Ayo! Voter keberapa kalian setelah sekian lama?
Hari ini suasana hati Hyunki seperti pelangi tiga warna. Merah, kuning dan hijau. Iya hanya tiga. Karena Jungkook mengatakan empat warna sisa spektrum menakjubkan itu adalah Hyunki sendiri. Jeon kecil itu senang? Tentu saja. Bahkan kaki mungil bersepatu hitam lucu itu melompat kegirangan, bersamaan mengenggam satu ruas telunjuk Jungkook sebagai tautan.
"Hyunki senang sekali ya?"
Binar manik itu menengadah guna melihat sang Ayah, "Senangnya banyak-banyak!" antusias Hyunki.
Senyum gigi Jungkook terbentang begitu saja, melihat buntalan menggemaskan ini melempar-lempar tapakan kaki ingin menyamakan langkah dengan dirinya. Hingga Jungkook merasa tak tega pun turut melangkah sedikit pelan pada akhirnya.
Setelah berhasil menculik Hyunki dari minimarket Goo, Jungkook mengajak sang buah hati untuk berkeliling agak jauh kali ini. Tidak menculik juga sebenarnya. Jungkook saja yang terlalu cerdik meyakinkan Goo, pun Goo yang tidak sampai hati ingin menjauhkan ikatan buah hati dan Ayahnya.
Maka memberikan waktu tiga jam sebelum Yoonji kembali adalah konspirasi mereka berdua. Ah maksudnya bertiga, dengan Hyunki yang disogok susu pisang agar ikut berbohong juga. Tidak bilang kalau pergi dengan Om keren kepada Eomma nya. Bukan contoh yang baik sebenarnya, tapi tidak ada cara lain bagi Jungkook untuk lebih dekat dengan perwujudan benih unggulnya.
Pilihan jatuh pada satu areal dengan beberapa perosotan, ferish well ukuran sedang, carousel dengan sepuluh kuda, dan beberapa kios tembak sasaran dengan hadiah boneka tergantung di atasnya. Taman hiburan kecil dengan beberapa kedai makanan yang bisa dijelajahi ketika lapar. Memang cukup terik untuk jam sepuluh pagi, tetapi tempat ini memiliki banyak kanopi pohon yang menyejukkan.
"Ingat janji kita berdua?" tanya Jungkook sembari berjongkok menyamakan tinggi dengan sang putra.
Pipi gembil menggemaskan itu mengangguk semangat dihiasi mata hitam sempurna.
"Shhtt!" Hyunki meletakkan jari telunjuk di depan mulut sebelum melanjutkan, "Halus diam-diam, tidak boleh bilang Eomma," lugunya.
Jungkook turut mengangguk bangga, "Terus apa lagi?"
Senyum kecil Hyunki mendorong pipi jelly-nya untuk terkumpul di kedua sisi.
"Om kelen boleh jadi Appa Unki!" serunya dengan kedua tangan terbentang ke udara. Hyunki senangnya bukan main. Akhirnya bisa memanggil Jungkook dengan sebutan Appa lagi hari ini.
"Jagoan pintar," puji Jungkook sembari mengusap pucuk kepala Hyunki penuh afeksi.
Sedikit mengingat ketika pertama kali mengajak buntalan berambut lembut itu untuk bermain bersamanya di taman perumahan.
"Hei jagoan, akhirnya kita bertemu yaa? Appa sempat putus asa untuk melihat wajahmu."
"Unki punya Appa?"
"Tentu saja! Eomma tidak bisa menghasilkan dirimu sendirian."
Jungkook ingat benar bagaimana wajah menggemaskan Hyunki berubah penuh senyum pun sembab ketika dirinya menjelaskan itu. Walaupun tidak mengerti dengan kata 'menghasilkan' atau apa itu putus asa, yang penting Hyunki bahagia. Seolah di beri harapan memiliki sosok lain selain Ibu dan sama dengan teman komplek yang lain.
"Ayo Appa ayo! Aku ingin naik kuda-kuda. Wuuuuush!" Hyunki sudah bersemangat mengangkat sebelah tangan berpose seperti pahlawan super yang terbang melintasi awan. Padahal ingin naik kuda, tetapi posenya terbang. Jungkook sampai gemas sendiri setengah mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lacuna ✔️
Fanfiction[TERSEDIA DI GRAMEDIA DENGAN VERSI LEBIH BARU DENGAN BANYAK PART BONUS] Sudah selesai membaca My Little Bittersweet Wife? Kamu bisa melanjutkan membaca cerita ini ❝Cepat berikan dia padaku, Jeon!❝ ❝Tidak! Kau harus mendengarkan aku dulu. ❝ ❝Anakku m...