Chapter 11

478 65 5
                                    

2013

Tiga bulan telah berlalu. Hanbin dan Tim B kini harus menghadapi pertandingan yang sesungguhnya, pertandingan final dengan Tim A, untuk menentukan siapa yang pantas debut dengan nama WINNER.

Dari backstage, Hanbin bisa mendengar para penonton yang terus bersahut-sahutan memanggil nama Tim A dan Tim B. Perasaan Hanbin pun semakin gugup. Dia... takut mengecewakan penggemarnya.

Sebelum sampai ke tahap ini, Hanbin telah melewati masa yang sangat sulit. Dia lalu teringat saat dirinya pergi ke tempat rahasia ketika anggota lain sedang tidur, tanpa kamera, dan tanpa ada yang mengetahuinya. Saat itu dia benar-benar merasa lelah dan ingin menyerah.

Dia hanya termenung, menatap jalanan Hongdae yang tetap ramai meski telah pukul 2 malam. Hatinya merasa takut, sedih, namun ia tak bisa menangis, ia hanya merasa... kalut.

Lalu kemudian, satu-satunya manusia yang mengetahui tempat ini selain dirinya muncul di balik punggungnya. Hanbin merasa kaget, mengapa Jennie ada di tempat ini, pukul 2 malam, sendirian, dan tanpa sepengetahuan dirinya.

"Hai," kata Jennie dengan senyum mengembang.

Hanbin hanya menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba terasa merinding. Dia, bukan hantu kan?

"Kau manusia kan?" tanya Hanbin, bodoh.

"Apa maksudmu? Jelas aku manusia," kata Jennie sambil terkekeh pelan.

"Hei jangan tertawa seperti itu, menakutkan," kata Hanbin kemudian, lalu dibalas Jennie dengan tawa yang semakin keras.

"Yak, sudah, tidak lucu," ujar Hanbin sembari mendekati Jennie yang hanya berjarak lima langkah darinya.

"Kau duluan yang menganggapku hantu," ujar Jennie, lalu duduk di sofa. Kemudian, dia pun membuka bungkusan plastik yang sedari tadi dijinjing. Bungkusan tersebut berisi ayam goreng serta beberapa botol soda.

"Andai aku sudah bisa minum alkohol," kata Jennie pelan sambil menata minuman dan ayam ke atas meja.

Hanbin lalu menjetikan jarinya ke kening Jennie. Sepertinya, Hanbin tidak bisa tidak memukul kepala Jennie setiap bertemu dengannya. Jennie pun hanya mengaduh kesakitan, malas membalasnya lebih.

"Kenapa kau tahu aku di sini?" tanya Hanbin sambil membuka satu kaleng soda, lalu memberikannya kepada Jennie. Kemudian dia pun membuka satu kaleng untuk dirinya sendiri.

"Tidak sengaja melihatmu keluar asrama," ujar Jennie sambil memberikan sepotong ayam kepada Hanbin.

"Sedang apa kau di sekitar asrama laki-laki?" tanya Hanbin heran.

"Hmmm, ada 'bisnis' dengan Mino oppa," ujar Jennie singkat.

Hanbin lalu hanya mengangguk, kemudian memakan ayam yang diserahkan Jennie.

"Bagaimana dengan persiapan final?" tanya Jennie kemudian. Hanbin bergeming, dia hanya mengunyah ayamnya, bingung harus memulai cerita dari mana.

"Sudah dua bulan lebih kita tidak bertemu, dan mengobrol seperti ini, banyak sekali cerita yang ingin aku sampaikan," kata Hanbin kemudian, setelah hampir lima menit mendiamkan Jennie.

Jennie pun diam, benar, ternyata telah selama itu mereka tidak bertemu. Padahal Jennie dan Hanbin telah berjanji akan bertemu sesering mungkin, namun nyatanya, survival show tak semudah yang Hanbin bayangkan.

Well, let's look at the sky sometimesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang