16. Melepas Rindu
Mendekat dan semakin mendekat, hingga benda kenyal itu menyatu, dengan ritme pelan untuk melepas rindu yang sama-sama mereka pendam berminggu-minggu. Kening mereka menyatu dan menormalkan nafas mereka yang memburu.
"I really miss you." gumam Iqbal, ibu jarinya mengusap permukaan bibir Binar yang basah dan sedikit memerah.
Binar menatap Iqbal dan dengan berani dia menyatukan bibirnya lagi pada Iqbal. Semua perasaan yang ia rasa ia luapkan, ia cium bibir Iqbal dengan ritme cepat.
Iqbal tahu Binar sedang menyalurkan perasaannya, entah marah, kecewa, atau bahagia, Iqbal membalas dengan menyeimbangi ciuman mereka.
Disaat ia merasa bahwa Binar terlalu cepat, dan ia merasa Binar menangis langsung melepas ciuman mereka yang berhasil meloloskan isak tangis Binar. Jelas ia kaget, pasalnya tadi tangis Binar sudah mereda bahkan sudah tertawa.
"Nar...kamu kenapa?" tanya Iqbal.
Binar menggeleng dan menarik leher wajah Iqbal bermaksud untuk menciumnya kembali. Tetapi Iqbal menolak, dia ingin tahu dulu ada apa dengan pacarnya.
"Bal!" teriak Binar saat Iqbal terus mengelak.
"Gak Nar. Kamu jawab dulu, kamu kenapa? Kamu masih marah sama kamu, iya? Kamu masih kecewa sama aku?"
Binar menggeleng dan tangisnya semakin menjadi. Ada perasaan takut dalam dirinya, dia, dia takut meninggalkan laki-laki ini, Laki-laki yang ia cintai setelah sang ayah. Dirinya sekarat, dirinya takut tidak bisa memberi kebahagian pada Iqbal karena lebih dulu pergi meninggalkannya.
Binar kembali menarik Iqbal dan menyatukan bibir mereka lagi, sama seperti tadi ritme cepat, semua luapan emosi ia salurkan lewat ciuman itu.
Tuhan, aku mencintai laki-laki ini.
Tolong bahagiakan dia Tuhan.
Mereka mengatur nafas mereka yang berantakkan. Wajah mereka masih dekat, hanya melepas bibir, saling memejamkan mata.
"Are you okey?" tanya Iqbal pelan, tangannya mengusap pipi Binar.
Binar mengangguk. "Aku—aku cuma terlalu kangen sama kamu." ujarnya dengan suara serak.
"I love you." Iqbal mengecup bibirnya sekali.
"Aku gak bisa lama-lama." ujar Iqbal.
Mereka sedikit menjauhkan wajah mereka, namun lengan Binar masih melingkar di leher Iqbal, begitu-pun tangan Iqbal yang bertengkar mengusap punggung Binar. Mereka masih didalam mobil.
"Kenapa?"
"Kamu tau kan, aku baru tiga minggu kuliah disana. Masih masiswa baru, aku bisa pulang karena tugas untuk besok-besoknya aku kerjakan di hari-hari kemarin, supaya aku bisa ambil cuti paling tidak dua hari. Sekaligus mau menyelesaikan kesalah pahaman aku sama kamu dan Adhan." Iqbal menatap Binar bersalah. "Maaf ya, aku bener-bener brengsek banget seminggu ini. Aku minta maaf. Kamu mau kan maafin aku?"
"Tapi ada syaratnya." ujar Binar.
"Apa?"
Binar merapat. "Aku mau jalan-jalan keliling Jakarta pakai vespa kamu kayak waktu itu lagi."
Iqbal tersenyum dan juga merapatkan tubuhnya. "Boleh. Tapi ada syaratnya." Iqbal menatap bibir Binar dan mengusapnya pelan.
"I want to feel these lips once more."
***
"Nar."
"Hem?"
"Tau gak bedanya kamu sama matahari?"

KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG KITA
Roman pour AdolescentsDalam suatu hubungan yang paling diutamakan dan menjadi tiang kokoh hubungan adalah 'kepeceryaan'. Bukan hanya percaya pada pasangan masing-masing, tetapi juga harus percaya pada diri sendiri. Kepercayaan sangat dibutuhkan dalam hubungan, telebih ba...