Is this the last time
That I lay my eyes upon you?
Is this the last time
That I ever watch you leave?
This is the last thing
I would ever have done to youThe last time - The Script
Part : [Pre-Chorus]Suaraku menggema disetiap sudut ruangan musik. Juga petikan jari pada gitar dengan lentik. Tiba-tiba ....
"This is the last thing that I thought you'd do to me," sambung seseorang yang entah sejak kapan ia sudah berdiri di sana.
Sontak aku langsung berhenti seraya menengok siapa yang datang. "Eh? Aileen?" tanyaku.
"Ya, ini gue." Aileen tersenyum, ia berjalan pelan ke arahku lalu duduk dan meraih gitar yang sama.
"Kok sepi banget Deev?" tanya Aileen memerhatikan sekitar. Hanya ada kita berdua di sini.
Ketika jam istirahat ruang musik memang selalu sepi tanpa dikunci. Ruang musik ini milik para eskul band, meskipun begitu tetap dibuka untuk umum hanya ketika jam istirahat. Namun sangat teramat jarang yang mau menginjakkan kakinya di sana.
"Ayolah, pergi ke kantin itu jauh lebih utama. Gue aja ke sini kalau lagi gabut atau banyak pikiran aja," jawabku.
"True, gue ke sini juga karena nggak sengaja lihat lo di jendela tadi. Suara lo bagus," puji Aileen. Wah aku terbang. Terbang tanpa sayap.
"Merdu banget kan? Sampai bisa merusak dunia. Haha!" kataku.
"Serius Deev, gue juga suka cara lo metik gitar. Lo anak eskul band?" tanya Ailen memuji lagi.
"Emm, bukan." akumengedikkan bahu. "Gue anak mading sama life skill," lanjutku.
"Oiya, Lo udah masuk eskul apa?" tanyaku antusias, mengingat Aileen adalah anak baru walaupun sudah tidak baru-baru amat.
Aileen terdiam sejenak. Ia nampak berpikir. Namun jarinya juga bergerak memainkan setiap senar yang tersemat pada gitarnya.
"Gue ... gue mau ikut eskul yang sama kaya lo." Ailen tersenyum lagi.
"Tap—"
Brakk!!!
Ucapanku terhenti seiring dengan terbukanya pintu masuk dengan kasar.
"Heh babi, awas! Ini bukan tempat lo!" seru seseorang dengan tiga temannya.
Vira, Ayra, Bica, dan Tera. Mereka berempat adalah team band khusus dari sekolahku. Bisa dibilang, mereka adalah kumpulan pemain yang pro dari para anak-anak ekul band. Dan masih ada beberapa lagi, cowok.
"Mulut tolong dijaga, bicara baik-baik juga bisa." Aku bangkit dengan muka datar. Diikuti dengan Aileen yang meletakkan gitar.
"Nggak usah sok deh, mentang-mentang dekat sama Regan, hah?!" tanya Vira nyolot.
"Ups! Gue lupa geng, kan cewek genit di depan kita ini ... semuanya diembat!" ejek Vira tertawa ria.
Aileen berusaha bersuara, meskipun tak tahu apa masalahnya. Setidaknya tidak perlu menghina dengan ucapan yang tak sewajarnya. Tapi aku melarangnnya untuk protes.
"Biar, nggak perlu diladenin," ujarku pelan pada Aileen.
"Permisi." Aku melalui mereka.
"B*ngs*t! Mental kapas lo!" seru Vira lagi.
"Huuuu!!!"
"So manis lo Deev, sok nahan diri nggak ngomong kasar. Norak!"
Tidak perlu dihiraukan, pergi, tinggalakan, dan lupakan. Itulah yang ada dipikirkanku sekarang. Bukan karena tak berani, hanya saja meladeni mereka berempat hanya akan memakan hati. Tidak berguna sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast - pikiran remaja || alur sedang dirombak
Fiksi Remaja[ pesanmoral/teen/school ] Jangan dibaca dulu. Partnya lompat-lompat karena mau ganti alur. "Untuk mengingat. Juga untuk menghantam pemikiran diri sendiri." Adeeva Afsheen Myeasha. Ini mengenai kisahku semasa remaja. Tentang banyaknya hal yang ku...