6. Kenaikkan Kelas

465 47 0
                                    

6. Kenaikkan Kelas

Walau bibir aku berkata gak apa-apa, tapi hati aku mau kamu tetap disini sama akuBinara Ananta

Ujian kenaikkan kelas-pun tiba. Semua murid HARAPAN PELITA pun menyiapkan diri mereka untuk menghadapi ujian yang menentukkan mereka naik kelas atau tidak—bagi kelas 10 dan 11, mentukkan lulus atau tidak bagi kelas 12.

"Good luck!" beri semangat Iqbal untuk Binar sambil mengacak rambutnya.

"Makasih. Aku keluar ya, dadah!" setelah Iqbal mengangguk, Binar pun langsung keluar mobil dan masuk kedalam sekolah untuk melaksanakan ujian kenaikkan kelas atau UKK hari pertama. Iqbal memang sudah selesai, tidak ada lagi ujian-ujian, karena sebelum kelas sepuluh dan sebelas melaksanakan UKK—Iqbal yang kelas dua belas sudah melaksanakan ujian kelulusan beberapa minggu yang lalu dan tinggal menunggu hasil. Sudah tidak diwajib-kan untuk masuk sekolah.

Itu alasan Binar beberapa hari ini sering melamun dan menatap Iqbal sendu, karena itu tandanya mereka akan berjauhan sebentar lagi.

Seperti sekolah SMA pada umumnya, setiap mengadakan ujian SMA HARAPAN PELITA selalu mengacak setiap kelas, menggabung nya dengan kelas lain. Kali ini Binar hanya seruangan dengan Raka dan Kanya, itupun mereka tidak duduk dekat, Binar berada di tengah barisan ke tiga dari depan, sedangkan Kanya pojok paling belakang, dan Raka dekat jendela dan pintu masuk dibarisan paling depan.

"Sumpah ya gue adem banget banget banget tau gak di pojok sono, bener-bener dibawah AC banget parah!" pekikkan Kanya menyambut Binar yang baru mendudukkan tubuhnya dibangku.

"Gue juga adem banget, depan gue AC langsung juga. Tapi yaallah gua paling depan coba aja ituuu, gimana gua mau nyontek coba?" kesal Raka mendekat kearah Binar dan Kanya. Mengambil bangku yang ada di samping yang kosong dan duduk didekat mereka berdua.

"Sukurin! Makannya bikin ini dong!" Kanya menunjukkan sebuah kertas—kunci jawaban.

"DIH BANGKE! Sini buat gua aja!" Raka berusaha merebut kertas itu dari tangan Kanya, namun dengan cepat Kanya menjauhkan kertas itu agar tidak dapat dijangkau oleh Raka.

"Enak aja! Gue yang buat, masa lo yang nikmatin?!"

"Prihatin kek lu sama gua, gua paling depan ono Nya, PALING DEPAN! Bayangin aja coba itu."

Kanya menggeleng. "Gak dan gak mau. Ogah bayang-bayangin elu."

Raka menjulurkan tangannya menjitak Kanya gemas.

"Makannya belajar Raka, biar bisa jawab, jangan belajar memikat hati cewek mulu." celetuk Binar.

"NAH TUH! DENGERIN APA KATA BU BINAR! DENGERIN!" teriak Kanya didepan kuping Raka.

"PENGENG BODOH! GUE JITAK LAGI MAU?!" Kanya segera menutup kepalanya dan menabok lengan Raka. "Gue udah berusaha buat belajar, tapi gak ada yang masuk kek otak satupun, percuma."

"Ya iyalah! Orang pikiran lo body cewek mulu yang montok-montok, wajar pelajaran gak ada yang masuk ke otak. Otak lo kan udah gak suci!" ejek Kanya.

Raka mengamit leher Kanya dan membawanya ke ketiaknya. "Nih cium ketek gue nih sebelum ngomong lagi!"

Kanya menronta-ronta meminta dilepaskan, setelah beberapa detik Raka melepasnya. Kanya mengusap wajahnya dan menghembuskan nafasnya.

TENTANG KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang