'park jiyeon' kurasakan tubuhnya mendekat membuatku nerinding
'sekarang' tangannya menjangkau wajahku lalu jari jempol dan telunjuknya memegang daguku membawaku kembali memghadapnya
'deg' jantungku mendadak berdetak sangat kencang, aku meneguk ludahku dengan susah payah menyadari wajah kami kini sangat dekat, terlampau dekat
'kurasa...' dia menyeringai, kurasakan nafas hangat saat dia berbicara
'kau harus berhenti menghitung' aku mengerutkan alisku
'ne?' dia menyeringai lagi
'karena kau adalah milikku' aku mengeratkan peganganku pada lantai yang kududuki, aku seketika tak bida bernafas. Kim myungsoo menggerakkan dirinya semakin mendekat padaku, menipiskan jarak kami yang sejak tadi sudah tinggal sejengkal
'jiyeon-ahh...' aku mendorong tubuh myungsoo secara spontan begitu mendengar teriakan shinhye eonnie. Dia terjungkang ke lantai dengan posisi yang sama sekali tidak menyenangkan. Shinhye eonnie mantapku dan kim myungsoo bergantian
'ah mian, silahkan lanjutkan aku tidak akan mengganggu' shinhye eonnie kembali masuk ke dalam rumah dan menutup pintu. Beberapa detik kemudian kudengar teriakan senangnya dari dalam
'kau pikir apa yang kau lakukan' kim myungsoo bangkit dan berdiri, berkacak pinggang sambil menatapku marah
'sudah diamlah' aku memejamkan mata menahan emosi
'aaarrrgggh' teriakku kesal pada diri sendiri. Sial sekali sih aku.
******
'kyaaaaaaaaa' teriakku nyaring memenuhi kamarku. Kim myungsoo dengan santainya berbaring di kasurku, di sampingku, di dalam selimut yang sama denganku sambil memainkan ponselnya
'masih pagi jangan terlalu berisik' katanya tanpa melihatku
'neoo' aku menunjuk wajahnya
'wae yeogiisseo?' dia menghela nafas lalu menoleh padaku
'kau selalu bangun jam segini ya?' dia balik bertanya sambil melihat jak tangannya
'terlalu siang, aku tidak suka istriku menjadi pemalas' tangannya meluncur dengan bebas mengelus pipiku
'baguslah dengan begitu aku tidak perlu menikah denganmu' aku menepis tangannya dan menjauhkan wajahku
'lalu kenapa kau disini? Kau tau kan tidak sopan masuk ke ruangan orang lain tanpa ijin' aku membenarkan posisi dudukku, menghadapnya sambil bersidekap
'aku sudah dapat ijin tuh' dia masih terus berbaring santai
'eomonim yang mengijinkanku masuk kemari' dia tersenyum
'eomonim?" aku menaikkan sebelah alisku
'mandilah, kita akan pergi' dia kembali fokus pada ponselnya
'kemana?' pertanyaan penting yang sayangnya tidak mendapstkan jawaban selain hardikan bahu
'kalau aku tidak mau?' dia hanya menatapku tajam, mulutnya perlahan manyun membentuk gestur cium
'dasar gila' aku melemparkan bantal tepst ke wajahnya sebelum beranjak pergi ke kamar mandi
******
'kau membangunkan tidur berhargaku untuk menonton bioskop?' aku menatap kim myungsoo yang kini sedang membawa seporsi besar popcorn dan dua gelas minuman dingin. Ditanganku sudah ada 2 tiket film yang akan kami tonton.
'aku sangat ingin menonton film itu tapi tidak ada yang menemani jadi yaaah' aku mengrnyitkan bibir kesal
'yah aku mengerti sih kenapa kau tidak punya teman' kataku kesal lalu berjalan mendahuluinya menuju studio tempat kami akan mwnonton
KAMU SEDANG MEMBACA
The matchmaking
FanfictionPerjodohan? Serius? Appa dan eomma benar-benar kuno. Siapa peduli dengan janji orangtua di masa lalu.