18. Semester Awal

151 11 0
                                    

18. Semester Awal

"Anjing, bareng sama lu mulu kayaknya gue Yo." umpat Putra.

"Lo harusnya bersyukur bisa bareng sama cowok ganteng mulu. Jadi lo ketularan ganteng." balas Tio membuat Putra akting muntah.

"Asek gue sama Binar." Raka merangkul Binar. "Kan enak kalo ada ulangan tinggal lokit, ye gak Nar?"

"Gak."

"Apasih lu maen jawab aja." Raka menoyor Putra yang menjawab pertanyaannya.

"Nar, minta bantuan coba sana sama Iqbal biar kita bisa sekelas semua." ujar Kanya.

"Mana bisa Nya." ujar Alin.

"Bisa kalo Binar yang minta."

"Iqbal si oke aja pasti, tapi gue yang gak mau. Gue gak mau gunain status gue yang sebagai pacarnya Iqbal buat hal kayak gini." ujar Binar.

"Lagi gapapa si Nya kita sama Daan, dia kan otaknya juga sebelas dua belas sama Binar, oke lah kalo kita nyontek sama dia." Alin menaik turunkan alisnya.

"Oh iya ya!" Kanya merangkul lengan Adhan. "Jangan pelit ya An."

"Apa ni gandeng-gandeng?" tanya Adhan melirik sinis.

"Yaudah mending pada ke-kelas masing-masing aja yu, cari tempat duduk juga." kata Binar diangguki yang lain.

"Nanti gue duduk sama siapa dong Nya Lin? Riana kan belom masuk." kata Adhan.

"Yaudah sendiri dulu aja si, lusa juga Riana udah masuk, iyakan Yo?" tanya Alin pada Tio.

"Iya, malah dia pengen masuk sekarang." jawab Tio.

"Jangan lah, kalau bisa masuk pas keadaannya udah membaik. Kan nanti guru-guru pada curiga kalo Riana pamit ke toilet mulu gara-gara mual." ujar Binar. Mereka ber-tujuh berjalan dikoridor.

"Iya, tapi ngeyel tetep mau masuk lusa. Gue bisa apa selain nurutin?" ujar Tio. Mereka berbelok untuk menaiki tangga, karena memang kelas mereka berada di lantai tiga.

"Yaudah lah gapapa, lagi bosen tau kalau dirumah terus." ujar Kanya.

"Oh iya Yo, gue semalem kan telfonan sama Iqbal, gue bicarain soal kehamilan Riana. Iqbal bisa bantu ngomong ke Papa nya soal Riana yang bisa tetap sekolah walau dalam keadaan hamil. Lagi juga kan udah kelas 12, paling enggak Riana punya ijazah SMA."

"Gak usah Nar, makasih. Gue tetep pada pilihan gue buat berentiin sekolah Riana di bulan ke-empat kehamilan dia. Gue bukannya mau egois atau bikin Riana malu karena gak punya ijazah SMA, tapi ini demi kandungan Riana, cek up terkahir dokter bilang supaya Riana jangan terlalu banyak pikiran karena itu sangat berpengaruh sama kehamilan dia. Kehamilann Riana ini rentan banget, apalagi dengan umur Riana yang segitu." ujar Tio. "Kita bakal banyak ujian, gue gak mau Riana banyak mikir. Karena itu bisa berdampak buruk buat dia sama bayi kita."

Raka merangkul Tio dan menepuk pundaknya. "Lo bakal jadi Ayah yang hebat Yo."

"Dan lo semua bakal jadi om dan tante yang hebat juga buat anak gue nanti." balas Tio.

"Itu pasti, apalagi gue. Bakal jadi om paling hebat nanti." kata Putra menepuk dadanya.

"Om paling sableng lu mah." kata Adhan.

"Eh yang paling sableng tuh nanti si Raka noh! Dia kan playboy cap kaki seribu. Hati-hati Yo kalo nanti anak lo cowok terus maen sama Raka, otaknya ntar diisi sama cewek, cewek, cewek."

"Nah iya lo! Awas aja lu ngotorin otak anak gue nanti." kata Tio.

"Anjing fitnah! Nih emang si Putra ngajak gelud mulu." Raka menabok kepala Putra kencang saking kesalnya.

TENTANG KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang