Sementara Vernon telah mengetahui berita yang telah turun mengenai kabar kencannya dengan Stella. Berita itu menjadi trending nomer wahid diseluruh laman berbagai media sosial. Bahkan dikabarkan beberapa perusahaan media online mendapat peningkatan penghasilan yang cukup signifikan akibat berita mengenai dirinya.
Sementara Vernon, ia hanya bersikap datar tanpa ekspresi yang berarti.
"Dasar para tikus serakah! Hanya karena berita kencan, mereka mendapatkan pendapatan yang melimpah. Apa yang dipikiran mereka sehingga mengeluarkan berita murahan untuk konsumsi publik!,"Menurutnya berita kencannya tak perlu menjadi berita yang hangat untuk dibicarakan. Sebab selama ini berita yang lalu lalang mengenai dirinya adalah seputar prestasi didunia bisnisnya.
Memang selama ini Vernon tak perlu mengurusi perusahaan karena semua telah terhandle dengan baik oleh seseorang yang menjadi kepercayaannya. Mungkin hanya beberapa bulan sekali ia mengunjungi Dwyne Corp, untuk melihat perkembangannya.
Vernon membangun perusahaan itu ketika usianya memasuki 21 tahun. Perjalanannya sungguh tak mudah. Penuh darah, keringat dan air mata yang dikorbankan untuk bisa sampai sekarang. Awalnya hanya bergerak pada bisnis kecil minuman keras. Namun karena keuletannya ia bisa melebarkan sayapnya sampai sekarang, dan bahkan menjadi produsen minuman keras mahal bersetara internasional.
Tak puas dengan minuman, ia merambah ke dalam dunia bisnis perhotelan, yang masih dibawah naungan Dwyne Corp.
Tetapi Vernon lebih menyukai hal-hal yang berbahaya. Bisnis ilegalnya lebih dibanggakannya saat ini. Berkecimpung dalam dunia gelap serta berinteraksi dengan orang yang sewaktu-waktu dapat membahayakan dirinya justru membuatnya semakin tertantang. Ditambah lagi ketika muncul orang-orang yang tak menyukainya ingin menghancurkannya.
Ia kini mampir pada sebuah bar pinggiran kota New York. Semakin malam bar tersebut semakin ramai dikunjungi oleh manusia yang penuh akan gairah serta birahi.
Penampilannya yang rapi beberapa jam yang lalu kini telah tergantikan dengan berantakan. Rambut lepek akibat terkena hujan ditambah dua kancing kemeja teratas kini telah terbuka menampilkan dada bidang miliknya. Wajahnya kini hampir tidak dikenali jika pria tersebut adalah orang yang menjadi pembicaraan hangat di kota New York.
"Berikan aku sebotol vodka," ujar Vernon dengan dingin.
Bartender yang diperintahkan langsung sigap mengambil sebotol vodka yang berjejer rapi di lemari kaca.
Disesapnya sembari menikmati cairan vodka tersebut yang membakar panas dalam kerongkongannya. Vernon kemudian menyulutkan sebuah rokok yang kini telah berada dibibirnya.
Tiba-tiba seorang wanita duduk dipangkuannya dengan bergelayut manja. Wanita dengan mengenakan dress mini mengetat menyembulkan payudaranya yang terlihat menantang.
"Apa kau butuh pemuas? Aku siap memuaskanmu kalau kau mau," suara wanita jalang dengan sedikit desahan membuat Vernon terpancing.
Sudah cukup lama ia tidak menyalurkan hasratnya. Terlebih lagi semenjak ia bertemu kembali dengan Stella, ia sudah jarang bahkan tak pernah mengunjungi bar umum. Ia berpikir bahwa dengan sedikit bermain dengan jalang akan mulai menjernihkan pikirannya.
Jalang tersebut menyibakkan rambut Vernon yang menutupi dahinya. Dipegangnya rahang tegas dengan sedikit jambang tipis tersebut. Sedangkan Vernon hanya memperhatikan dengan intens wanita yang kini berada dalam pangkuannya.
Perlahan Vernon mulai memegang tengkuk wanita tersebut. Dengan smirk nakalnya Vernon mulai mendekatkan bibirnya menuju bibir wanita tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Man From Hell
Roman d'amourMATURE CONTENT!!! Vernon Dwayne Frences pria berusia 29 tahun ditakuti semua orang didunia underground. Siapa yang tidak mengenalnya, karena kelihaian dalam menggunakan pistol serta ketelitian dalam melancarkan seluruh aksinya menjadikan dia sebagai...