2011
"Serius Jen?" ujar Hanbin kaget. Jennie hanya mengangguk pelan, sambil memutar-mutar botol air mineralnya di meja.
Saat ini, mereka berdua sedang berada di mini market depan gedung YG Training Center. Menghabiskan waktu istirahat dari kelas tari pelatih Park.
"Maaf ya Jen, aku benar-benar tidak tahu," ujar Hanbin pelan sembari menundukkan kepalanya merasa bersalah.
"Makanya Bin, kau jangan sejahil itu padaku, lihat kan apa akibatnya? Lirik yang sudah aku buat akhirnya hilang, gara-gara siapa?" kata Jennie.
"Gara-gara aku," ujar Hanbin semakin menundukkan kepalanya.
Jennie mengangguk puas, lalu meminum botol air mineralnya.
"Terus evaluasi bulananmu bagaimana?" tanya Hanbin khawatir, sembari mengamati wajah Jennie yang berantakan—namun menurutnya tetap imut—akibat rambut yang menempel di sekitar pipi karena keringat.
"Bagaimana apa? Aku sudah latihan lagu lain, tenang saja," kata Jennie ikut mengamati wajah Hanbin. Dia tersenyum geli melihat wajah Hanbin yang merasa bersalah padanya.
Entah kenapa, Jennie selalu mendapatkan perasaan nyaman jika berada di samping Hanbin. Padahal, mereka belum genap satu tahun saling mengenal. Namun baginya, Hanbin seperti teman lama yang selalu ada untuknya.
Juga awalnya, Jennie berniat menyimpan masalah hilangnya si kertas kuning ini sendirian. Namun, dia tidak pernah bisa menyimpan rahasia apapun dari Hanbin.
Meskipun Jennie sering dibuat kesal, marah, sebal oleh Hanbin. Tetapi, sesering itu pula Jennie memaafkannya, bahkan melupakannya.
Jennie selalu merasa tenang jika berbagi masalah dengan lelaki yang lebih muda beberapa bulan darinya itu. Begitupun saat Hanbin menceritakan masalahnya kepada Jennie, gadis tersebut selalu mengerti dan paham dengan perasaan Hanbin.
Hanbin dan Jennie, telah berbagi beban yang sama.
"Aku janji," kata Hanbin, memecah keheningan di antara mereka berdua.
Jennie memperhatikan laki-laki tersebut dengan seksama, menunggu apa yang akan dia ucapkan.
"Aku janji, nanti kalau kau debut, aku akan membuatkan lagu yang bagus untukmu," ujar Hanbin tegas sambil mengepalkan satu tangannya di depan dada.
Jennie hanya tertawa mendengarnya dan entah mengapa, dia percaya dengan janji tersebut.
"Aku tunggu ya Hanbin, harus bagus, aku akan kecewa jika lagu buatanmu jelek," kata Jennie antusias.
Hanbin mengangguk dengan semangat, mereka berdua pun tertawa.
Di pundak Jennie dan Hanbin, mereka sama-sama memiliki mimpi yang besar. Bermimpi sebagai idola dan berbagi kebahagiaan untuk banyak orang.
Mereka sering bercerita ingin berbagi panggung yang sama, panggung yang besar dan megah. Di mana banyak penggemar yang meneriaki nama mereka. Mencintai mereka, dan mengapresiasi karya mereka.
Mimpi yang nampaknya mustahil mereka gapai untuk saat ini.
"Tapi, kapan ya aku debut?" tanya Jennie mengawang. Hanbin pun menjentikan jarinya ke kening Jennie, membuat gadis tersebut meringis.
"Kenapa sih Bin?" tanya Jennie kesal sembari mengusap keningnya yang memerah.
"Latihan dulu yang semangat, jangan gampang sakit, minum vitamin, dan tetap tersenyum," kata Hanbin dengan suara meledek dan menempatkan kedua jarinya di samping bibir Jennie, memaksa gadis itu tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Well, let's look at the sky sometimes
FanfictionKisah soal cinta bertepuk sebelah tangan. Soal cinta yang tak mereka rasakan. Soal keberadaan yang terlalu membuat nyaman. ----- Jennie Kim, gadis muda yang memilih untuk pulang ke Korea demi menjadi idola K-Pop. Ia pun menjadi trainee di YG Enterta...