11. Riana dan Tio

224 13 0
                                    

11. Riana dan Tio

Adhan menghela nafas saat melihat Binar tertidur disamping ranjang Riana, kepalanya diletakkan di kasur, dan tangannya menggenggam tangan Riana.

Adhan mendekat, tangannya terangkat mengusap mata Binar yang begitu sembab karena banyak menangis dari semalam. Hidung dan pipinya juga memerah karena tangis.

Tangan Adhan merambat mengusap rambut Binar, dan turun kebawah mengusap pipi Binar yang hangat. Karena merasa ada sesuatu yang bergerak di wajahnya, Binar membuka mata dan langsung menatap Adhan yang masih mengusap pipinya.

Binar mengangkat kepalanya dan mengusap wajahnya sekali. "Gue kira Riana udah sadar." gumamnya lirih.

"Narr....pulang yuk?" tanya Adhan "Istirahat di villa. Biar gue sama Tio yang jaga Riana."

"Gue mau disini." ujar Binar pelan tanpa menoleh kearah Adhan.

"Tapi lo butuh istirahat, besok pagi lo balik kesini lagi sama yang lain."

"Tapi...-"

Adhan jongkok dan mengenggam tangan Binar, sebelah tangannya mengusap pipi Binar. "Pulang ya. Mandi, makan, istirahat. Tubuh lo juga perlu istirahat, seharian lo nangis terus. Belom makan juga kan? Jangan sampe nanti Riana sadar, gantian lo yang sakit."

"Tapi, besok gue boleh kesini kan?"

Adhan menyelipkan rambut Binar kebelakang telinga. "Gak perlu tanya gitu Nar. Sekarang pulang ya? Gue anter."

Binar mengangguk dan bangkit. Menatap sebentar wajah Riana.

"Ayok." ujar Adhan merangkul Binar.

"Gue anter Binar dulu, lo masuk aja." ujar Adhan setelah mereka didepan ruangan pada Tio yang memang menunggu diluar.

Setelah Tio mengangguk dan masuk kedalam, Adhan dan Binar berlalu keparkiran.

***

Dua hari kemudian.

"Gimana? Riana bener-bener udah sadar?" tanya Binar penuh harap.

"Iya. Tadi dia bener-bener buka matanya." ujar Tio.

Mereka bernafas lega dan tersenyum bahagia. Selama dua hari Riana kritis, akhirnya hari ini sahabat mereka itu sadar dan sedang diperiksa oleh dokter.

"Riana sadar Nya, Lin, Riana sadar hiks!" gumam Binar menangis, tetapi bibirnya melengkungkan senyum bahagia.

Alin dan Kanya menangguk. Mereka berpelukkan.

Tak lama dokter keluar dengan senyum dan mereka berharap ada kabar baik yang akan mereka dengar tentang Riana.

"Pasien Riana sudah melewati masa kritisnya dengan baik, dan pasien-pun sudah sadar."

Mendengar itu mereka berucap syukur yang sangat amat banyak atas kabar baik ini.

"Walau kandungannya lemah sekali. Tapi kondisi ibunya begitu baik, hanya minum vitamin dan makan buah dan sayur, saya yakin janin itu akan perkembang dengan baik dan bertahan sampai persalinan. Jadi saya harap, untuk makan dan vitamin pasien dipenuhi. Agar keduanya tetap sehat."

"Baik dok. Terimakasih." ujar Tio.

"Kami boleh masuk dok?" tanya Kanya.

"Silahkan. Kalau begitu saya permisi."

Mereka semua masuk kedalam dan Binar langsung menggenggam tangan Riana yang menatapnya. "Ri...." panggil Binar serak menahan tangis.

Binar memeluk Riana dan menangis. "Makasih Ri, makasih lo udah bertahan." gumamnya.

TENTANG KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang