'oppa' panggilnya lembut
'hmmm??' hanya itu responku, aku masih tenggelam dalam mata tajamnya
'boleh aku minta bantuanmu?' aku mengernyit bingung
'apa?' tanyaku pelan
'bisakah perjodohan itu tidak dibatalkan?' aku terdiam. Otakku mulai mencerna ucapan jiyeon
'maksudmu?' dia tertunduk malu
'kurasa aku sudah bisa membedakan rasa nyaman dan suka' kerutan alisku makin dalam
'aku suka padamu, eoteokhaji?' aku terkejut. Masih tidak percaya
'lihat aku' aku memegang dagunya dan mengangkat wajahnya menghadapku
'katakan lagi' bisikku parau
'oppa johahaeyo' tanganku menarik tubuhnya merapat padaku. Membuat jiyeon sedikit terswntak
'oppa aku...'
'cup' satu kecupan mendarat dibibirnya mwmbuat jiyeon mengerjap lucu
'nado, saranghae' jiyeon tersenyum malu, wajahnya merona.
Perlahan aku kembali mendekatkan wajahku padanya. Mataku tidak lepas menatapi bibir mungilnya. Kesukaanku. Dengan perlahan aku melumat bibirnya, yang dibalaa oleh jiyeon sama intensnya. Hari itu adalah hari paling bahagia untukku. Hari itu cinta masa kecilku, cinta pertamaku, membalas perasaanku.
******
'ahjussi, ahjumma, aku mohon berikan jiyeon untukku. Aku berjanji akan menjaganya' mataku masih bertautan dengan jiyeon. Kedua orang tua kami duduk di hadapan menatap kami berdua bingung.
"tapi bukankah kalian yang...' aku mengangguk
'aku melakukan kesalahan. Saat itu kupikir melepaskan jiyeon adalah cara terbaik membuatnya bahagia' park ahjussi menyandarkan punggungnya sambil bersidekap menatapku tajam
'lalu kenapa kau sekarang kembali memintanya pada kami?' aku menatap jiyeon
'karena aku membutuhkannya. Aku pikir hidupku tidak akan sama lagi kalau tidak ada jiyeon di dalamnya' aku mengatakannya sambil menatap jiyeon disampingku yang tersenyum
'lagipula' aku kembali menatap park ahjussi dan park ahjumma
'tadi dia sendiri yang memintaku untuk tidak membatalkan perjodohan itu, kurasa...dia juga sama besarnya mencintaiku sampai menarikku kembali ke dalam hidupnya' jiyeon memukul lenganku sambil membelalak kesal
'aaaah aku sudah menyangka kalau kalian berjodoh' park ahjumma berdiri lalu memegang bahu kami berdua
'sejak kecil kalian selalu menempel seperti perangko' katanya ikut bahagia
'ne ne aku ingat sepertinya aku punya foto saat mereka mandi berdua' eomma ikut menambahkan. Tunggu, mandi berdua? Aku refleka menatap jiyeon yang juga sedang menatapku. Pikiranku melayang kemana-mana. Aku sudah gila. Bahkan dihadapan keluarga aku hampir tidak bisa menahan diri untuk tidak memeluknya.
'ah matta matta, mereka bahkan sering mengabaikan shinhye karena selalu berdua' kedua eomma bercerita seru
'aaaah aku ingat, kau bocah namja yang selalu main ke rumah kami dan menculik jiyeon diam-diam yaaaa' shinhye noona berdiri dari kursinya sambil menunjukku takjub
'waaah aku tak menyangka, dunia bwnar-benar sempit' dia menggelengkan kepala
'ah tapi, terima kasih ya sudah membuat kami menjadi seperti tamu dipernikahan kami sendiri' sindirnya kesal membuat aku nyengir lebar
KAMU SEDANG MEMBACA
The matchmaking
FanfictionPerjodohan? Serius? Appa dan eomma benar-benar kuno. Siapa peduli dengan janji orangtua di masa lalu.