Vernon tengah mempersiapkan barangnya yang akan ia bawa ke Las Vegas. Di sela-sela ia mengemas barang, ia melihat dream catcher putih yang diberikan oleh Stella.
Ia memperhatikan dalam dream catcher putih itu dengan serius. Mencoba mengingat semua ketulusan Stella yang pernah dilakukannya. Begitu perih hatinya ketika mengingat semua yang pernah mereka lakukan bersama.
Betapa hari-harinya yang lalu pikirannya selalu dibayangi oleh wanita itu. Vernon menghela napas putus asa sebelum pada akhirnya ia memutuskan untuk mengembalikan barang itu pada Stella. Ia tak mau lagi mengingat wanita itu sekalipun ia masih mencintainya.
Mungkin sangat mustahil ketika berusaha melupakan seseorang yang masih dicintai. Namun setidaknya dengan menghilangkan barang pemberiannya itu akan sedikit membantu.
"Aron!" Vernon memanggil dengan suara lantang, kepala maid di mansionnya.
Dengan terburu-buru Aron datang. "Ada yang bisa saya bantu Tuan," ucap Aron sesopan mungkin.
"Bisa kau suruh Evan untuk pergi menuju apartemenku, ada tas wanita berwarna cokelat dikamarku tepatnya di walk in closet. Dan jangan lupa berikan ini juga," Vernon menyodorkan dream catcher pemberian Stella.
"Baik tuan, kemana saya harus menyuruh Tuan Evan setelah itu?"
"Apartemen Cleveland blok 15, atas nama Stella, antarkan pagi-pagi sekali karena dia harus berangkat ke Meksiko pada siang hari," Vernon masih tak melihat Aron yang berdiri dihadapannya
"Nona Stella, pergi ke Meksiko?" dengan nada sedikit terkejut Aron memastikan jika ia tak salah dengar. Diam-diam Aron mengetahui jika musuh dari tuannya ini berada di Meksiko.
Dengan seketika Vernon mendongak dengan sorot mata tajam mengintimidasi. Tanda jika ia tak suka atas pertanyaan Aron. Vernon tak suka jika ada seorang ada yang masuk kedalam urusaanya.
Aron yang ditatap seperti itu langsung menundukkan pandangannya.
"Baik tuan," Aron kemudian mengambil dream catcher tersebut lalu pamit pergi.
Lenard berpapasan dengan Aron sesaat ia akan masuk kamar Vernon.
"Vernon, apa ada masalah dengan Aron?
"Hanya menyuruh Evan untuk mengambil barang milik Stella dan mengantarkannya" Vernon melirik Lenard yang berdiri disampingnya.
Lenard mengangguk paham. Vernon tak mungkin mengantarkannya sendiri mengingat renggangnya hubungan mereka.
"Oh ya, aku minta padamu tentang apapun yang terjadi mengenai Stella, abaikan saja," ujar Vernon serius.
Lenard mengerutkan dahinya. "Maksudmu?"
"Stella akan berangkat ke Meksiko besok, kuharap kau tak ikut campur atas semua yang terjadi nantinya,"
"Apa kau serius mengatakannya?, maksudku disana adalah basis pertahanan Barton dan membiarkan Stella mengalami hal-hal yang tak menyenangkan?" tanya Lenard yang tengah berjalan menghampiri Vernon.
Vernon hanya melirik tajam.
"Maksudku, kau serius membiarkan apapun yang terjadi pada Stella?,"
Vernon menghembuskan napasnya kesal. "Apa kau melihat dari diriku itu hanya sebuah candaan?," tanya Vernon berbalik.
Lenard menggeleng cepat. "Tidak, kulihat kau tidak bercanda, maka dari itu selera humormu begitu buruk, atau mungkin kau tidak punya selera humor,"
Lenard mematung diam. Ucapan Vernon tak pernah main-main. Apakah ia sakit hati pada Stella.
"Oh ya aku sudah mengurus penerbanganmu ke Las Vegas, pesawatnya sudah siap,"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Man From Hell
RomanceMATURE CONTENT!!! Vernon Dwayne Frences pria berusia 29 tahun ditakuti semua orang didunia underground. Siapa yang tidak mengenalnya, karena kelihaian dalam menggunakan pistol serta ketelitian dalam melancarkan seluruh aksinya menjadikan dia sebagai...