selalu meminta bantuan Reyna, selalu ada saja halangan.

Ia terpikirkan perkataan Vernon untuk menemuinya setelah sarapan di lantai atas. Ia bergegas untuk pergi ke atas.

Ketika langkahnya tepat berhenti di depan ruangan dengan pintu sedikit terbuka, ia mendengar sayup-sayup suara berisik. Stella mencoba sedikit mengintip lewat celah pintu. Tiba-tiba sebuah benda terpantul mengenai pintu. Ia tersentak kaget karena benda tersebut hampir mengenai kepalanya. Jantungnya berdetak hebat akibat keterkejutan barusan.

"Tidak usah mengintip, masuk saja," ujar Vernon dengan santai.

Dilihatnya ternyata Vernon sedang asyik bermain biliard. Stella melangkahkan kakinya masuk ke ruangan tersebut dengan pelan. Ia memanyunkan bibirnya karena kesal atas perlakuan Vernon, yang ternyata sengaja menyodokkan bola biliard ke arahnya barusan.

Vernon hanya tertawa melihat Stella saat memanyunkan bibir yang terlihat begitu menggemaskan. Stella sempat takjub akan kemegahan mansion Vernon. Berapa banyak fasilitas yang terdapat di mansion ini.

Bahkan sekarang tak perlu pergi ke club untuk sekedar bermain biliard. Memang benar-benar luar biasa.

Vernon pergi untuk mengambil stik yang terdapat dilemari kaca dengan ukiran kayu jati dikedua sisinya. Kemudian dilemparkannya stick bilyard tersebut ke arah Stella. Dengan begitu cekatan Stella menerima stick tersebut.

"Aku mau kau temani aku bermain," ajak Vernon dengan suara maskulin.

"Tapi aku tidak bisa bermain," ujar Stella dengan meringis.

Vernon memutar bola matanya malas mendengar jawaban yang diberikan Stella.

"Akan kuajari," ujar Vernon.

"Oh, okay," sahut Stella dengan singkat.

Vernon dengan telaten mulai mengajari Stella bermain biliard. Mulai dari cara memegang tongkat stik hingga bagaimana cara menyodok bola. Hanya tekhnik- tekhnik dasar yang Vernon ajarkan.

Kemudian Vernon mulai mempraktekkan bagaimana ia bermain.

"Pertama yang kau lakukan adalah membuat lingkaran dengan ibu jari dan jari telunjuk pada tanganmu, lalu masukkan tongkat biliar ke dalam lingkaran dan sandarkan tongkat pada jari tengah di belakang buku jari. Rentangkan ujung jari kelingking, jari manis dan jari tengah seperti ini," ujar Vernon dengan serius sembari memprakktekan.

Stella memperhatikan dengan serius apa yang dicontohkan oleh Vernon.

"Kau mengertikan?," ujar Vernon mendongakkan kepalanya.

Stella hanya menjawab dengan anggukan yang berarti paham.

"Okay, setelah itu atur posisi badanmu dengan benar, dorong lenganmu dan..sodok!," ujar Vernon lagi.

"Ahh, seperti itu okay akan kucoba," kata Stella mengerti.

Stella mulai mempraktekkan apa yang dicontohkan oleh Vernon.

"Seperti ini ya?," tanya Stella menatap Vernon yang memperhatikan.

"Tidak! Bukan seperti itu," ujar Vernon kemudian menghampiri tempat berdiri Stella yang di seberang meja.

Vernon mendekat ke arah tubuh Stella. Dipegangnya tangan kanan Stella yang memegang tongkat.
Posisi tubuh Stella dengan Vernon begitu dekat dan bahkan mungkin menempel. Namun Stella membelakangi Vernon yang kini berada dekat dipunggungnya.

A Man From HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang