Chapter 14

60.6K 7.2K 2.7K
                                    




Di part ini kalian bisa mempersiapkan....

Apa yaa? kipas? kamera? apa karung? apa mungkin bantal buat gigit-gigit gemes? Terserah deh mau siapin apa. Asal jangan lupa absen vote dulu yuuk

Coba cocokkan digit terakhir vote dengan foto yang ada, kalian dapet Jungkook yang apa?🌚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Coba cocokkan digit terakhir vote dengan foto yang ada, kalian dapet Jungkook yang apa?🌚








Sebenarnya hari ini tidak seberat beberapa hari lalu ketika membongkar banyak barang. Tetapi Yoonji merasa tubuhnya tidak dalam kondisi baik-baik saja, merasakan pegal pada sendi pinggang dan lutut. Padahal Hyunki tidak banyak bergelayut manja atau rewel, malah senang bukan main ketika bermain dengan kardus-kardus besar yang hendak Jungkook simpan di garasi. Makan malam juga terlewati tanpa banyak kendala dan terhindar dari acara mogok makan akibat penolakan kacang polong dalam nasi goreng. Akan tetapi, Yoonji lagi-lagi menghela napas kelewat besar ketika mengambil satu pasang baju tidur panjang pada lemari di samping pintu, tidak menyangka kehamilan keduanya akan seberat ini di awal.

Kembali di mana Yoonji saat ini berdiri. Jika di perhatikan, Jungkook memang sangat memperhitungkan bagaimana itu sebuah hunian. Satu tempat tidur empuk ukuran sedang yang cocok untuk Hyunki mengisi daya aktif dan kegemasannya kembali, kemungkinan besar masih bisa di gunakan sampai usianya lima belas tahun. Temboknya di dominasi warna biru tua dan muda, dihiasi rak-rak penuh mahakarya Hyunki dari botol susu pisang atau stik es krim yang Goo pasang kala memindah barang tempo hari lalu. Satu meja belajar kecil lengkap dengan lampu tambahan dan rak buku bersusun empat kolong juga mengisi ruang. Iya, memang sebaik itu Jungkook menyiapkannya.

Ingin membawa anggapan bahwasannya ini bukanlah hal yang buruk untuk sang buah hati, Yoonji berusaha menerima kenyataan tatkala meletakkan baju panjang Hyunki lantas menutup jendela kamar. Menunggu sang putra yang sedang dimandikan Jungkook, atau Hyunki sendiri yang bersikeras untuk mandi dengan sang ayah lantaran bosan mandi dengan sang Ibu.

Sebenarnya berniat mandi dengan Paman Yungi, saat pria itu singgah mengantarkan beberapa barang tambahan sore tadi. Tetapi tidak jadi karena ada satu atau dua hal yang menjadi pertimbangan. Soalnya sempat ada ancaman jika mandi dengan Yungi, sang Paman tidak bertanggung jawab seandainya Hyunki hanyut sampai Antartika. Tentu saja itu hanya akal-akalan Yungi karena tidak ingin repot, dan Hyunki jelas percaya lantaran ia belum bisa berenang, bisa gawat kalau hanyut jauh. Maka, mandi dengan bujukan bola-bola plastik di dalam bathup bersama Jungkook bukan penawaran yang buruk untuk Hyunki.

Langit semakin gelap dan kamar Hyunki semakin menegas lampunya ketika sayup-sayup sepasang tawa mulai terdengar menyambangi rungu Yoonji. Di tambah suara tepukan tangan yang runtut saat Jungkook mengayun pintu putih itu ke depan, membawa tungkai kaki dengan celana panjang itu memijak ruang.

"Hmm," gumam Hyunki setelah mengarahkan lengannya sendiri dekat area hidung, sedikit menggeleng guna mendramatisir hirupannya, "Unki sudah halum," ucapnya menikmati aroma buah stroberi yang menyeruak dari kulit dan rambut hitamnya.

Lacuna ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang