"Kenapa wajahmu terus merah merona? Apa karena berada di dekat pria tampan?," ujar Vernon sambil mempertahankan posisinya saat ini.
Stella yang sadar jika Vernon semakin dekat, langsung mendorong dada bidang Vernon.
Vernon yang di dorong, tertawa. Hatinya seperti hidup kembali. Belum pernah ia sebahagia ini. Ya. Wanita ini mengubah hidupnya yang telah mati.
Suasana di mobil begitu terasa canggung. Stella yang sedari tadi hanya duduk terdiam. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh interior mobil. Interior digital super mewah menambah kesan glamor sang pemilik mobil. Sebenarnya mobil seperti ini sudah sering berlalu lalang di jalanan kota New York. Apalagi New York merupakan salah satu kota bisnis terbesar di dunia yang mana banyak para pengusaha kaya.
"Emm bagaimana jika aku yang memilihkan rumah makannya, dan juga sebagai gantinya aku mentraktirmu makan," ujar Stella memulai pembicaraan dengan ragu.
Di lihatnya Vernon hanya melirik dengan malas. Stella diam dan menunggu Vernon angkat bicara.
"Katakan dimana kau ingin makan siang?," tanya Vernon dingin dengan tidak mengalihkan pandangannya ke jalan.
"Di sekitar Broadway, ada makanan enak dan murah disana," ucap Stella antusias.
"Kau ingin mentraktirku makanan murah?", tanya Vernon kembali.
"Hah? Kau tidak mau makanan murah ya? Kalau kau tidak mau kita bisa pin.." ucap Stella terpotong.
"Kita berangkat," ucap Vernon singkat.
Entah kenapa hati Vernon hari ini sedang baik, tak ada iblis yang muncul pada dirinya. Apa karena wanita disampingnya ini yang mampu menyenangkan hatinya?
***
Bar Pity Restaurant, New York, 12:30Suasana restoran pada jam makan siang cukup ramai. Banyak para karyawan serta pekerja yang sedang makan siang disana.
Stella menjelaskan jika makanan disini adalah salah satu yang terenak di New York. Vernon hanya terdiam ketika Stella menjelaskan, hanya mengikuti Stella yang sedang mencari tempat duduk. Sejenak Vernon berpikir Stella masih sama, ramah, dan murah senyum pada siapapun.
"Kita cari tempat duduk ya, siapa namamu tadi?," ujar Stella sambil mengedarkan pandangannya mencari tempat duduk.
Vernon yang di tanya merasa malas ingin menjawab.
"Ohh disana, ada sahabatku, ayo ku kenalkan dirimu padanya," Stella sambil menunjuk ke arah tempat sahabatnya.
Stella dan Vernon akhirnya berjalan ke arah tempat sahabatnya. Reyna sontak terkejut kenapa Stella bisa berada disini dan dia bersama dengan seorang pria.
"Stella kau bersama dengan siapa ini?" tanya Reyna heran karena selama ini Stella tidak pernah dekat dengan pria kecuali sahabat-sahabatnya.
Lenard yang masih sibuk dengan makanannya akhirnya mendongakkan kepalanya. Ia terkejut melihat Vernon, karena akhir-akhir ini sedikit ada permasalahan dengan Vernon.
"Vernon, kau sedang apa disini?," tanya Lenard kaget.
"Apa yang biasanya orang lakukan di tempat makan?," tanya Vernon kembali namun dengan datarnya.
Stella dan Reyna mematung bingung.
"Oh kalian ternyata sudah saling mengenal? Syukurlah aku tidak perlu lelah untuk memperkenalkan kalian," ujar Stella mencairkan suasana karena ia sadar atas sikap Vernon yang dingin.
"Ayo silahkan duduk," lanjut Reyna.
Mereka berempat sedang menyantap makanan yang di pesan. Vernon sedang duduk bersebelahan dengan Stella di depannya sedang duduk Lenard dan Reyna. Tak ada percakapan di antara mereka berempat. Hanya bunyi sendok dengan garpu yang sedang beradu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Man From Hell
RomanceMATURE CONTENT!!! Vernon Dwayne Frences pria berusia 29 tahun ditakuti semua orang didunia underground. Siapa yang tidak mengenalnya, karena kelihaian dalam menggunakan pistol serta ketelitian dalam melancarkan seluruh aksinya menjadikan dia sebagai...