-Part 6-

20.2K 763 3
                                    

Cekrek

Vernon yang tak sabaran menghadapi sikap Lenard langsung menodongkan senjatanya ke kepala Lenard.

Sontak hal itu membuat Lenard kaget. Ia tak menyangka jika ia akan di todongi senjata seperti ini.

"Emmm Ver..Vernon. Apa yang.. kau..kau lakukan? kau ingin mem..bunuhku ha?," tanya Lenard dengan gemetar.

"Walaupun kita sudah mengenal selama sepuluh tahun, aku bisa saja meledakkan kepalamu dengan sekali menekan pelatuk ini," ucap Vernon geram.

"Ba..baik, lang..langsung saja, ini aku membawa berkas mengenai data diri Barton yang kau minta," ucap Lenard gemetar.

Vernon menyeringai, mengetahui Lenard membawa data yang di minta membuatnya puas. Kemudian ia langsung menurunkan pistolnya.

"Rupanya kau masih ingin bergabung di klan ini, cukup menarik, dimana rasa pemberanimu Lenard? Apa karena kau bergaul dengan orang-orang bodoh di sana sehingga menyebabkanmu seperti ini?," tanya Vernon mengintimidasi.

"Maafkan aku Ver, aku salah, aku minta maaf. Aku sadar jika selama ini yang menjadi bagian hidupku adalah klan ini, tolong jangan bunuh aku," ucap Lenard menyesal.

"Aku terima maafmu," ucap Vernon dingin.

Seberat apapun permasalahannya, Vernon selalu gagal dendam dengan Lenard. Apalagi Lenard merupakan sahabatnya sejak kuliah dulu.

"Malam ini kita berangkat untuk eksekusi," lanjut Vernon tegas.

Lenard hanya menganggukan kepalanya tanda setuju.

***
Cleveland Apartment, New York, 22:00

"Pria yang tadi bersamamu itu kekasih barumu ya?," tanya Reyna penasaran.

Stella yang sedang makan akhirnya tersedak mendengar pertanyaan Reyna.

"Uhuk.., kau ini kalau bicara sembarangan, mana mungkin aku menjalin asmara dengan pria itu," ucap Stella kesal.

"Lantas kenapa tadi kau makan bersamanya?," tanya Reyna lagi.

Stella sudah menduga jika ia akan di interogasi seperti ini.

"Aku berhutang padanya, maksudku aku tak sengaja menabraknya sehingga menyebabkan ponselnya jatuh," ucap Stella lirih.

"Kenapa kau tidak langsung mengganti ponselnya?,"

"Aku sudah mencoba untuk menawarkannya, tapi pria itu tidak mau, dan malah menyuruhku untuk mentraktirnya dengan makan siang," jelas Stella.

"Ngomong-ngomong bagaimana ujianmu tadi?," tanya Stella kembali.

Reyna yang mendengar pertanyaan Stella langsung mendelik dan menarik selimutnya.

"Hey kau ini, Reyna, ishhh," kata Stella geram.

Langit gelap dipenuhi dengan bintang-bintang, tak seperti malam biasanya, langit tertutup oleh mendung. Udara malam yang semakin dingin membuat Stella tidak bisa tidur.

Dengan berdiri di balkon kamar membuat ia menikmati suasana gedung kota pada malam hari. Ia menghela nafas panjang. Ada perasaan mengganjal di hatinya. Ia masih memikirkan tentang pria tadi siang. Vernon. Tidak disangka ia hampir menghabiskan satu hari ini di temani dengan pria yang baru dikenalnya.

"Apa yang pria itu sekarang lakukan ya? Apa pria itu makan dengan baik? Apa pria itu sedang memikirkanku?," ucap Stella berbicara sendiri.

Seketika Stella langsung menggeleng cepat kepalanya. Ia kemudian menampar pipinya sendiri.

A Man From HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang