Chapter 20

57.1K 5.9K 1.4K
                                    

Maaf updatenya malam bangeeeet, tapi aku juga udah gatal mau up Lacuna dari minggu kemarin, tetapi karena harus mengurusi hal lain jadi menunda cukup lama.

Part ini panjang, tenang. Silahkan nikmati kisah keluarga Jungkook dengan segenap hati, tapi seperti biasa yaa, momen mereka itu bakal aku eksplore satu-satu dan perlahan-lahan.

Jadi, voter keberapa Nuna-Nunanya Unki ini? Apa Imo aja yaa?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jadi, voter keberapa Nuna-Nunanya Unki ini? Apa Imo aja yaa?








Yoonji baru saja mendorong mangkok kentang goreng ke tengah meja, menyisakan beberapa potong sebelum bersandar nyaman di atas sofa empuk. Kedua tangannya nampak mengelus perut buncitnya dari balik piyama satin berwarna merah tua. Masih setia ditemani drama malam hari di ruang televisi ketika jarum panjang menunjuk tepat angka sembilan malam. Sesekali menguap ketika menoleh ke arah kamar Hyunki—memastikan jika jagoan kecil itu sudah menjelma menjadi bajak laut penjelajah di alam mimpi. Kedua obsidiannya melihat sejenak ke arah telepon pintarnya di atas meja. Merotasikan bola mata sebelum menghela napas panjang. Wah, bukan main. Sedikit kesal lantaran ia mau tidak mau harus menghangatkan makan malam setelah ini. Jungkook kemana sih tidak kunjung pulang?

Bibir penuh Yoonji sedikit berdecak ketika rasa kantuk semakin memberatkan kelopak mata untuk terlelap. Masih setia meletakkan kedua tangannya untuk memeluk buntalan yang ada di depan tubuh penuh afeksi. Entah kenapa, sewaktu hamil Hyunki dulu kandungannya tidak sebesar ini di usia bulan yang sama—empat setengah bulan. Yoonji lantas memasrahkan kepala pada sandaran sofa, merasakan secara secara perlahan lelap itu mengambil alih kesadaran. Tidak membutuhkan waktu lama hingga suara sayup-sayup acara televisi semakin membawanya terbuai ke alam mimpi.

Sedangkan di luar sana, mobil Jungkook baru saja mendarat pada halaman rumah sebelum pintu garasi terbuka secara otomatis. Mungkin sepanjang perjalanan langit sedang gemar mengguyur lantai bumi lantaran rambut Jungkook terlihat lembab ketika berjalan ke arah pintu. Menenteng jas dan tasnya sebelum mencapai ruang tengah. Mendapati Yoonji tengah terlelap dengan rambut hitam yang tergerai hingga tengah dada. Memanjakan mata bagaimana kulit pualam dan kilauan satin itu didirus oleh cahaya tegas ruang. Embusan napasnya benar-benar tenang dan teratur ketika Jungkook secara diam-diam mendaratkan diri tepat di samping sang istri. Menatap kelewat dalam dengan ulasan senyum dan perasaannya sendiri.

Jungkook lantas turut bersandar, secara perlahan menelusupkan lengannya pada leher Yoonji sebagai alas sang istri tertidur. Cukup mengejutkan bagaimana Yoonji hanya menggeliat lirih ketika Jungkook benar berhasil membawa kepala Yoonji dalam dekapannya—bersandar hangat di atas dada bersamaan memperhatikan perut sang istri yang berkembang begitu baik dari hari ke hari.

"Apa kau tidak keterlaluan, Kook?" suara Yoonji tiba-tiba terdengar di tengah hening. Sukses membuat Jungkook terperanjat kala membawa tatapannya sedikit ke bawah, menemukan Yoonji yang tengah mendongak dan menatap dirinya datar.

Lacuna ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang