Chapter 6

581 65 2
                                    

2013

Malam itu suara gemuruh hebat di langit Seoul membuat Jennie harus meringkuk lebih dalam di selimutnya. Ia mencoba merapalkan beragam doa untuk menghilangkan kekhawatirannya. Iya, dia sedang tidak baik.

Akhir-akhir ini, dia merasa kesepian. Dia juga selalu membenci petir dan guntur. Kedua hal itu selalu mengganggu debaran jantungnya yang lemah.

Pikirannya lalu melayang jauh, mengingat malam di mana dia bersama sahabatnya, Jisoo, sedang makan ice cream di sebuah kedai di dekat asrama.

Saat itu entah mengapa, Jisoo tiba-tiba bertanya mengenai kabarnya. Padahal, hampir setiap hari mereka berdua bertemu. Mereka juga teman satu kamar di asrama, namun hari itu, nampaknya Jisoo merasakan sesuatu yang berbeda dari Jennie.

"Kau baik-baik saja?" tanya Jisoo sembari menyendokan eskrim ke dalam mulut Jennie. Gadis itu hanya mengangguk, dan sedikit bingung dengan pertanyaan tersebut.

"Kau bisa cerita kepadaku," ucap Jisoo. Kali ini dia sembari menyendokan eskrim ke dalam mulutnya.

Jennie terdiam, menerka-nerka arah pembicaraan Jisoo. Dia masih belum sadar maksud pertanyaan sahabatnya itu.

"Ninie, aku tau kau sedang tidak baik-baik saja," lirih Jisoo, dia memegang erat kedua tangan Jennie.

Sedetik kemudian, gadis tersebut pun sadar maksud pertanyaan Jisoo. Jennie lalu haya tersenyum, menampilkan senyumnya yang khas.

"Aku baik-baik saja eonnie," ujar Jennie yakin... menurutnya dia sudah bisa meyakinkan Jisoo. Namun gadis yang lebih tua satu tahun darinya itu menggeleng sambil menatap Jennie.

"Jujur lah," katanya lagi.

Jennie tahu, dia paling tidak bisa membohongi Jisoo. Sahabat sekaligus kakak baginya itu tidak pernah meninggalkannya dalam keadaan kalut, dia selalu bisa membuat Jennie berbicara, tentang apapun.

"Ya, kau tau aku sedang banyak pikiran," ujar Jennie lirih. Ia lalu menatap ke jendela kedai, mencoba menahan tangisnya.

Jisoo terdiam, memberikan waktu kepada Jennie untuk kembali berbicara. Jisoo tahu, jujur mengenai hal ini pasti sangat sulit bagi Jennie.

"Aku sangat banyak menerima komentar kebencian, kau tahu itu eonnie."

"Aku merasa tidak pantas menjadi seorang idola. Wajahku juga tidak secantik kau, suaraku juga tidak begitu spesial."

"Orang-orang terus mengatakan hal buruk tentangku. Apalagi saat aku muncul di video klip Jiyong oppa, dan mereka tahu aku hanya seorang trainee. Mereka benar-benar membuatku terlihat sangat buruk."

Jennie lalu menangis. Jisoo pun bergerak duduk di samping kursi Jennie. Memeluk adiknya itu, dan mengusap-usap punggung Jennie. Mencoba menenangkannya.

Jennie terus terisak, tenggorokannya serasa tercekat. Selama ini dia tidak berani mengatakan hal ini kepada siapapun. Ia merasa lemah jika orang lain tahu dia terpukul dengan semua komentar jahat mengenai dirinya.

"Lalu..." Jennie melepaskan pelukannya dari Jisoo. Ia mengusap pipi tembamnya yang basah, mencoba kembali berbicara kepada sahabatnya tersebut.

"...sekarang Hanbin sedang sibuk berjuang untuk debutnya. Aku sangat senang dia mendapatkan kesempatan berharga ini."

"Namun, sebagian hatiku terasa kosong eonnie, di sini, rasanya sangat kosong," ujar Jennie sembari memukul dadanya.

Jisoo menahan tangan Jennie, dia mengusap-usap lengannya. Lalu berkata, "Jangan menjadi lemah. Tidak semua orang bisa menyukaimu, begitu juga sebaliknya."

Well, let's look at the sky sometimesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang