'sepertinya kita salah kostum' dia menoleh padaku
'wae?' tanyanya bingung
'lihatlah sekeliling' kepalanya berputar memperhatikan orang di sekitar kami
'aku tidak mengerti' katanya polos
'lihatlah pakaian mereka' aku menunjuk ke arah depan kami
'apa yang salah dengan pakaianku? Pakaian bagus tidak membuat seseornag menjadi lebih terhormat dari yang lain' aku memandangnya tak percaya
'mwo?' aku tersenyum
'kau benar sudah tumbuh dewasa ya' kuelus kepalanya sayang
'mwoyaaa' pekiknya mengjindarkan kepalanya dari tanganku
'ayo masuk' aku menarik tanagnnya mengikutiku masuk ke ruang konser. Menuju kursi kami.
Tak lama setelah kami masuk pertunjukkan dimulai. Mulai dari biola solo, piano, lalu orkestra. Bahkan ada penyanyi. Kurasakan sesuatu menyentuh bahuku. Jiyeon tertidur. Ahjussi di sebelahnya menatapnya dan membicarakannya dengan teman di sampingnya.
'bagaimana bisa kau lupa padaku sih' aku menatapi wajah damainya. Seakan tidak ada masalah. Ada noda kehitaman di bawah matanya. Dia pasti begadang.
Suara gemuruh tepukan tangan menbuat jiyeon terbangun. Dia memperbaiki posisi duduknya lalu menatapku.
'kau sudah tidak tidur berapa lama?' dia merapikan pakaiannya lalu ikut bertepuk tangan dengan yang lainnya
'bukan urusanmu' jawabnya ketus membuatku kembali terkekeh
'tentu saja urusanku, kau itu calon istriku' dia menatapku aneh
'berhenti mengatakan calon istri dan calon suami. Membuatku merinding' dia memalingkan wajahnya cepat
'calon istriku lapar tidak?' dia kembali menatapku aneh
'aku bersumpah akan membunuhmu kalau kau bilang itu lagi' katanya mengepalkan tangan di deoan wajahku
'dasar bocah' cibirku lalu mengacak rambutnya kasar
******
'mau makan siang dimana?' aku berpikir sejenak
'Kau makan sendiri saja baekhyun-ah' aku menepuk pelan pundaknya lalu segera pergi. Dan disinilah aku, di depan gedung kelas jiyeon
'aku lapar sekali samapi seperti mau matiii' aku mengikuti jiyeon dari belakang
'berlebihan' namja di sampingnya menoyor kepala jiyeon pelan
'tapi kau sayang padaku kaaan' kata jiyeon sambil memeluk lengan namja itu
'aku juga sayang padamu kok' katanya lagi dengan senyum mengembang lebar, yang tidak pernah sekalipun dia tunjukkan padaku
'aakkkkh' ringisnya memegangi rambutnya yang kutarik
'sakiiiiiit' dia memukul tanganku yang memegangi rambutnya berkali-kali
'tuan, tolong lepaskan' namja yang bersama jiyeon memegang pergelangan tanganku
'apa urusanmu?' aku menatapnya tajam
'kau menyakiti jiyeon' katanya membalas tatapanku
'memang kau siapa? Namjachingunya?' namja itu diam, menatap jiyeon sekilas lalu kembali menatapku
'nee' teriak jiyeon membuat kami berdua menatapnya
'dia memang namjachinguku' teriaknya lagi membuatku terdiam. Peganganku oada rambutnya mengendur lalu perlahan terlepas
KAMU SEDANG MEMBACA
The matchmaking
FanfictionPerjodohan? Serius? Appa dan eomma benar-benar kuno. Siapa peduli dengan janji orangtua di masa lalu.