Chapter 23

54K 5.3K 1.6K
                                    

Sini sini yang kangen kumpul duluu
Semoga ini bisa mengobati rindu yaa, coba voter keberapa di update kejutan tanpa woro-woro ini? 😂😂😂😂😂😂

Padahal, Yungi bisa mengatakan jika kemarin langit terlihat begitu cerah dengan suhu tiga puluh tiga derajat selsius—panas sekali sampai rasanya ingin berendam bersama katak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Padahal, Yungi bisa mengatakan jika kemarin langit terlihat begitu cerah dengan suhu tiga puluh tiga derajat selsius—panas sekali sampai rasanya ingin berendam bersama katak. Akan tetapi, seiring melelehnya es batu Yungi di dalam gelas americano dinginnya, awan malah terlihat sendu hari ini. Bahkan semakin menggelap kendati waktu masih menapak pada pukul dua sore.

Sejenak, dahi Yungi berkerut skeptis saat Eujo—terlihat mengulas senyum dan menggerakkan sebelah kakinya di bawah meja. Eunjo melihat pribadi dengan kulit seputih gula-gula itu dengan air muka tidak tertebak.

"Sebenarnya, aku masih tidak mengerti dengan tujuanmu," ragu Yungi sebelum menyesap minumannya kembali.

"Oh, sekarang kau menanyakan tujuanku?" tanya Eunjo dengan intonasi cukup retoris, "Aku kira kau datang lagi hanya ingin meminum segelas kopi." Beberapa detik kemudian, mata Eunjo mengerling sebelum menambahkan kalimatnya, "Jangan-jangan kau tertarik padaku."

"Kendalikan imajinasimu."

Eunjo malah tertawa saat Yungi menjawab cepat dan dingin seperti itu. Memang pangeran musim beku yang tidak pernah berubah—batin Eunjo menggelikan.

Sedangkan bagi Yungi, ini juga terasa aneh. Apa yang ia lakukan, bukan tipe pribadi Yungi sama sekali—bahkan ia sudah menekankan diri untuk tidak merasa peduli. Akan tetapi, ia tidak bisa mempertaruhkan perasaan janggal yang bercokol dalam benak lebih lama lagi. Bagaimana pun juga, sebagai Kakak, Yungi jelas mengkhawatirkan Yoonji melebihi apapun. Meskipun ia tidak terlalu mengerti apa yang ia cemaskan. Intinya, Yungi hanya merasa ada yang salah—itu saja.

Eunjo masih setia mengamati dengan tatapan aneh saat memori Yungi mengingat satu sama dua hal lain, "Terakhir kali bilang padaku, kau melakukan ini karena Kang Eunjo mencintai Jeon Jungkook," katanya.

Eunjo mengangguk, "Tentu saja," wanita itu menjeda sebelum menyurai rambutnya dengan jemari, "Bukankah hal itu sudah jelas, Yung?"

Lihat, belum sepenuhnya rasa penasaran dan spekulasi Yungi terpenuhi, lagi-lagi Eunjo memberikan teka-teki lain dari kedua pupilnya. Bagi Yungi ada yang lebih dari sekadar 'cinta'. Yungi diam sebelum berpendapat, "Jika kuperhatikan lagi, aku tidak melihat hal itu pada matamu."

Hal itu sukses membuat Eunjo meledakkan tawa, bahkan bertepuk tangan lirih seolah apa yang Yungi ucapkan adalah lelucon anak SMA yang sudah lama tidak tersaring dalam rungunya. Ah, Eunjo jadi bernostalgia bagaimana banyak anak-anak sekolahnya bertanya pada Yungi mengenai nomor lotre dan lainnya, "Apa kau seorang peramal?" sarkasnya.

Yungi menarik sudut bibirnya tipis, "Firasatku tidak bisa dianggap remeh."

Bukannya ingin berkata sombong atau membenarkan julukan menggelikan yang Yungi terima ketika masih di bangku sekolah. Tetapi, tidakkan terkadang Tuhan memberikan anugerah pada beberapa makhluknya? Bukan berarti Yungi menganggap dirinya sakti mandra guna. Ia hanya merasa lebih peka, dan teliti ketika menghadapi sesuatu—ada yang aneh.

Lacuna ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang