9. Bali

367 41 1
                                    

9. Bali

Binar, Riana, Alin, Kanya, Raka, Adhan, Tio, dan Putra, sudah berada didalam mobil menuju bandara. Hari ini tepat mereka akan berlibur ke Bali sesuai rencana yang mereka jadwalkan.

"Gue gak nyangka loh kita bisa liburan ke Bali bareng-bareng kayak gini." ujar Alin yang duduk di bangku paling belakang bersama Adhan dan Putra. Sedangkan di tengah ada Kanya Binar, dan Riana. Didepan sudah pasti Raka dan Tio.

Mereka mengangguk membenarkan ucapan Alin. "Nanti disana tidurnya berdua-dua, pakek villa bokap gue." ujar Raka yang menyetir.

"Ada kolam berenangnya gak?" tanya Kanya.

"Ada."

"Kita pasti sering-sering ke pantai kan?" tanya Riana.

"Iyalah!" jawab semuanya.

Mereka sampai bandara, mobil yang tadi mereka pakai untuk kebandara adalah mobil Raka, orang tua serta supir pribadi Raka ikut kebandara untuk membawa mobil itu pulang.

"Have fun ya!" ujar kedua orang tua Raka.

Didalam pesawat mereka mengambil tempat duduk berdua-berdua karena memang tempat duduknya berdua-dua, dan pesawat yang mereka ambil adalah VVIP. Tidak hanya untuk duduk tapi juga bisa untuk tiduran, menonton film. Jelas itu semua dibiayai oleh Raka.

Setelah menempuh 1jam 50 menit, mereka akhirnya sampai dibandara Bali.

"Gue gak sabar banget mau kepantainya!!" pekik Kanya girang.

"Norak lo, kayak gak pernah kepantai aja." celetuk Tio.

"Yeu, sirik aja."

***

Mereka semua sudah berada di villa dan kamar masing-masing. Binar dengan Riana, Alin dengan Kanya, Tio dengan Raka, dan Adhan dengan Putra.

"Ri," panggil Binar.

"Hem?" jawab Riana yang sedang memainkan ponselnya.

"Gue gak tenang Ri."

Riana menyerngit dan menatap Binar yang hanya duduk bersandar pada kepala ranjang dan menatap ke depan. "Gak tenang kenapa?"

"Gue...- gak tau." Binar menggeleng dan menunduk, tangannya ia mainkan. Sedari kemarin memang perasaannya tidak tenang saja. Entah karena apa, kalaupun karena Iqbal itu tidak mungkin, pasalnya komunikasi mereka baik-baik saja.

Melihat kegusaran Binar, Riana langsung bangkit dari tidurannya. Mengenggam tangan Binar. "Lo kenapa? Cerita Nar."

"Gue juga gak tau Ri, gue...-gue gak tau kenapa gue gak tenang kayak gini." gumam Binar.

"Soal Iqbal? Iya?" tebak Riana.

Binar menggeleng dan menatap Riana. "Gak tau, gue sama dia baik-baik aja, komunikasi kita juga lancar aja, gak ada masalah."

"Iya terus elo kenapa?"

Sekali lagi Binar menggeleng dan menutup wajahnya, lalu menangis. Riana yang paham langsung memeluk menenangkan sahabatnya itu.

TENTANG KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang