7. Kepergian Iqbal

469 44 3
                                    

Siap???

Ready go!

7. Kepergian Iqbal

Jaga diri dan hati kamu disana ya-Binara Ananta

"Narrrr...."

"Aku bakal pergi lusa.."

"Kamu gak ikut prom berarti?"

"Engga."

Sekuat mungkin Binar tidak mengeluarkan isakannya walau air mata telah membasahi pipinya. Dengan sigap Binar langsung menutup mulutnya untuk tidak mengeluarkan isakannya dan Iqbal tidak mendengarnya di sebrang telfon sana. Nafasnya naik turun tidak karuan menahan tangis, hatinya menghipit.

"Kamu mau kan anter aku kebandara?" tanya Iqbal pelan.

Binar menggigit bibirnya dan mengatur nafasnya agar Iqbal tidak curiga kalau ia sedang menangis sekarang. "Ya." jawab Binar pelan bahkan lebih pada gumaman.

"Yaudah, udah malem. Kamu tidur ya, besok aku mau paking-paking, jadi mungkin bakal jarang ngabarin kamu, dan maaf kalau besok aku lama bales chat kamu atau gak angkat telfon kamu." ujar Iqbal.

Tangannya bergetar, dan air mata terus jatuh-Binar tidak menjawab ucapan Iqbal.

"Aku sayang kamu Nar.."

"Good night."

Sambungan telfon terputus dan Binar langsung menjeritkan isakannya. Memeluk kedua lututnya dan menangis.

Disisi lain. Iqbal mengadahkan kepalanya menatap langit malam dari arah balkon kamar dan memejamkan matanya menikmati dadanya yang sesak. Salah jika ia tidak tahu keadaan Binar sekarang, menangis, pasti itu yang sekarang sedang pacar cantiknya itu lakukan.

Tangannya memijit pangkal hidungnya, menunduk dan menatap ponselnya yang berwallpaper-kan wajah Binar.

***Ting tong!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***
Ting tong!

Binar menekan bel yang ada di depan rumah Iqbal. Di bel keduanya, pintu itu terbuka.

"Assalamu'alaikum Ma." ujar Binar menyalimi Kalila.

"Wa'alaikumussalam, ayok Binar masuk." ajak Kalila. "Pas banget tante abis selesai masak, kita makan bareng-bareng ya."

"Iya Ma."

"Iqbal nya masih di kamar, mungkin lagi mandi. Kamu keatas aja gih, sekalian panggil dia kebawah untuk makan ya."

"Iya Ma. Kalau gitu Binar keatas ya."

"Iya."

Binar menaiki tangga dan berjalan kearah kamar Iqbal, Binar mengetuk pintu kamar Iqbal beberapa kali. Bisa saja dia langsung masuk, tapi mengingat ucapan Kalila kalau mungkin saja Iqbal lagi mandi, dan mungkin saja sudah selesai dan sedang memakai baju. Tidak sopan dan tidak pantas rasanya kalau ia tiba-tiba membuka pintu dan ternyata Iqbal lagi dalam keadaan tidak berbusana.

TENTANG KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang